Friday, February 27, 2015

CV yang Baik?

"Ki, CV yang bagus gimana sih? Harus bagus desainnya atau isinya sih?"

Menarik. Pertanyaan ini sungguh menarik. Jawabannya seperti selalu jawaban dari ilmu sosial yang tak pernah pasti, tergantung. Tergantung dari kapan HR Recruitment/Selection/whatever their job tittle itu membaca CV, mencari CV dan apa yang ingin ia dapatkan dari CV yang diterimanya. 

Saya coba gambarkan apa yang ingin saya sampaikan dengan sebuah cerita. 

Di sebuah jobfair, sebuah booth dipenuhi oleh puluhan orang yang bergelar 'jobseeker' yang memberikan selembar rangkuman tentang hidup mereka dengan penuh harap. Beberapa dari mereka membawa CV dan berkas lamaran lainnya di dalam segepok amplop coklat yang mereka pegang erat-erat. Beberapa yang lain berdandan habis-habisan karena yakin kesempatan walk in interview itu selalu ada. Beberapa sisanya berusaha memodifikasi CV dengan beragam warna dan foto bergaya. Recruiter di booth itu hanya sendiri. Ia kewalahan karena tuntutan kerja serta para pencari kerja yang sibuk tebar pesona. 

Menurutmu, apakah sang recruiter akan melihat kandidat dengan cara yang sama? dari CV mereka yang berwarna? dari dandanan mereka yang cantik rapi tiada dua? dari tebalnya CV yang menyebutkan bahwa empunya pernah juara dance Korea? 

Setahu saya, tidak ada pakem khusus dalam membuat CV yang baik. Tapi baiknya kita hanya mencantumkan apa yang berkaitan dengan pekerjaan yang kita inginkan. Ada beberapa hal yang seringnya dilupa oleh para pembuat CV, yaitu deskripsi pekerjaan yang pernah ia lakukan. Sesungguhnya para kandidat yang memiliki kemampuan khusus bisa dideteksi dengan cepat bila mencantumkan deskripsi pekerjaan yang telah ia lakukan di perusahaan sebelumnya. Menuliskan jobdes akan membantu recruiter untuk lebih cepat menemukan kandidat terbaik yang ada dari setumpuk lamaran tak jelas di kantornya. 

Kedua, tak perlu mencantumkan hal-hal yang tidak berkaitan dengan apa yang ingin diketahui oleh calon perusahaan kita. Begini, bayangkan kamu mau menyatakan cinta dan ingin 'nembak' seseorang, apa kamu akan menyebutkan minuman kesukaan ataupun makanan kesukaan saat mengutarakan cinta? Tidak, bukan. Recruiter itu karyawan yang tuntutannya dari beragam pihak, tak usah membuat pekerjaannya lebih berat dengan menyebutkan hal-hal tak penting. Eh, tapi boleh juga sih. Siapa tahu CV kamu bisa jadi hiburan di sela kepadatan waktu bekerja *mulaijahat

Ketiga, saya cenderung senang CV yang tidak terlalu polos dan standar tapi tidak juga berlebihan. Saya pernah menerima CV dengan warna terang benderang dan foto bergaya bak artis terganteng se-jagad raya. Alamak, siapa pula yang mau menoleh dan membaca CV itu? Kami bukan hanya ingin lihat hasil kreativitas seseorang tapi juga pengalaman dan potensi apa yang ia punya. 

Keempat, rapikan CV kamu sebisa mungkin. CV itu kasarnya hasil proyeksi seseorang tentang hidupnya dan keinginannya untuk bergabung dengan perusahaan. Sayang loh kalau ada tanda titik dua yang 'nyengsol' dari garisnya. Kalau saja recruiter yang menerima CV itu seorang yang sensitif dengan 'nyengsolnya' titik dua, mungkin CV kamu sudah ada di tumpukan rejected files. 

Kelima, lamar posisi yang mungkin diterima. Usaha untuk klik 'apply' di portal lowongan kerja memang sangat mudah. Tapi tahukah bahwa kamu yang berlatar pendidikan Ilmu Komunikasi memiliki kemungkinan yang kecil untuk diterima di departemen Engineering? Bijaklah dalam melamar pekerjaan. Perhatikan syarat dan kriteria pekerja yang dicari. Jangan buang-buang waktu untuk hal yang kamu juga tahu akibat dan hasil yang akan didapatkan. 

Terdengar sadis dan terlalu tajam di beberapa bagian, tapi ini benar-benar berdasarkan pengalaman saya selama di lapangan. Bila ada hal-hal yang kurang berkenan, mohon maaf sebesar-besarnya. 

Sungguh, selama menjadi recruiter, saya tidak hanya design CV seseorang. Tidak juga melihat seberapa tingginya IPK seseorang. Juga tidak hanya melihat seberapa tebal CV seseorang. Menurut saya, job requirements dan job description atau job summary sudah menjadi patokan standar orang seperti apa dan CV seperti apa yang harus saya tindak lanjuti, begitupun sebaliknya. So, jangan terlalu banyak buang waktumu untuk hal-hal yang kau tahu tidak akan berarti apapun di hidupmu kemudian hari. 


Bandung, 27 Februari 2015 (lagi)


Nb: setelah dibaca lagi kok gak nyambung ya? Tapi yasudahlah.. Haha

Read More

Jualan

JUALAN! Yeah, akhirnya saya berani berjualan alias berdagang juga. Sebetulnya dari dulu saya sudah tertarik berjualan namun tidak berani dan kurang percaya diri menjadi penyebab saya tidak melanjutkan aktivitas berjualan tersebut. Benar ya kata Allah, 9 dari 10 pintu rezeki itu ada di perniagaan. Mau sekecil apapun hasil berjualan, terasa lebih gimana ya, ah saya bingung menggambarkannya. 

Awalnya, saya tidak terpikir untuk berjualan, tapi karena salah satu teman dekat saya iseng-iseng jualan, akhirnya saya ikut-ikutan. Dan ikut-ikutan ini pun cukup menyenangkan. 

Ternyata berjualan bukan hanya berbicara tentang untung dan rugi. Tapi juga tentang kesenangan saat konsumen membeli dagangan kita. Padahal yah, untungnya sih gak seberapa. Hanya cukup beli bakso seporsi di tukang bakso pinggir jalan. Tapi entahlah, rasanya senang seperti dapat bunga mawar se-truk dari kekasih pujaan hati *mulailebay

Barulah setelah merasa bahagia itu saya menyadari rasa senang karena berjualan yang dirasa adik saya. Manusia satu itu adalah mesin penghasil uang dimanapun ia berada. Otak bisnisnya lebih lancar daripada otak lainnya (memangnya otak ada berapa sih? Haha). Selama liburan kuliah, kerjaannya hanya mejeng di depan komputer yang terkoneksi dengan internet. Berselancar di dunia maya. Dalam sebulan untung bersih yang ia dapatkan sebanyak 2 juta rupiah. Mungkin sedikit bagi orang yang sering megang uang segitu banyaknya. Tapi buat saya yang sama-sama setiap hari nongkrong di depan komputer dan tidak menghasilkan apa-apa itu luar biasa. Disitu kadang saya merasa sedih.

Malu. Ya, malu menjadi alasan saya tidak ikut-ikutan terjangkit virus berjualan melalui media manapun. Padahal saya gak malu tuh kalau ngutang ke orang lain. Fufufufu. Harusnya kebalik ya! Malu berhutang dan berani berjualan. Hehe. 

Berjualan itu upaya hidup mandiri yang keren kok!

Saat saya mengikuti training di Aalst, salah seorang peserta training saya tanya tentang pekerjaannya dan kesibukannya sebelum bergabung dengan perusahaan kami. 

"Me? I'm self employed," katanya tegas. 

Dan saya suka. Hahay. Sungguh, terpesona saat jawabannya singkat, jelas dan padat. 

Jadi, untuk kalian para wirausahawan muda, SEMANGAT!!! Kita telah membantu orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dan terbantu oleh para pembeli yang telah membeli dagangan kita.

Mau tahu apa yang saya jual? Jual diri. Heheh. Enggak deng, naudzubillahi min dzalik. Saya berjualan tas wanita yang harganya dibawah Rp. 100.000,- Alhamdulillah jualan tas, bisa beli tas gratis. Eh gak beli ya berarti namanya. Haha. Yah begitulah.  


Bandung, 27 Februari 2015
Read More

Wednesday, February 11, 2015

Dengan Kekuatan LinkedIn

Ada yang belum tahu apa itu LinkedIn? LinkedIn itu sosial media untuk professional. Maksudnya, sosial media ini ada untuk urusan yang berkaitan dengan pekerjaan. Isinya hampir sama dengan Facebook. Ada profile, ada message dan ada notification. Bedanya, profil kita disini lengkap dengan pekerjaan (kalau mau melengkapinya dengan jobdesc sih lebih bagus), honor & awards, social activities, dll. Fasilitas pesan hampir mirip seperti FB dan e-mail tentunya tanpa fasilitas chatting. Notification-nya juga persis FB dan Path pada awal kemunculannya. Semua orang yang membuka profil kita akan diberitahu oleh sistem. Jadi, gak bisa diam-diam kepo, Kakaaaak. 

Saya biasa menggunakan ini untuk mencari calon karyawan yang mau isi posisi kosong di perusahaan. Heran ya? Kok kita yang menawarkan pekerjaan? Karena gak semua posisi dengan kemampuan spesifik atau spesial bisa terjaring dengan mudah dari iklan lowongan pekerjaan. Oleh karena itu, saya sangat senang sekali dengan orang-orang yang mengisi profilnya dengan lengkap. Mudah disortir. Hehehe. 

Bagaimana mencari kandidat di LinkedIn? Caranya mudah, tuliskan saja kata kunci pencarian. Bisa nama perusahaan, posisi atau bila sudah punya nama kandidat kamu bisa menuliskan nama kandidat. Setelah itu, selamat berkepo ria. 

Bagaimana mencari pekerjaan di LinkedIn? Lebih mudah. Caranya sering-sering kepo ke akun perusahaan yang kita idam-idamkan. Jangan lupa berteman dengan banyak recruiter dan juga pantau terus status mereka. Selain itu, kamu bisa gabung ke grup yang sesuai dengan pekerjaan yang ingin kamu cari. 

Beberapa bulan yang lalu saya mencari orang untuk mengisi posisi Tax Supervisor. Tax alias pajaknya sih cukup mudah, tapi spesialisasi KITE-nya (ketentuan pajak dari pemerintah untuk barang-barang yang diimpor dengan tujuan ekspor) yang menantang. Dari sekian banyak kandidat yang saya kasih pesan cinta, nyatanya sering ditolak mentah-mentah atau bahkan salah sasaran (ini bego banget sumpah!). Tapi akhirnya dapat juga orang yang memiliki 85% kriteria yang diinginkan dengan potensi berkembang yang cukup besar. Tapi karena yang bersangkutan masih dalam masa percobaan, saya gak pernah bisa tenang. Yaaahh begini nasib jadi recruiter. 

Selain itu, saya juga baru tahu kekuatan LinkedIn lainnya. Hanya dengan membuat status semacam: 
We have a lot of vacancies in PT.blablabala. Like, comment or send me a message for further information.
Orang tersebut sudah dengan mudah mendapatkan calon kandidat lalu dengan mudahnya melakukan sortir profil kandidat di LinkedIn.

Oleh karena itu lengkapnya profil di LinkedIn bisa memudahkan orang-orang semacam saya. Walaupun saya akui terlalu malas melengkapi profil LinkedIn seperti halnya seorang profesional. Fufufufu. 

Memang tujuan dibuatnya adalah tujuan profesional, tapi tetap saja ada orang-orang -yang bahasa kerennya mah- 'manghiwal' dari tujuan utamanya tersebut. Saya pernah mendapatkan 'sapaan hangat' yang jauh dari kata profesional baik dari manusia-manusia pribumi ataupun bule-bule kompeni (padahal gak semua bule kompeni). Menghindarinya bagaimana? Mudah. Abaikan saja. Anjing menggonggong, tuan puteri berlalu. *ceileh.

Ah ya, LinkedIn seperti halnya FB memiliki fitur yang unik, yaitu pengingat ulangtahun dan pengingat anniversary seseorang dengan posisinya. Hanya dengan meng-klik 'say congrats', kamu sudah bisa menyampaikan ucapan kepara orang yang bersangkutan. 

Saya mencoba fitur ini. Berjalan cukup lancar untuk ucapan ulangtahun, tapi tidak dengan ucapan anniv salah seorang rekan LinkedIn saya. Bunyi pesannya kalau tidak salah begini: 

Subject: Congrats!
Hi XXX,
Congratulation! Hope you're doing well!

Regards,
Arrizqiya

Rekan saya itu menjawab

Subject:re: Congrats!
Hi Arrizq***,
Congrats for what?
Regards,
XXX

Saya lalu menjelaskan bahwa saya mengucapkan selamat atas setahun lamanya ia bekerja di perusahaan itu. Tak lupa saya menjelaskan bahwa saya baru saja mencoba fitur LinkedIn yang bisa membuat saya tahu tentang informasi tersebut. Kocaknya, rekan saya itu kemudian sadar bahwa fitur itu memang ada dan ia juga baru sadar hari itu tepat setahun ia bekerja di perusahaannya sekarang. Saat itu juga saya ingin ngaliang. Hahahaha

Intinya, 'kekuatan' LinkedIn bisa membantu para recruiter dan juga para jobseeker. Jadi, segera buat LinkedIn dan lengkapi profilmu *promotakberbayar

Bandung, 11 Feb 2015
Read More

Friday, February 6, 2015

Bertemu Sosok yang Tepat

Ini bukan tentang jodoh. Sungguh. Ini secuil cerita tentang pekerjaanku sebagai HR Recruitment & Development. Bertemu sosok yang tepat untuk posisi yang tepat di waktu yang tepat itu butuh proses yang tidak pendek. Menurut saya, recruiter itu sales perusahaan. Sales yang mengejar ketercapaian target pemenuhan posisi kosong dan mendapatkan kandidat yang berkualitas. Ini sungguh menantang. Bayangkan, kami harus bertemu orang-orang yang memang sedang tebar pesona dan menjanjikan diri mereka adalah orang yang sangat bisa melakukan pekerjaan tersulit sekalipun. Di sisi lain, kami harus benar memilih orang yang benar-benar kami butuhkan. Gini deh simplenya. Ada botol yang belum punya tutup botolnya. Nah, tugas recruiter itu mencari si tutup botol yang cocok untuk botol tersebut. Gak bisa kegedean atau kekecilan. Harus pas. Mau sebagus dan sementereng apapun tutup botolnya, kalau gak pas yang gak bisa dipakai. Nyari yang pas ini yang kadang bikin hopeless. Gak semua orang yang bagus itu tepat untuk posisi yang kita cari. Dan gak semua orang yang tepat untuk posisi itu ada di waktu yang tepat. 

Dulu, teman saya yang pernah bekerja di perusahaan ternama di Indonesia pernah bercerita bahwa prestasi atau apapun yang dimiliki kandidat yang mau masuk ke perusahaannya tidaklah penting. Yang penting adalah body oke, wajah kece dan kalau digimana-gimanain cuma iye iye. Sayang, perusahaan oke, orang-orangnya ada aja yang gak oke. 

Penampilan memang bisa jadi faktor yang diperhitungkan, dengan catatan posisi yang dilamar membutuhkan penampilan sebagai penunjang. Contohnya posisi customer service, executive secretary, receptionist, sales, dll. Kalau kamu melamar posisi sebagai tax officer atau teknisi misalnya, penampilan akan menjadi faktor kesekian dalam seleksi pekerjaan. Rapi cukup lah ya. Gak perlu menor atau menyebar wangi parfum ke segala penjuru angin. 

Urusan proses rekrutmen dan seleksi bukan hanya berkutat pada pihak eksternal yang berharap menjadi bagian internal perusahaan, tapi juga pihak internal perusahaan sendiri. Pengajuan kandidat kepada user seringkali berbuah nihil seperti kami tak sungguh-sungguh mencari kandidat terbaik. Padahal mereka tidak tahu, mata saya sering jereng menguliti profil pelamar ataupun manusia-manusia yang akan saya lamar eh maksudnya saya beritahu tentang posisi kosong di perusahaan kami. 

Proses rekrutmen dan seleksi itu menarik. Banyak manusia unik dan cerita asyik dan beragam hal yang membuat saya merasa sedang tidak bekerja tapi sedang bersenang-senang. Walaupun di banyak waktu saya sering juga merasakan yang sebaliknya, bukan sedang bekerja tapi sedang berada di neraka. Ah ya, jelas itu hiperbolis, kawan. 

Inti dari tulisan ini adalah penjabaran kata 'tepat'. Bertemu sosok yang tepat untuk tujuan yang tepat dalam waktu yang tepat pula terkadang rumit tiada dua. Maka jangan semena-mena menyalahkan hasil psikotest ataupun recruiter atas ketidakberhasilan Anda dalam seleksi di suatu intansi. Bisa saja, mungkin kamu adalah orang yang terlalu oke untuk posisi tersebut, mungkin juga kamu kurang oke untuk posisi tersebut. Yang jelas, saat itu recruiter beserta jajarannya termasuk user merasa kamu belum menjadi orang yang tepat untuk posisi yang tepat di waktu yang tepat. Tepat, bukan?

Ah ya, jika kamu kebingungan siapa itu 'kami'? Anggaplah saya sedang mewakili para recruiter yang ada di dunia. Hahahaha

Ciparay, 06 Februari 2015
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)