Thursday, June 24, 2010

TOPIKU DAN AYAHKU

Aku punya topi yang dituliskan diatasnya nama panggilanku semasa kecil dulu. Warnanya merah dengan moncong (bagian depan topi yang aku tak tahu namanya) berwarna hitam. Dan namaku di bordir indah dengan huruf tegak bersambung dan benang warna hitam. Topi itu hadiah dari ibuku. Sayangnya topi itu punya kembaran. Tak lain dan tak bukan kembaran topiku adalah topi adikku. Dan yang membedakannya hanya ukuran dan nama yang tertera pada setiap topi.

Meskipun aku seorang perempuan, tapi dulu rasanya lebih nyaman memakai topi daripada memakai kerudung ^_^. Tapi itu dulu bukan sekarang.

Topi itu sering kupakai kemana – mana dan dalam waktu yang cukup singkat naik jabatan menjadi topi favoritku. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari topi itu selain ada namaku yang tertulis disana. Karena itu menunjukkan bahwa akulah empu topi tersebut.

Tapi itu tidak terjadi lama. Tiba – tiba saja topi itu menjadi topi yang paling aku hindari pemakaiannya. Kenapa? Karena orang – orang suka mengejekku dan mempermainkan namaku. Awalnya aku senang – senang saja, karena kupikir 'bukankah dengan begitu orang lain bisa mengenalku?' Tapi lama – lama aku juga jengah mendengar celoteh busuk anak – anak tengil itu.

Aku lepaskan topi itu dan aku lempar ke kolong tempat tidurku. Dengan sekejap topi itu hilang dari pikiranku.

Beberapa belas tahun kemudian, aku mengikuti beberapa kunjungan ke kampung naga yang ada di Tasikmalaya. Aku sebenarnya tidak diperbolehkan mengikuti kunjungan tersebut, tapi karena ayah dan ibuku mengajar di institusi pendidikan tersebut dan kebetulan dulu aku pernah belajar disana sekitar dua semester, akhirnya aku berhasil diselundupkan.

Sesampainya di Kampung Naga,kami turun dan berpose bersama. Salah satu temanku mendekatiku dan bertanya

"Ka, topi yang dipakai ayah kamu itu topi kamu ya?" tanya temanku dengan berbisik

"Hah, mana?" kataku balik berbisik padanya

Dan kulihat ayahku memang memakai topi tersebut. Padahal masih banyak topi yang masih bagus yang lebih pantas dipakai oleh beliau.

"Itu tandanya ayah kamu masih sayang sama kamu Ka! Sampai – sampai masih mau pakai topi yang jelas – jelas ada nama kamu disana!" kata temanku sok menganalisis

"Oh..begitu ya? Iya mungkin" jawabku sambil tersenyum sumringah.

Kau tahu kawan? Ayahku itu termasuk orang yang sangat keras dalam mendidik anaknya. Jika aku melakukan kesalahan, tak jarang ayahku membentakku yang pastinya dengan nada naik beberapa oktaf dari nada bicara biasanya. Ayahku itu termasuk orang yang tak mau ambil pusing. Jangankan bicara sayang kepada anaknya, sepertinya mengelus kepalanya pun jarang beliau lakukan kecuali mungkin dulu ketika kami masih kecil.

Dan saat itu segala pandangan buruk tentang ayahku seakan tersingkirkan. Saat itu, temanku layaknya malaikat yang membuka hati dan mataku untuk melihat betapa sebuah kasih sayang terkadang tidak perlu diungkapkan dan ditunjukkan dengan berlebihan.

Ayahku memang bukan siapa – siapa, beliau hanya manusia yang selalu berusaha melakukan yang terbaik bagi keluarganya. Ayahku memang bukan malaikat yang bisa memberikan kebaikan saja. Tapi ayahku bukanlah setan yang mengajak kami untuk melenceng dari aturan – aturan Nya. Ayahku adalah ayahku. Bukan yang lainnya.

Meskipun aku tak tahu apa maksudnya memakai topiku yang sempat kulupakan itu, tapi aku yakin itu adalah salah satu cara dari berbagai cara yang dilakukan ayahku untuk menunjukkan betapa berartinya kami –keluarganya- bagi dirinya.

Dan untuk kedua kalinya topi itu menjadi reward terbaik bagiku. Thanks God!


 

Dedicated To My Beloved Father! Love you so much!


 

Qeeya Aulia

0 comments:

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)