Thursday, May 17, 2012

JEJARING SOSIAL

Jejaring sosial buat gue itu rasanya seperti buku diary yang terbagi-bagi. Seperti kumpulan kata-kata yang kalau dikumpulkan selama setahun bisa menjadi ratusan lembar saking banyaknya ocehan yang terbuat. Seperti tempat pengalihan dari dunia nyata yang membosankan dan penuh stressor pembuat cemas. Sosial Media itu seperti media penolong yang tepat karena ke-maya-an-nya. 

Sungguh, gue adalah salah satu orang yang terbantu dengan adanya jejaring sosial. Kebutuhan berbicara dan mengungkapkan pikiran gue terlalu tinggi. Katanya terlalu ekspresif (dan itu benar). Apapun bisa gue obrol dan obralkan di media sosial. Entah dengan kiasan, atau langsung tanpa filter sedikitpun. Mengeluh, memuji, bercanda dan lain sebagainya bisa gue lakukan disana.

Mengeluh? kenapa gue dengan bangga menyebutkan mengeluh dalam aktivitas per-jejsos-an? Sebenarnya bukan bangga, bro. Gue memang terlalu sering mengeluh. Tapi terkadang gue mengeluh sebagai jalan terakhir dari ketidakmampuan gue menghadapi sesuatu. Tapi seringnya, gue mengeluh karena gue anggap gue gak bisa ngelakuin itu semua dan ini tak perlu dicontoh sama sekali!


Gue lebih nyaman berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Setidaknya, gue masih bisa memperlambat reaksi marah saat sesuatu tidak diinginkan terjadi. Tinggal offline, beres. Tinggal remove, selesai. Tinggal blokir, tenang. Sedangkan kalau bertatap muka dan ngobrol secara langsung, ah... perubahan ekspresi gue kurang bisa disembunyikan. Itu sangat-sangat mengganggu. Jadi lebih nyaman berkomunikasi dengan media, karena bisa jadi topeng secara bersamaan. Topeng yang mudah diatasi #shrink

Dengan jejsos, gue bisa melampiaskan pikiran-pikiran monolog gue. Dengan  jejsos , gue bisa akrab sama orang yang kalau ketemu langsug hanya bisa diam dan senyum gak ikhlas. Dengan  jejsos, gue bisa mengkisahkan apa yang enggan terungkap pada siapapun. Dengan  jejsos, gue bisa stalkerin orang-orang. Hehehehe.

Apa jadinya kalau gue lahir 80 tahun yang lalu?

Mungkin, gue bisa jadi orang terajin yang mengirim surat ke media massa. Mungkin, gue bisa jadi orang teraktif yang datang ke radio buat request lagu (dulu kan ga bisa sms ceritanya). Mungkin, gue bisa jadi orang ter-alay dan teraneh dan terbanyak omong dan terbanyak ngeluh dan ter dan ter lainnya di masa itu.

Ah, Tuhan selalu tahu kapan kita harus lahir.

Intinya, terimakasih para penemu teknologi. Terimakasih para penemu jejaring sosial. Semoga temuan kalian bisa digunakan dengan lebih bermanfaat lagi!!!


1 comments:

Lirchandra said...

Terima kasih sosial media.. :D

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)