Monday, March 1, 2010

tentang cinta.....


Siang hari di hari Ahad tanggal 28 Februari 2010, saya menonton salah satu film karya anak bangsa di salah satu TV swasta. Film yang benar – benar ringan dan menurut saya pantas untuk dijadikan “santapan di siang hari”. Film ini menceritakan tentang dua orang pembalap mobil liar yang bernama Barry dan Dewa. Cerita diawali dengan balapan liar yang terbongkar oleh kepolisian setempat dan menangkap mereka berdua sebagai tersangka. Rasa ingin lebih hebat dari yang lain dalam diri mereka memang sangat tinggi. Karena berasal dari keluarga yang diatas rata-rata dalam bidang keuangan, dengan mudahnya Barry dan Dewa keluar dari penjara. Orang tua mereka yang sudah naik darah oleh kelakuan anak – anaknya itu tak segan-segan menampar mereka sebagai ganjaran yang setimpal untuk sikap dan kelakuan mereka yang sudah diluar batas kewajaran dihadapi mereka dengan sikap yang dingin dan dengan santai meninggalkan penjara untuk menyelesaikan konflik antara mereka berdua.
Balapan liarpun terjadi lagi, tapi kali ini hanya mereka berdua tanpa supporter seperti biasanya. Dan semua pun berubah setelah mereka berdua hampir menabrak Aisyah, gadis cantik berkerudung yang sedang menyebrang jalan. Seperti cerita cinta lainnya, semua seakan menjadi bunga ketika seseorang bertemu dengan lawan jenis yang menarik hatinya. Mungkin ini yang disebut “Love at the first sight”. Kelakuan-kelakuan “norak” dan tidak masuk akal pun mereka lakoni untuk mencari tahu siapa gadis itu sebenarnya. Wajar jika Aisyah marah karena kecerobohan mereka yang hampir mencelakakannya dan sikap mereka yang “agak aneh” itu membuatnya sedikit jengah. Hem…agak klise memang, tapi bukankan anda juga pernah merasakannya?
Mulai detik itu pula persaingan Barry dan Dewa berpindah tema, topik dan sasaran. Ya….anda benar jika anda menebak mereka menjadikan Aisyah sebagai target mereka. Mungkin karena kini telah jarang ada wanita yang menutupi aurat dan menjaga kehormatannya dengan sedimikian rupa. Dan itulah yang membuat mereka berdua semakin penasaran dengan sosok Aisyah.
Berbagai cara mereka lakukan untuk mendekati Aisyah. Mulai dari datang ke rumahnya (mereka mengikuti kemana Aisyah pergi), mencari data Aisyah di Kampusnya, sampai mendekati ayahnya “sang mantan jawara silat”. Tapi semua yang mereka lakukan hanya berbuah Aisyah yang selalu menghindar dan menolak setiap mereka menawarkan segala bentuk bantuan serta pulang dengan badan yang penuh lebam. Bagaimana tidak, setiap mereka berdua mencoba mendekati Aisyah dengan berkunjung ke rumahnya selalu dihadang oleh “Sang Babeh”, ayah Aisyah yang kurang suka terhadap kenekatan mereka mendekati Aisyah. Dan yang terpenting, ayah Aisyah menginginkan anaknya bergaul dengan orang baik-baik, pintar ngaji, rajin shalat dan bisa menjadi imam yang baik bagi anak perempuan satu – satunya itu di dunia maupun di akhirat. Jelas saja Barry dan Dewa tidak masuk dalam hitungan serta tidak memenuhi syarat-syarat tersebut.
Suatu hari, Babeh mengajak Barry dan Dewa untuk shalat berjamaah. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Barry dan Dewa mengikuti Babeh tanpa mengetahui apa yang mereka harus lakukan. Mereka yang tidak tahu bagaimana caranya wudlu, saling berselisih paham tentang “apa yang dibasuh terlebih dahulu ketika wudlu?”. Bagai orang buta yang meraba gajah, Barry memulainya dengan mencuci kaki, sedangkan Dewa mencuci tangan. Mereka tetap saling menyalahkan satu sama lain meskipun mereka sebenarnya juga tidak tahu apa yang harus dibasuh terlebih dahulu. Sampai akhirnya datang Ucup, adik Aisyah. Dan mereka pun mengikuti cara berwudlu yang dilakukan Ucup.
Peristiwa lucu berlanjut ketika Babeh memerintahkan Dewa untuk mengumandangkan Iqomat. Dewa yang jelas-jelas tidak mengerti apa itu iqomat, bagaimana bentuknya dan bagaimana memakainya pun sontak gelagapan. Tapi dia tidak mau kehilangan pamor di depan Aisyah, Babeh dan Ucup, dengan percaya dirinya meneriakkan “Komaaaaaaaattttt Graaakkkkk !!!!!!!!!!!!” dan Barry yang juga sama-sama tidak mengerti seperti Dewa dengan sigapnya langsung meluruskan barisannya dengan mengangkat tangan kanannya sampai membentuk sudut 900 layaknya orang yang sedang latihan baris berbaris. Babeh terkejut dengan kebodohan mereka yang natural itu refleks menggelengkan kepala dan mengucapkan istighfar. Akhirnya ucuplah yang bertugas sebagai pengumandang iqomat pada shalat berjamaah kali itu.
Kejadian memalukan pada hari itu menumbuhkan semangat mereka untuk mempelajari lebih mendalam dasar-dasar agama Islam. Dan tentunya dengan tujuan utama agar Babeh Aisyah menerima mereka sebagai pasangan putrinya.



Tapi “keuletan” mereka dan kekerasan Babeh Aisyah pada mereka perlahan – lahan mengenyampingkan sikap Aisyah yang cenderung tidak perduli kepada mereka berdua di awal perjumpaan mereka. Lama kelamaan rasa simpati dan ingin bersahabat ataupun berteman dengan mereka berdua pun tumbuh. Ya….begitulah hati manusia, mudah terbolak balik dan berubah.
Waktu pun bergulir tak membiarkan sesuatu apapun terlena pada tempatnya. Barry dan Dewa sedikit demi sedikit mulai menguasai cara shalat dan mengaji. Tak lupa pula mereka mengajak teman – teman gank mereka untuk melaksanakan shalat dan sama – sama belajar mengaji. Dan kau tahu kawan? Mereka mempunyai guru ngaji yang sama secara kebetulan, yaitu Ustadz Salman.
Tak sama seperti Aisyah yang mulai membuka hatinya untuk Barry dan Dewa, Babeh Aisyah tetap tidak menyukai mereka dan berniat untuk menjodohkan Aisyah dengan pria pilihannya. Aisyah yang mengetahui hal tersebut, tidak menyetujui apa yang diputuskan oleh ayahnya karena menurutnya pernikahan adalah sesuatu yang hanya satu kali untuk seumur hidup dan dia berhak menentukannya sendiri siapa yang pantas menjadi suaminya. Babeh Aisyah tetap keukeuh pada keputusannya dan membuat Aisyah putus asa.
Singkat cerita, perjodohan itu pun diselenggarakan dan Babeh mengundang Barry dan Dewa ke rumahnya untuk memberitahukan hal tersebut. Tapi Aisyah yang terlanjur jatuh hati pada Dewa ini tidak begitu saja dengan mudahnya menerima keputusan ayah yang sangat di cintainya tersebut. Ia hanya bisa menangis sepanjang hari. Sampai akhirnya, Barry dan Dewa yang tidak mengetahui acara sebenarnya yang diadakan di rumah Aisyah datang dan mendapatkan penjelasan bahwa Aisyah akan di jodohkan dengan pria yang dipilih oleh babehnya sendiri. Dan pria itu tak lain dan tak bukan adalah Ustadz Salman, guru ngaji mereka.
Tak bisa digambarkan bagaimana hancurnya hati Aisyah, Barry dan Dewa. Tapi cerita cinta ini berujung pada kematian Aisyah yang disebabkan penyakit lemah jantungnya yang kambuh ketika memasuki ruangan yang dipenuhi tamu undangan dan termasuk didalamnya Barry dan Dewa yang ia rasa telah ia kecewakan.
Dan itulah cerita tidak lengkap dari film berjudul “Balapan Cinta”. Dari film ini mungkin kita bisa mengambil pelajaran, bahwa cinta bisa saja merubah sesuatu yang buruk menjadi baik dan sebaliknya. Barry dan Dewa bisa berubah karena munculnya Aisyah. Tapi dengan meninggalnya Aisyah mereka baru mengerti arti dari perubahan yang mereka lakukan berdampak lebih banyak pada diri mereka masing – masing dan kemana arah serta tujuan mereka sebenarnya.
Jika anda bertanya-tanya mengapa selalu kata dan perasaan “cinta” yang sering di bahas dan terkadang menjadi bahan obrolan di setiap tempat, mungkin salah satu alasannya karena cinta adalah salah satu dari beberapa hal yang mudah dipahami oleh setiap orang. Rasa cinta bukan hanya cinta pada seseorang saja. Rasa cinta bisa tumbuh pada pekerjaan, benda yang berharga dan berarti bagi kita, hewan peliharaan, dsb. Tapi kenapa kata cinta selalu diidentikkan dengan perasaan sepasang kekasih? Karena mungkin cinta jenis itulah yang lebih sering kita temukan di dunia ini, meskipun banyak jenis cinta lain yang lebih mendominasi kehidupan sebagian orang.
Ketika cinta bertasbih, seseorang bisa saja melawan segala rasa takutnya hanya untuk mendapatkan apa yang ia cintai. Sebagian orang mungkin saja beranggapan bahwa itu hanya roman picisan yang mudah dilupakan dan tak berarti atau ada yang cenderung bahwa hal tersebut adalah hal yang basi dan sudah kadaluarsa, jadi tak pantas lagi untuk dibicarakan.
Seperti anda, saya pun terkadang jengah. Mengapa hanya karena cinta semua bisa terjadi. Kesadaran muncul karena disadarkan oleh seseorang yang tidak pernah kita perhitungkan kehadirannya. Bisa pula sebaliknya. Mengapa ini bisa terjadi???????
Apa mungkin karena manusia ada di dunia ini diawali karena rasa cinta Allah kepada manusia? Hanya Allah yang tahu dan mengerti.
Tapi yang jelas, yang saya temukan mengenai cinta adalah :
Mendapatkan (merasakan) cinta = perubahan ke arah perbaikan
Kehilangan cinta = perubahan ke arah keterpurukan
Ini hanya kesimpulan saya, tapi berdasarkan berbagai bukti yang jelas nyata dan bukan fiksi. Bila seseorang bangkit ketika ia telah kehilangan cinta, sebenarnya ia telah mendapatkan kecintaannya yang baru pada hal lain.
Yang jelas, biarkanlah diri kita untuk selalu mendapatkan cinta dari-Nya yang mencintai hamba-Nya dalam keadaan apapun secara tulus. Karena bila kita telah mendapatkan cinta seutuhnya dari-Nya, maka Ia takkan rela melepaskan kita dari pelukan-Nya. Tapi, apakah kita hanya akan menemui kesadaran untuk ingin selalu bersama-Nya jikalau kita menemui-Nya? Pertanyaan ini bisa digolongkan menjadi pertanyaan bodoh. Karena kita tidak mungkin bisa melihat-Nya, tapi kita bisa melihat tanda – tanda kebesaran-Nya yang menunjukkan bahwa Ia benar – benar ada dan selalu mengawasi kita setiap saat. Dan itu pun sudah lebih dari cukup bagi kita untuk mengenal-Nya. Jadi, tanpa menemui-Nya pun kita bisa mencintai-Nya.

1 comments:

Anonymous said...

TOP MARKOTOP itu film e... Bikin nrocos tenan. Sempat enggak tertarik sama scenes awal filnya, tapi aduh emak... Bagus amat film itu... Nangis...

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)