Sunday, August 7, 2011

ANDAI OH ANDAI

Kau pasti sering dengar kata-kata itu. kata "andai" seingatku pernah menduduki kata pertama yang sering dimunculkan para penyanyi di lantunan nyanyiannya. Mau contoh? Okey. Contohnya:

  1. Lagu Sherina, dengan lirik : "Andai…aku tlah dewasa.."
  2. Lagu Joshua, dengan lirik : "Andai aku jadi kaya…"
  3. Dan Andai-andai yang lain.

Awalnya, aku ingin mencari apa sih arti dari kata "andai". Sayang, rencana itu kandas sudah karena keterbatasan ingatan dan semangat. Setahu aku, andai itu sering dipakai ketika kita mengaharapkan sesuatu. Seperti, "Andai suamiku seorang Ustadz plus Neurolog" (curcol ^.^).

Kau pasti mengerti, bukan?

Yang ingin aku ceritakan disini memang bukan asal usul kata andai, kenapa harus andai? Tidak anday (pake Y), atau 4ndHaii (alay mode:ON). Aku juga tidak akan membahas bagaimana penggunaan kata ini dalam kalimat, karena itu adalah pekerjaan guru Bahasa Indonesia kalian J

Beberapa waktu lalu, sobatku nan jauh disana (sebut saja dia Bunga) mengajak mengobrol ria via fasilitas chat di salah satu jejaring social. Berikut sedikit kutipan percakapan kami :

Bunga : Ki, aku bingung euy..

Aku : Wah, kenapa?

B : blablablabla……(panjang lebar bercerita)

A : balablabalabalabala (dengan sok iyeh mendengarkan dan sedikit berkomentar)

Sampai akhirnya keluar kata-kata ini:

B : Ki, gak ada orang tua itu gak enak ya…Selalu merasa rapuh dan gak ada yg ngasih pertimbangan..

A : 2(*&^%$456&#$%^& (diam seribu bahasa)


 

Kenapa diam? kalimat terakhirnya sukses membuat aku garuk-garuk kepala yang tak gatal. Pasalnya, aku baru saja bertengkar hebat dengan orang tua (hal yang memalukan).

Andai oh andai.

Manusia memang aneh. Yang disini rapuh karena orang tua dan yang disana rapuh karena orang tua sudah tiada.

Kawan, tolong jangan stempel aku dengan cap "ANAK DURHAKA". Kau pasti tak pernah lupa tak ada asap bila tak ada api. Banyak alasan, banyak masalah, banyak kendala yang membuat kita bisa mensyukuri apa yang kita punya. Yang kurang ini lah…itulah..sangat krusial.

Apa itu krusial? Entahlah, aku tak tahu. Malaikat mana yang membisikan kata itu tadi?

Ah, hidup memang penuh dengan keluhan bila kita terus memalingkan pandangan pada apa yang kita inginkan.

Kata andai bagiku tak ubahnya kata kebetulan. Terlalu munafik. Terlalu memungkiri kehendak Tuhan disana. Terlalu membuatku terbuai oleh harapan-harapan semu dan tak pasti.

Kata andai yang sering kupakai itu, terlalu membuatku yakin bahwa aku adalah korban masalah yang sempurna. Padahal aku sering lupa, aku juga berkontribusi menjadi pelaku.

Kata andai, sering membuatku tak bersyukur pada apa yang sudah ada dihadapan mata dan digenggan dengan erat kedua tangan.

Mungkin kedepannya, kata "andai" akan ku kikis perlahan dari kamus hidupku. Aku ingin lebih bersyukur pada apa yang telah aku punyai dan pada apa yang masih aku punyai. Aku ingin memandang diriku dengan adil. Tak lagi sebagai korban dalam setiap masalah.

Bila mungkin nanti kata itu tak bisa luput dari kehidupanku, semoga maknanya akan berubah lebih positif dan kupergunakan dengan lebih baik lagi.

Ini hanya salah satu bentuk katarsisku, kawan. Tak ada data, fakta, referensi dan sebagainya dan sebagianya. Maaf bila ini tak sempurna sama dengan apa yang kau pahami dari kata itu. Sampai jumpa.

Dedicated to my parent, pardon me please.

4 comments:

vera permatasari mulyadi said...

ini salah satu katarsis dari 5 katarsis tea? hoho.. sip sip

"Ustadz plus Neurolog".. kayaknya ada yang kayak gini duluuuu di psikologi, hihi
*favorit dah

Ade Husna said...

iciiik ihiirrr.. tulisan si qiqi makin keren aja euuuy ;)

qeeyonk said...

@teh veya : betul betul betul..itu pak dani erlangga..inspiring lecture haha

@ deus : ihiiirr, tulisan km juga kok de n_n

diaharrazy said...

ckckck
parrah nt nih qi,

ga boleh beranday-anday qi (eea, ketularan alay -_-),
cara setan untuk menyesatkan manusia dengan membuat manusia itu tidak bersyukur..
:D
*tiis bijaksana mode on

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)