Wednesday, September 19, 2012

Perjalanan Matahari

Kagum betul aku pada matahari. Ia kuat, sumber cahaya, dan menjadi pusat tata surya. Tapi pastilah aku lebih kagum pada penciptanya. Tapi bukan itu yang akan kubahas disini. Seperti judulnya, perjalanan matahari, ini ceritaku tentang perjalanan rutinku setiap harinya yang rasanya "berkejaran" dengan matahari.

Meski tak selalu, aku sering beranjak dari rumah menuju kampus sebelum matahari terbit sempurna. Masuk kelas ini itu hingga matahari hampir tenggelam disana. Sibuk mencari dan masuk kelas yang bisa menjanjikanku pulang beberapa menit setelah sholat ashar dilakukan. Karena jika tidak demikian, aku bisa sampai di rumah saat matahari sudah tak bersinar lagi, saat rembulan yang selalu terlihat menawan itu muncul diantara bintang-bintang.

Perjalanan setiap hariku kuberinama perjalanan matahari. Bukan ekspedisi ataupun perjalanan menantang lainnya. Ini hanya perjalanan rutin yang selalu kulalui hampir setiap hari dari rumah ke tempat yang katanya disebut tempat kuliah.

Banyak hal baru yang bisa kusukai dengan cepat dalam setiap potongan perjalanan matahariku. Bila aku berangkat dipagi buta, barisan ibu-ibu membawa alat yang dianyam dari bambu serta sehelai kain yang dibentuk sedemikian rupa melengkapi "seragam" mereka. Barisan ibu-ibu itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya padaku saat berpapasan dengan mereka. Aih, betapa ramahnya manusia di pagi buta ini. Aku suka keramahan pagi.


Lain pagi lain juga siang hari. Entah berapa jumlah kendaraan yang mengantri di jalan kecil yang rasanya tak kunjung usai pembangunannya. Siang hari biasanya dihiasi dengan supir angkutan umum yang ugal-ugalan, atau bahkan sebaliknya, enak sekali berhenti dimana ia suka dengan alasan menunggu penumpang yang barang kali saja lewat. Tapi beberapa siang ada yang sangat berbeda. Misalnya siang dimana seorang anak kecil berusaha mati-matian menghapal surat al-kautsar saat penumpang yang lain berusaha mati-matian mengeluh karena kemacetan yang mengular. Duhai, siang yang indah. Apalah artinya kemacetan siang ini dibanding dengan "pelajaran" berguna dari bocah kecil ingusan yang duduk dipangkuan ibunya. Aku suka "keramahan" siang.

Selain siang dan pagi, aku juga suka suasana menjelang malam. Saat itu adalah saat tersering aku sampai dirumah dengan selamat, Alhamdulillah.

Suasana menjelang malam selalu membuatku terpukau. Terpukau pada gerombolan perempuan tua dan muda memakai mukena saat seruan kerinduan bercakap dengan Tuhan diserukan. Terpukau pada wajah-wajah lelah di angkutan umum yang entah mengapa beberapa terlihat gelisah saat sebagian yang lain tersenyum bahagia. Terpukau pada kemacetan yang perlahan mengurai. Terpukau pada terangnya langit yang belum sempurna hitam. Terpukau pada setiap settingan indah yang Kau atur sedemikian rupa.

Tak jarang aku pulang malam. Saat langit sudah tak terang lagi. Saat bulan dan bintang benar-benar berkuasa di langit sana. Saat para tukang ojek langganan sudah beristirahat dirumah mereka masing-masing. Saat itu, aku dengan langkah gontai kecapekan terlalu sering merutuki nasib yang kurang baik sehingga melupakan keindahan malam yang Kau hamparkan untuk kusyukuri.

Sejujurnya, aku suka malam bila aku bisa pulang ke rumah  dengan atau tanpa adanya tumpangan berbayar kesana. Aku suka malam bila heningnya malam bisa kunikmati secara sempurna tanpa alunan lagu dangdut norak tiada dua. Aku suka malam karena memang malam patut untuk disukai walau tanpa alasan yang jelas. Aku suka malam meskipun tak dilengkapi syarat-syarat yang kusebutkan sebelumnya. Bingung bukan? jangan terlalu dipikirkan, akupun sama bingungnya dengan kau.

Perjalananku perjalanan matahari. Perjalanan yang dimulai sebelum matahari sempurna terbit dan berakhir setelah tenggelamnya matahari. Perjalanan matahari ini rasanya terlalu remeh bila diisi dengan kesia-siaan.Perjalanan matahari ini rasanya terlalu berat bila diakhiri dengan keterlambatan kelulusan. Perjalanan matahari ini rasanya terlalu tak berarti bila hanya dihabiskan dengan ketawa ketiwi. Semoga kebaikan dan keberkahan selalu melingkupi kita semua. Amin.
Read More

DANGDUT DI TELINGAKU

Dangdut, musik yang katanya berasal dari negeri ini rasanya sudah tak bisa kutolerir lagi susunan kata di dalamnya. Aku memang buta dengan dunia industri musik, tapi aku bisa membedakan mana musik yang berkualitas mana yang tidak. Ya ya ya, aku yakin kau juga pasti bisa melakukannya.

Seingatku, dulu saat Rhoma Irama mempelopori dunia perdangdutan, isi lagunya penuh dengan ajakan-ajakan berbuat baik dan larangan berbuat hal yang tak diperbolehkan karena merusak diri sendiri. Dulu saat penyanyi-penyanyi dangdut wanita masih "beradab" enak sekali rasanya mendengar lagu dangdut dinyanyikan. Ah, aku lupa. Mungkin ukuran "beradab" dulu dan sekarang telah berbeda. Mungkin aku tak tahu pasti bagaimana para penyanyi dangdut lainnya yang mungkin saja "tak beradab".


Kini setiap kudengar lagu remix yang tak jelas dengan suara penyanyi mendayu-dayu yang juga tak jelas dilengkapi dengan lirik yang lebih-lebih tak jelas sudah dapat kutebak dengan jelas itu musik norak yang katanya ber-genre dangdut. Sedih bila kudengar lagu dangdut yang liriknya tak jauh dari proses atau hasil reproduksi. Coba kau hitung berapa banyaknya. Kabari aku bila kau menemukan kurang dari lima lagu dan buang saja datamu bila kau menemukan lebih dari sepuluh lagu "bernadakan" tema-tema seks.

Aku tahu sekarang jamannya kebebasan berkarya, tapi karya yang seperti apa? Kebebasan akan berbatas bila bertemu kebebasan orang lain.

Dangdut ditelingaku, kini tak lebih dari lagu-lagu norak tiada dua. Penyanyi dangdut dimataku, tak ubahnya dari sosok iblis berwujud manusia. Pekerja industri musik dangdut dimataku rasanya kini sama saja dengan para germo.Penikmat musiknya kini sama saja seperti para pembaca majalah porno. Apapun alasannya, apapun sebabnya, apapun rasionalisasinya, aku tak pernah setuju "dangdut dulu" berubah menjadi "dangdut kini"

Maafkan aku atas kebencian yang tak membuatku adil. Kebencian itu tidak kuutarakan untuk kau -para penyanyi dangdut atau orang-orang yang terlibat dalam industri musik dangdut atau juga para penikmat dangdut yang sopan dan tak seperti itu- tapi untuk mereka yang kusebutkan ciri-cirinya sebelumnya. Mohon tak usah kau marah dan sibuk berdebat denganku bila kau tak setuju karena ini hanyalah dangdut menurut mata dan telingaku.

Dangdutku dulu, tak begini... :(
Read More

Sunday, September 9, 2012

TEMAN LUAR BIASA

Aku tergugu membaca kata demi kata yang tertulis disana. Disana, ditempat salah satu temanku mencurahkan segala apa yang ia pikirkan tentang banyak hal. Disana, di area dimana kami menjadi akrab. Di blog pribadinya. Semua yang tercurah disana hampir membuatku menangis. Kata-katanya sungguh biasa, tapi karena ditulis dari hati dengan segenap perasaan yang melingkupinya, tulisan itu lebih dari berharga. Bahkan tak pernah berharga karena terlalu berharga.

Disana ia menceritakan dirinya. Ia seorang wanita yang membuatku belajar banyak hal. Berani mencoba sesuatu yang baru serta tetap memimpikan sesuatu yang rasanya dimimpi saja tak mungkin terjadi.

Ah, dia teman yang terlalu baik dan kurang tepat bila disebut teman biasa. Dia temanku yang luar biasa.

Entah bagaimana caranya ia selalu ingin menyapa orang lain, membuat semua hal menjadi simple dan mudah dimengerti, membuat semua gerak-gerik anehnya terlihat menyenangkan walau terkadang mengundang cubitan-cubitan dan decak aneh dari banyak orang.

Kembali ke tulisan di blog pribadi temanku itu. Disana ia menceritakan banyak mimpi yang ia susun ia ingkari sendiri. Banyak ambisi yang ingin ia raih, ia lepaskan sendiri. Banyak motivasi yang ia berikan kepada orang lain akhirnya memukul telak dirinya sendiri. Ia meratap. Ratapan yang tak pernah muncul selama aku kenal dengannya. Artinya, perubahan itu terlalu membuatnya tergoncang. Tapi aku tak perlu khawatir. Entah bagaimana ceritanya nanti, kupikir ia bisa dengan mudah melewati semua goncangan itu. Entah bagaimana caranya nanti, kuyakin Tuhan selalu mengamini semua keinginan dan ambisinya. Entah kapan waktunya, kupercaya ia akan bisa meraih semua hal yang ia impikan. Mengapa? karena ia telah dengan mudah menularkan semangat-semangat itu tetap berkobar dihati kami.

Naif memang merelakan mimpi diraih oleh orang lain. Tapi itu yang terjadi. Ia merelakan sebagian besar mimpinya untuk dinikmati dan dicapai oleh orang lain. Ah, Tuhan.. kami tahu Engkau selalu adil dan kami terlalu bebal untuk mengerti.

Temanku satu itu, melihatnya saja sudah seperti melihat timeline impian yang harus kami susun sedemikian rupa. Mendengarkan keinginannya yang segudang saja sudah membuat kami membayangkan lebih dekat apa yang sebenarnya kami inginkan. Berkenalan dengannya lagi-lagi menambah banyak pelajaran yang sangat membantuku selama ini. Salah satunya saat kutanya mengapa ia sangat suka sekali melakukan sesuatu yang baru. Ia hanya menjawab, "Mumpung kita mahasiswa, Ki. Enggak ada salahnya mencoba." Mungkin bagimu kalimat itu biasa saja, tapi tidak bagiku yang sangat ketakutan untuk mencoba hal baru.

Ah, teman.. semoga Tuhan selalu bersama kita dan memberikan jawaban terbaik dari seluruh doa yang kita panjatkan pada Nya. Amin :)
Read More

TEGURAN INDAH

Sore itu, entah pasal apa  menjadi kelam sekelam-kelamnya senja yang pernah ada. Mukaku terlipat ratusan lipatan. Bibirku manyun puluhan milimeter. Langkahku gontai bukan kepalang. Tas ransel yang selalu kubawa kemana-mana bak parasut itu juga terasa seperti karung beras berton-ton beratnya. Sungguh, moodku sore itu membuatku lebih lelah dari biasanya. 

Aku berjalan sendirian seperti biasa. Menyusuri jalan yang cukup dilewati dua mobil secara bersamaan bagiku saat itu seperti lari bolak balik bukit shafa dan marwah. terlalu hiperbolis memang, tapi begitulah adanya. Lelah, penat dan sebal mengelilingiku. Rasanya aku bisa mendengar suara tawa para setan yang sedang memperingati hari bahagia mereka. Hari dimana salah satu hamba Tuhan luput bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Nya.

Suasana hatiku tak menjadi lebih baik. Apalagi setelah melihat antrean kendaraan yang tidak ada habisnya berjajar bak ular di jalan raya. 

"Ah, lagi-lagi macet!" keluhku.

Aku terdiam beberapa saat. Berusaha menikmati banyak hal yang bisa kunikmati sore itu. Harum masakan dari deretan rumah makan berbagai spesialisasi masakan. Pekikan klakson dari berbagai penjuru jalan raya yang seolah menunjukkan mereka tak akan berhenti memencet benda bising itu kecuali mereka mempunyai sayap. Angin sepoy-sepoy yang membawa wangi aneka parfum dari toko parfum yang ada di belakangku. Tapi sayang, semua itu tak bisa membuatku benar-benar menjadi baik suasana hatinya. 

Tiba-tiba, pekikan klakson deretan kendaraan yang sejak tadi mengantri itu saling bersahutan. Aku menengok ke arah rambu lalu lintas. Aih, ternyata warna merah berganti warna menjadi hijau. Pantaslah mereka berebut menyalakan klakson seperti mereka berebut untuk datang ke rumah lebih cepat daripada siapapun di dunia. Puluhan kendaraan sudah banyak berlalu melewatiku yang masih diam berdiri dipinggir jalan. Mobil angkutan umum berwarna coklat itu belum datang juga. Rasanya hari ini aku sungguh sedang sial.


Tapi kalimat terakhir dalam paragraf diatas rasanya harus kukoreksi karena suatu hal. Sebuah motor vespa berjalan perlahan di jalan raya. Terjebak kemacetan yang kembali mengular setelah lampu hijau berganti merah kembali. Ada sosok yang membuat semua suram sore itu menjadi kebalikannya. Sosok yang ada di atas vespa kuning yang terlihat terawat. Ia duduk ditengah. diapit oleh dua orang dewasa yang kusinyalir sebagai orang tuanya. Gadis itu gadis kecil berambut keriting. Memakai topi kotak-kotak yang selaras dengan baju yang ia kenakan. Karenanyalah sore hari itu menjadi sore hari paling berharga bagiku. 

Yang ia lakukan hanya satu. Tersenyum. Saat gadis kecil itu tersenyum, jalan raya ini seperti dipenuhi pelangi. Senyum gadis itu membuatku tak bisa menahan diri untuk membalas senyum sambil sedikit menganggukkan kepala. Ah, gadis itu melakukan satu hal yang aku lupakan.

Aku pernah mendengar, bahwa apa yang diberikan dari hati akan sampai ke hati juga. Entah darimana aku mendengarnya. Lupa. Dengan segera aku mengklaim bahwa senyuman gadis itu adalah senyuman dari hatinya. Aku berpikir itu peringatan kecil dari Tuhan. Betapa hal kecil seperti senyum dapat membuat orang lain merasa senang dan gembira. SOre itu, aku masih sibuk dengan diriku sendiri. masih sibuk dengan urusan pelik yang kubuat sendiri. Dengan kesusahan-kesusahan yang kubuat sendiri dan tersadarkan hanya dengan senyuman dari seorang gadis kecil bertopi kotak-kotak. 

Hei, kawan. Jangan mengiraku yang bukan-bukan. Aku juga heran mengapa hanya karena sebuah senyum moodku bisa cepat membaik. Rasanya mungkin lebih baik gadis kecil itu yang menyampaikan teguran Tuhan itu padaku. Bagaimana jadinya bila lelaki muda nan tampan yang melakukan itu semua? Aih, rasanya aku tak bisa tidur berbulan-bulan. Hahaha. 

Kawan, sejak sore itu, aku tahu bagaimana rasanya sebuah senyuman, hal kecil yang sederhana dan bisa dilakukan siapa saja itu membuat hariku lebih baik daripada sebelumnya. Semoga aku bisa melakukan hal serupa (kalau bisa dengan skala yang lebih besar) dengan gadis kecil bertopi kotak-kotak itu. Terimakasih Tuhan, Kau menegurku dengan cara yang sangat indah! :)
Read More

Absurd kembali

Beberapa malam yang lalu, aku kembali menyusuri riwayat beberapa orang dari akun sosial media di dunia maya. Ada yang senang luar biasa karena berbagai targetannya tercapai. sebagian bersedih dan menyesali kehidupan. Sebagian yang lain bertanya-tanya apakah mereka masih normal atau tidak. Sebagian lain yang lain lagi sedang meratapi berbagai targetan yang tak bisa digapai namun kemudian menyadari bahwa ratapan itu tak penting. Kau tahu kenapa tak penting? karena ada yang lebih penting dari meratap, yaitu melewati saat-saat dimana kita bisa meratap dengan tindakan yang menjadi lawannya. Optimis, percaya diri dan terus yakin kita bisa melewati rintangan itu, bahkan mungkin rintangan lainnya.

Kawan, aku rasanya tak benar-benar tahu bagaimana optimis, percaya diri serta yakin pada kemampuan melewati rintangan bisa membuatku melewati rintangan. Aku tak pernah benar-benar optimis tanpa binar-binar wajah mereka yang menjagaku agar tetap optimis. Aku tak pernah benar-benar percaya diri pada kemampuan diriku sendiri bila tanpa dukungan (aku lebih mengenalnya sebagai harapan) yang begitu luas yang mereka berikan untukku tanpa dibayar seperserpun. Aku benar-benar tak pernah bisa meyakini aku mempunyai kemampuan bila tak pernah ada mereka di dunia ini.



Kau bertanya-tanya siapakah mereka yang kumaksudkan? jangan tanya itu kawan.Aku terlalu bingung untuk menyebutkannya. Padahal rasanya selama aku hidup 20 tahun lebih ini tak ada yang tak memberiku pengaruh selama hidupku.

Aku berangkat dari rumah yang diisi oleh banyak orang. Setiap orang dari mereka memberiku pelajaran yang bermacam-macam yang terkadang aku lupa apa yang telah kupelajari dari mereka. Aku berangkat menuju kampus juga menemui banyak orang. Di kampus bertemu banyak orang. Bahkan dalam perjalanan pulangpun aku bertemu banyak orang yang mungkin lebih banyak dari pada saat aku berangkat kuliah. Mereka semua yang memberiku pengaruh. ah, aku tak tahu sebenarnya kenapa tulisan ini ada. baiklah, mari kita akhiri keabsurdan ini :)
Read More

Saturday, September 8, 2012

ONLINE LAGI

Well, setelah sekitar lebih dari satu bulan tiada akses terdekat yang bisa menghubungkanku dengan dunia maya. Itu artinya, aku tak bisa meng-update status-status galau, kicauan tak berguna dan juga pastinya cerita tak berarti di blog ini. Tanpa jaringan internet aku tak bisa menelusup mengamati beberapa orang yang perlu kuamati. Tanpa jaringan internet aku tak bisa sibuk bercanda ria hahaha hihihi tanpa kendali. Tanpa jaringan internet, aku tak bisa curhat semauku di blog ini. Tapi rasanya dengan demikian dosa atas penghamburan waktu di dunia sedikit berkurang.Hahaha semoga.

Tapi malam ini, taraaaaaaaaaaaaa... aku bisa berada dalam jaringan alias daring alias online lagi. Well, ternyata kecanduan internetku tak berkurang. hahahaha

Malam ini, akhirnya, online lagi...... :D


Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)