Wednesday, June 5, 2013

CONQUEST 1453

Perlu saya akui, membaca kembali proposal penelitian memang sangat membosankan. Pasalnya kita tahu betul apa yang kita tulis, dan terlalu percaya diri atas apa yang kita tulis. Ditengah kebosanan, muncul ide untuk menonton film yang telah cukup lama di transfer oleh seorang teman ke computer portableku ini. Judulnya Conquest 1453. Dari cover film sudah terlihat bahwa ini adalah film kolosal yang pastinya banyak adegan-adegan penuh darah. Tapi karena sebelum menonton film ini saya tak melihat cover filmnya terlebih dahulu, jadi rasanya aman-aman saja. Baiklah, mari mulai mereview film yang kutonton tadi.  Sebelumnya mohon maaf bila apa yang saya sampaikan disini ternyata berbeda jauh dengan maksud si pembuat film. Maklum, otak ini kurang asupan sejarah. 

Alkisah ada seorang anak raja dari kerajaan Ottoman bernama Mahmud. Ia pernah naik takhta di usia 12. Namun kemudian digulingkan oleh Halil Pasha, kemudian naik takhta kembali saat ayahnya meninggal. Ia digulingkan dari takhtanya karena usianya yang sangat muda dan adanya ancaman dari pasukan salib kepada Turki Ottoman untuk meninggalkan Rumelia, karena itulah Sultan Murad II (ayah Sultan Mahmud) kembali naik takhta sedangkan Mahmud dipindahkan ke Pos Saruhan. Uniknya, 5 tahun kemudian, Sultan Mahmud yang kembali menjadi raja mengangkat Halil Pasha yang dulu pernah menjadi salah seorang pelaku penurunan takhtanya menjadi perdana menteri, sedangkan tiga orang yang lain (Pahabettin, Zaganos dan Saruca) menjadi penasehatnya.

Semua kerajaan disekitarnya terutama Konstatinopel atau Constantine menganggap remeh kemampuan Mahmud, sang raja yang baru naik takhta kembali. Bahkan mereka berencana meluluhlantakkan kerajaan Ottoman di masa pemerintahan Mahmud.

Dengan maksud mengejek, Konstantinopel mengirim permintaan damai untuk Ottoman. Atas pertimbangan dari perdana menteri, Baginda Raja mengamini permintaan damai tersebut. Lalu kemudian ia meminta anak buahnya mengirim surat pernyataan damai kepada semua kerajaan yang ada di Eropa termasuk Vatikan. Rakyatnya kecewa, karena periode raja sebelum-sebelumnya selalu menentang perdamaian dengan Konstatinopel dan melakukan invasi kerajaan kesana. Raja Mahmud tetap teguh dengan pendiriannya karena ia tahu tujuan akhir yang ingin dibangunnya adalah sama seperti yang diinginkan rakyatnya, melanjutkan usaha menaklukan Konstatinopel seperti para pendahulunya.

Singkat cerita, Konstatinopel ingkar pada janji perdamaian, Ottoman dengan terang-terangan membangun benteng tepat di depan benteng mereka. Konstatinopel segera berkonsolidasi dan meminta bantuan koalisinya. Kerajaan Mora dihubungi. Prancis dan Inggris yang menjadi rekanan mereka sedang sibuk berperang sendiri. German tak kalah sibuk dengan konflik internal dan berusaha mempertahankan singgasana rajanya. Konstatinopel berpikir Ottoman memanfaatkan kondisi seperti ini. Kerajaan Roma juga diajak bergabung disana. Vatikan tak ketinggalan mengikuti persatuan ini, tapi tetap mengajukan syarat yang melukai keyakinan yang dianut rakyat Konstatinopel. Vatikan akan mengirimkan bala bantuan pasukan pemanah andal, jika setelah kemenangan Konstatinopel mau tunduk pada aturan katolik dan Paus. Rakyat penganut Orthodox marah. Rasa sakit yang dulu pernah mereka rasakan saat dipaksa menganut Katolik masih terasa perih di hati mereka.

Kaisar Konstatinopel memaksa pembuat meriam bernama Urban untuk membuatkan meriam terhebat untuknya. Tapi Urban menolak karena ini bukan pertempuran demi negaranya, tapi demi ambisi Kaisarnya sendiri. Urban diancam putrinya akan dibunuh bila ia menolak. Malam harinya Urban beserta putrinya bernama Era berkemas dan bergegas pergi keluar negara. Sayang, utusan Notaros (penasehat Kaisar yang membujuknya membuat meriam) datang sebelum mereka kabur. Urban dan Era hampir saja terbunuh jika Hasan, utusan Sultan Ottoman, tidak hadir di waktu yang tepat. Urban dan Era di bawa ke kerajaan Ottoman untuk menghadap Raja. Karena mungkin merasa berhutang budi, Urban memutuskan untuk kembali membuat meriam yang bisa menembus benteng pertahanan Konstatinopel. Benteng Konstatinopel memang tak pernah sukses ditembus oleh serangaan Ottoman generasi manapun sebelumnya.

Diawal film ini diceritakan leluhur Mahmud yang merupakan mendiri kerajaan Ottoman menghadap Rasulullah SAW. Nabi bersabda yang kurang lebih isinya mengabarkan bahwa akan datang suatu masa dimana Konstatinopel akan jatuh dan orang yang memimpin pasukan maupun pasukan yang dipimpinnya adalah pasukan terbaik sepanjang masa.

Kau tahu kenapa film ini dibuat, bukan? Karena sabda Rasulullah benar adanya. Mahmud, raja Ottoman yang dulu pernah digulingkan takhtanya saat usianya 12 tahun adalah pemimpin hebat yang dimaksud dalam kabar dari Nabi besar kita.

Merebut Konstatinopel tak akan pernah menjadi impian yang mudah dicapai. Perlu keteguhan, pengorbanan dan semangat yang tak pernah berhenti membara. Lebih dari 30 hari pasukan Ottoman terus menyerang Konstatinopel. Setiap penyerangan berakhir kegagalan. Setiap kegagalan Ottoman adalah pesta bagi Konstatinopel.

Penyerangan lewat laut tak selancar yang dipikirkan. Konstatinopel menghadang dengan rantai sebagai pembatas dan menghancurkan kapal dengan meriam lontar jarak jauh yang mereka punya. Penembusan benteng tak membuahkan hasil yang begitu baik karena meriam Basilica yang luar biasa besar itu tak bisa melontarkan peluru secepat dan sebanyak yang mereka kira sebelumnya. Jalur penggalian juga tak berhasil, terowongan yang mereka bangun ambrol dan membuat misi itu gagal. Para pemanah, penombak hingga pemain pedang bertebaran mayatnya dimana-mana. Mental prajurit Ottoman semakin lama semakin melemah, Raja atau Sultan Ottoman, Mahmud, tersiksa dengan kegagalan demi kegagalan yang ia dapatkan.  
Mahmud sedikit depresi. Emosinya yang biasa terkontrol dengan baik, menjadi meluap-luap dan semua orang disekitarnya menjadi sasaran kemarahannya. Para penasehat bingung dengan sikap Baginda Rajanya. Perdana Meteri yang sudah sejak awal menolak ekspedisi itu meyakinkan rajanya untuk mengakhiri peperangan. Kondisi internal Ottoman ricuh tiada dua. Prajurit kebingungan karena rajanya tak keluar kemah selama 2 hari penuh. Para provokator yang ingin mundur dari medan perang bermunculan. Meriam kebanggaan Ottoman, Basilica, meledak karena kesalahan teknis. Kerajaan Hungaria memutuskan hubungan diplomasi dengan Ottoman dan meminta pasukan mereka dicabut dari peperangan melawan Konstatinopel. Aih, sang sutradara membuat kondisi tersebut begitu menyebalkan dan membuat kesal para penontonya dengan sangat baik.

Hasan, guru pedang Raja Mahmud membantu menetralisir suasana yang juga pemimpin pasukan pedang Ottoman. Mental-mental banci nan pengecut tak bisa menembus tembok kuat Konstatinopel. Kerumunan prajurit yang galau mulai mengurai tapi raja mereka tetap tak keluar kemahnya. Hingga akhirnya datanglah seorang syekh. Ia menemui Raja Mahmud, mengajaknya ke kuburan leluhurnya yang dikubur dekat dengan benteng itu. Ia menguatkan Raja Mahmud untuk tetap melanjutkan ekspedisi ini. Raja Mahmud kembali menjadi raja yang gagah berani.

Strategi baru dibuat. Kapal-kapal diangkut melalui daratan dan dijadikan jembatan untuk masuk ke Konstatinopel. Cerdasnya, sisi yang menjadi fokus mereka adalah sisi terlemah benteng Konstatinopel. Terowongan juga kembali dibangun. Meriam kembali dibuat dan dimodifikasi agar bisa lebih sering menembakkan peluru. Para prajurit mulai bangkit percaya diri. Raja mereka kembali, keyakinan mereka menaklukan Konstatinopel muncul kembali. Sholat mereka dirikan sebelum menyerang Konstatinopel dengan serangan maha dahsyat setelah lebih dari 3 generasi menelan kekalahan.

Konstatinopel yang awalnya angkuh dan terbuai kemenangan, mulai kelabakan dan kebingungan saat pasukan Ottoman kembali bangkit dengan berbagai strategi baru yang diluar prediksi mereka.

Diawali dengan sebuah ledakan hebat dari bawah tanah, disusul dengan penyerangan melalui meriam Basilica, membuat benteng Konstatinopel goyah dan dapat ditembus. Semua orang berusaha memenangkan peperangan ini. Panji-panji Ottoman berpindah tangan untuk terus dikibarkan di menara bendera Konstatinopel. Kedaaan mendesak, para prajurit Ottoman seperti singa kelaparan. Prajurit Konstatinopel tetap berusaha ditengah keterhimpitan. Kaisar Konstatinopel dilarikan ke istana untuk diselamatkan. Warga sipil Konstatinopel berlarian menuju Gereja Aya Sophia (maaf bila ada kesalahan penulisan).

Hasan bertarung dengan Guistiniani, lelaki yang mencintai gadis yang dicintainya. Pertarungan mereka tak mudah kuikuti karena terlalu keji dan banyak darah berhamburan. Intinya, Hasan tetap hidup dan Guistiniani mati ditangan Hasan. Hasan kembali berlari menuju menara bendera untuk mengibarkan bendera Ottoman sebagai salah satu lambang kemenangan. Sayang, menancapkan bendera di menara itu mengundang banyak anak panah bersarang di badannya. Era menangis melihat kepergian prianya sambil memegang perut. Raja Mahmud getir menyaksikan kematian guru pedangnya. Tapi perang harus segera selesai dan Ottoman harus menang.

Kaisar Konstantinopel yang awalnya akan dilarikan keluar, menolak untuk lari. Ia memutuskan untuk menjaga kehormatannya walaupun harus mati di medan perang. Sayang, ia mati dan ini menunjukkan Ottoman menang. Semua pejabat dan tangan kanan Kaisar Konstatinopel ditangkap. Raja Mahmud memerintahkan Kaisar Kosntatinopel untuk dimakamkan seperti yang diajarkan agama yang mereka anut. Raja Mahmud juga mendatangi rakyat Konstatinopel yang berkumpul ketakutan di Gereja Aya Shopia, ia meyakinkan mereka bahwa mereka telah menjadi bagian dari kerajaannya dan pastinya ada dibawah perlindungannya. Selain itu, mereka akan diberikan kebebasan untuk memeluk agama yang mereka anut (tidak dipaksa masuk Islam). Semua rakyat disana sontak terkejut sekaligus bahagia. Padahal bila Konstatinopel menang, mereka harus tunduk patuh pada Katolik dan perintah Paus.

Ada beberapa hal yang masih membuatku bingung. Mungkin aku harus menontonnya untuk kedua kali atau berkali-kali agar paham alur sesungguhnya cerita ini karena tulisan ini hanya sekedar pemahamanku saja. Selain itu, perlu juga membaca sedikitnya dasar-dasar sejarah untuk mencocokkannya dengan film ini. Belajar sejarah selalu menyenangkan bila ada film-film bagus seperti ini.

Sebelum mengakhiri tulisan ini aku akan menyampaikan kebingunganku dalam film ini:
  1. Sebenarnya sikap Raja Ottoman kepada anaknya seperti apa sebelumnya? Apakah menjadi dingin secara tiba-tiba setelah ia menjabat sebagai raja, atau bagaimana? Hatiku sedikit teriris saat anak raja, Bayezid, rindu pada ayahnya dan tidak terbalaskan. Tapi sikap dinginnya membuat adegan Biyazed dipeluk sebelum Raja pergi ke medan perang menjadi sangat mengharukan.
  2. Aku tak mengerti kenapa nama Halil Pasha dicatut dalam sebuah surat oleh kerajaan Konstantinopel?
  3. Apakah Era dan Hasan seorang Muslim? Apakah mereka sudah menikah? Mereka sempat berciuman dan berhubungan intim. Jika mereka atau salah satunya muslim, seharusnya tidak ada adegan itu L
  4. Sebenarnya jilbab di jaman itu seperti apa? Bukankah di masa Rasulullah SAW sudah ada perintah menggunakan jilbab? Tapi jilbab seperti apa yang mereka gunakan? Psstt.. rambutnya bagus-bagus!
  5. Pakaian penari yang menghibur para pembesar Konstatinopel sangat mirip dengan pakaian penari dalam komik yang pernah saya baca. Bagian lengan lebih panjang melambai-lambai, tapi bagian rok terbelah hingga pangkal paha. Baju macam apa itu -___-
  6. Seberapa banyak pasukan Ottoman yang mereka bawa? Mengapa setelah 40 hari berperang tetap saja ribuan jumlahnya saat hari penyerangan akbar?
  7. Bahan dasar perisai prajurit itu besi, bukan? Kenapa bisa ditembus anak panah? Apa memang karena anak panah tersebuh terlalu runcing? Ataukan perisai mereka terlalu lembut untuk berperang sehingga tak berfungsi sebagai perisai?
Ah sudahlah, tak usah tanggapi pertanyaan-pertanyaan isengku itu. Film ini baik sekali terutama bila menjadi salah satu sarana pembelajaran sejarah. Ah, rasanya saya mulai jatuh cinta dengan film-film sejarah :* 

Awalnya saya pikir film ini akan saya tonton bersama anak-anak dekat rumah sekalian belajar sejarah Turki Utsmani bersama. Tapi karena ada adegan-adegan yang tidak oke dan tak baik dilihat anak-anak, mungkin film Omar saja yang saya pilih. Hehehe. Salut untuk semua kru yang bekerja keras untuk film yang sepertinya menghabiskan dana luar biasa banyak ini (y) 

Baiklah, film ini recommended untuk anda. Di tulisan ini tidak menceritakan semua detail cerita yang menarik. Jadi, lebih baik anda menontonnya sendiri :)

0 comments:

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)