Sunday, January 24, 2016

PASPOR SI KIKI : BERTATAP MUKA DENGAN PATUNG MEDUSA

Tujuan tur selanjutanya adalah Basillica Cistern, yaitu tempat penampungan air di masa Romawi yang bisa menampung sampai dengan 100.000 m3 air TANPA BOCOR! Jaman sekarang mah gentong juga pada bocor! Kabarnya, dulu untuk mengunjungi tempat ini para turis harus menggunakan perahu. Tapi sekarang sudah dibangun jembatan yang bisa mempermudah akses kunjungan para wisatawan dan juga lebih aman untuk selfie-selfie. Di dalam penampungan air ini banyak sekali ikan dalam ukuran jumbo loh!

Basillica Cistern sengaja dibangun untuk memenuhi kebutuhan terhadap air masyarakat sekitar Konstatinopel. Selain itu, tempat ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan supply air Hagia Sophia dan sekitarnya. Pembangunan tempat ini dilakukan (kalau tidak salah) bersamaan dengan pembangunan Hagia Sophia. Air yang terdapat di penampungan air ini berasal dari sungai sebelah utara. Entah teknologi macam apa yang dibuat mereka tapi penampungan ini selalu memiliki supply air yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih. Sejak Kesultanan Utsmaniyyah, tempat ini ditutup karena air di tempat ini dikhawatirkan tidak memenuhi syarat air bersih untuk bersuci umat Islam. Tempat ini ditemukan kembali secara tidak sengaja. Ada yang bilang seorang warga Istanbul yang terheran-heran karena ia bisa mendapatkan ikan besar dari bawah rumahnya. Ada juga yang bilang kalau penampungan tersebut ditemukan oleh sejarawan Perancis yang terheran-heran karena melihat warga Istanbul mengambil air dari bawah rumah mereka. Entahlah~

Suasana lembab dan agung sangat terasa saat kami baru memasuki tempat ini. Saya merasa berada di dalam aula besar yang gelap dan megah. Tiang-tiang di tempat ini bergaya Yunani yang memperlihatkan pengaruh Yunani di masa itu. Ada cerita bahwa tempat ini adalah hasil renovasi Kaisar Constantine karena 2 abad sebelumnya penampungan air yang ada rusak karena kebakaran. Tapi saya tidak tahu detail ceritanya.

Ornamen tiang-tiang yang ada di dalam Basillica Cistern sangat khas. Rata-rata ornamennya berbentuk seperti mata dan aliran air dalam waktu yang bersamaan. Saya pernah baca bahwa itu adalah simbol yang digunakan untuk mencegah datangnya kejahatan alias tolak bala oleh orang-orang romawi kuno. Simbol ini juga mudah ditemukan di berbagai oleh-oleh pernak-pernik di Grand Bazaar, Spice Bazaar maupun pedagang emperan jalan.

Kami berjalan di atas jembatan dan mulai menelusuri Basillica Cistern. Saya menebak-nebak dimana kepala Sang Medusa berada. Ternyata di ujung jembatan, ada dua patung medusa yang diletakkan terbalik. Ada mitos yang mengatakan bahwa patung tersebut sengaja diletakkan seperti itu agar tidak ada makhluk hidup yang menjadi batu karenanya. Tapi ada penjelasan yang lebih masuk akal, tiang itu sengaja dibalik karena lebih pas menompang penampungan air tersebut, kalau diletakkan terbalik malah akan membuat penampungan air miring. Sekali lagi, entahlah~

Tiket masuk tempat ini adalah 10 tl, sekitar 50.000 rupiah. Lagi-lagi saya mah dapat gratisan karena ikut tur jadi gak bayar lagi.

Menurut saya, tempat ini adalah tempat yang harus masuk daftar kunjungan ketika mampir ke Istanbul. Saya masih gak habis pikir sih, di abad ke 6-12 kok otaknya udah pada encer-encer gitu ya? Makin kesini manusia itu tambah pinter atau tambah bego sih?


Bandung, 24 Januari 2016
Read More

PASPOR SI KIKI : BERTEMU HAGIA SOPHIA PART II

Omar menjelaskan tentang tanda salib yang seharusnya ada di pintu tapi dikikis sehingga terlihat menjadi seperti garis panjang saja. Ini menunjukkan betapa kaum muslimin saat itu sangat toleran karena kalau mereka mau, mereka bisa mengganti pintu tersebut. Kami juga diberi penjelasan tentang gambar-gambar malaikat, maria, yesus, dll yang ditutup kain atau kaca putih saat Hagia Sophia menjadi masjid. Gambar-gambar tersebut tidak dimusnahkan sebagai bentuk penghormatan terhadap umar Kristen saat itu. Ironisnya, langit-langit Hagia Sophia yang memang berlapiskan emas itu sudah sedikit terkelupas catnya karena sempat dijarah oleh manusia yang tidak bertanggungjawab. Disana juga terdapat banyak pamflet yang sangat informatif tentang kondisi Hagia Sophia pada awalnya dan sejarah yang berkaitan dengannya.

Saat kami diajak masuk kedalam, kami diperlihatkan lekukan di depan pintu gerbang. Lekukan tersebut disebabkan oleh prajurit yang selalu berdiri sigap disana dan membuat tanah yang mereka pijak menjadi lekukan.

Di dalam Hagia Shopia, kami dibuat terkagum-kagum lagi. Meskipun sering melihat dari liputan televisi, tapi rasa takjub melihat seluruh desain interior dalam Hagia Sophia membuat saya tetap mengaga. Keren pisan!

Tulisan Allah, Muhammad, nama-nama khalifah dan cucu nabi Muhammad terpampang jelas disetiap sudut Hagia Sophia. Lukisan Maria dan Jesus yang tadinya ditutupi kain putih terlihat jelas diantar tulisan Allah dan Muhammad. Menurut Omar, waktu pengerjaan Hagia Sophia memakan waktu hingga 5 tahun lamanya dan dome alias kubah Hagia Sophia itu diimpor dari Romawi. Karena sang Kaisar Romawi ingin bangunannya cepat selesai sebelum ia meninggal dunia, maka pembangunan Hagia Sophia bak sopir metro mini di Jakarta, alias dikejar setoran. Kubah Hagia Sophia berkali-kali rubuh karena pemasangan yang terburu-buru. Oleh karena itulah terdapat gambar 2 malaikat yang katanya untuk menjaga kubah Hagia Sophia.

Padahal saya pikir proses pembangunannya memakan waktu hingga 50 tahun loh saking kerennya. Ternyata cuma 5 tahun!

Masih menurut Omar, katanya semua masjid yang ada di Turki mencontek desain Hagia Sophia. Karena ingin menandingi keagungan Hagia Sophia, maka Kesultanan Utsmaniyyah membangun Blue Mosque dekat dengan Hagia Sophia. Tapi nyatanya keindahan Blue Mosque tidak dapat mengurangi keindahan Hagia Sophia. Selain itu, kubah di Hagia Sophia katanya tidak sama sekali berhubungan dengan Islam karena bangunan ini dibangung 40 tahun (eh atau 14 tahun ya?) sebelum kelahiran nabi Muhammad Saw (saya lupa tepatnya). Saya belum cek sih apakah opini tersebut betul atau tidak, menurut saya sih kedua bangunan itu ruar biasa!

Ternyata di dalam Hagia Sophia juga terdapat perpustakaan Sang Sultan Ahmet, selain itu juga ada mimbar yang digunakan imam untuk memimpin sholat di tempat tersebut. Ada juga tempat wudhu yang ada di bagian belakang bangunan ini. Setelah foto sana sini di lantai 1 Hagia Sophia, kami memutuskan untuk naik ke lantai 2. Ternyata tidak ada tangga menuju lantai 2 melainkan jalan menanjak sebagai pengganti tangga. Saya pernah menemukan ‘tangga’ semacam ini di salah satu mall di Jakarta. Tapi kok kepikiran ya aristeknya! Padahal internet juga belum ada pastinya!

Nah, sesampainya di lantai 2, ternyata foto selfie lebih valuable disini karena pemandangan lantai 1 tak kalah indahnya. Saya juga ikut-ikutan selfie demi mengabadikan pengalaman mengunjungi Hagia Sophia. Di lantai dua ini juga terdapat semacam pameran barang-barang antik dan juga kedai oleh-oleh khas Hagia Sophia. Lapak jualan seperti itu juga saya temukan di beberapa titik di Hagia Sophia. Harga barang di dalam museum cenderung lebih mahal ya.

Sampai ke lantai 1, kami melihat sebuah tiang yang bolong dan seorang bapak sedang mengusapkan jempolnya ke sekitar lubang di tiang tersebut. Kabarnya, siapa yang melakukan hal tersebut keinginannya akan terkabul. Karena saya tidak mau terjebak syirik, saya mah berdoa saja ke Allah Swt yang gak perlu diusap-usap sampai berlubang dan termasuk tindakan vandalisme seperti itu.

Ternyata hanya saya, Pak Ari dan Pak Zul yang terlambat datang berkumpul dengan peserta tur lainnya. Mereka membuat tebak-tebakan dimanakah kota Douala berada dan dari manakah asal kami semua. Karena saking lamanya menunggu, saat kami keluar mereka langsung terlihat lega dan bertanya, “Douala itu dimana ya? Kalian asalnya darimana?”

Saat kami jawab, “Douala itu di Kamerun dan kami dari Indonesia dan Malaysia.”

“Ooooo....”

“Mari kita lanjutkan turnya,” sahut Omar menutup tebak-tebakan siang itu.

Lalu kami berjalan menuju tempat dimana patung kepala Medusa berada...


Bandung, 24 Januari 2015
Read More

PASPOR SI KIKI : TURKI JILID I –BERTEMU HAGIA SOPHIA-

Awalnya saya malas menuliskan cerita ini karena foto-foto saya dari memory card kamera saku sudah berpindah ke laptop yang ada di rumah. Hasrat narsis terhambat, semangat nulis berkurang. Benar-benar blogger abal-abal. Hahaha.

Tapi karena takut keburu lupa dengan ceritanya, baiklah saya curcol sampe meluber-luber di blog ini. Keterangan gambar akan di upload di Flickr atau Facebook.

Nah, menginjakkan kaki di Kota Istanbul membuat saya tersenyum cerah ceria sepanjang hari. Kenapa? Karena disini tukang jagung dan kacang saja ganteng badai. Tengok kanan kiri rata-rata para makhluk berjakun yang ada di kota ini berjanggut, kumis tipis dan macung. Lengkap juga dengan tatapan mata yang tajam dan juga bulu mata yang lentik. Postur tubuh mereka beberapa ada yang atletis, beberapa yang lain yaaa buncit-buncit macam om-om gitu. Ada yang tinggi, ada juga yang mini-mini gitu. Intinya, ganteng deh.  Oke skip pembahasan tentang populasi manusia ganteng yang terakumulasi di Turki.

Saya ikut rombongan Tour Istanbul yang disediakan oleh Turkish Airlines. Sebetulnya jadwal tur di hari Jumat adalah mengikuti Bosphorus cruise. Tapi karena saat saya datang adalah musim dingin, maka tur dialihkan ke area Sultanahmet. Peserta tur berasal dari beragam negara, ada yang dari Italia, Cina, Korea, dll. Pak Zul sempet-sempetnya foto-foto dengan turis Italia yang cantik dan sekseh. Emang yaaa cowok mah begitu udah punya anak juga~

Perjalanan kami di Turki tepatnya di area Sultanahmet dipandu oleh Omar, sang guide. Di perjalanan kami menuju Sultanahmet, Omar bercerita tentang sejarah kota Istanbul yang dulunya disebut Kota Konstatinopel di zaman kerajaan Romawi. Kota ini pun terkenal dengan sebutan “The capital of the world”  dan merupakan ibu kota Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Romawi Latin dan juga Kesultanan Utsmaniyah (sumber: wikipedia). Yang menakjubkan lagi selama abad pertengahan, Konstatinopel merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa. Wuih. Mantap kan.  

Nama Konstatinopel berganti menjadi Istanbul di masa berdirinya Republik Turki dan menjadi bagian dari reformasi nasional Ataturk. Oh ya, beberapa huruf khusus dalam bahasa Turki tidak ada di komputer saya, jadi mohon maaf kalau tulisannya tidak sesuai dengan ketentuan penulisan yang seharusnya. Nah, Ataturk ini adalah Bapak Turki. Kata teman saya, beliau ini semacam Hitlernya Turki. Tapi jasa Ataturk dikenang dimana-mana. Bahkan di pelajaran Bahasa Turki teman saya disana ada bahasan khusus tentang bapak ini.

Kota Istanbul dikelilingi benteng yang kokoh luar biasa. Sebelum jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah, kota ini sering di serang oleh musuh-musuh Romawi, tapi tidak pernah berhasil terjebol bentengnya. Potongan-potongan benteng masih terlihat di sepanjang perjalanan dari bandara ke Sultanahmet. Kota ini adalah kota pelabuhan yang dapit oleh Laut Marmara yang menghubungkan Istanbul bagian Eropa dan bagian Asia, golden horn atau tanduk emas dan juga selat Bosphorus. Jadi terbayangkan betapa strategisnya Istanbul.

Sebelum menelusuri Sultanahmet, kami diajak sarapan dulu di restoran. Saya agak bingung sih ini sarapan atau apa. Menunya adalah roti dengan mentega, lalu ada telur rebus yang ada cap pink-nya. Ada juga tomat kecil-kecil dan buah zaitun. Gue bingung makannya yang mana dulu. Hahaha. Katrok mah gak bisa dimodifikasi ya. Selain sarapan, kami juga disuguhi teh apel khas Turki. Rasanya mirip teh Rosemary yang suka dibikinin ayah saya. Ah, mendadak kangen ayah~

Selesai sarapan, kami berjalan menuju area Sultanahmet alias kota tuanya Turki. Disini walaupun bangunannya vintage, tapi teknologinya ruar biasa loh. Semua pakai sensor. Indonesia kalah parah (setidaknya kabupaten Bandung kalah telak). Tiang pembatas parkir saja pakai sensor. Keren!

Kami diajak mengunjungi lapangan lengkap dengan 3 hippodromenya. Ternyata setiap tiang disini berbeda-beda asalnya. Awalnya ada 13 tiang dan disisakan 3 oleh Kesultanan Utsmaniyyah. Dulunya, lapangan ini adalah tempat diadakannya pertandingan, saya lupa pertandingan balap kuda atau seperti apa. Yang jelas, pemenangnya akan dihadiahi mahkota oleh raja. Omar menjelaskan asal muasal setiap tiang dan arti dari setiap pahatan yang ada di setiap tiang. Salah satu tiang itu sebenarnya berujung kepala ular, tapi dihancurkan bagian ularnya oleh Kesultanan Utsmaniyyah karena di agama Islam melarang semua barang yang menyerupai makhluk hidup seperti patung, gambar, dll.

Nah, kami ditunjukkan Blue Mosque, mesjid berminaret enam yang menjadi ikon Turki selain Haghia Sophia. Tapi karena mendekati waktu sholat Jumat, maka tidak diperkenankan untuk mengunjungi mesjid tersebut. Kami langsung beranjak ke Haghia Sophia.

Museum ini memang sangat menakjubkan. Saya gak habis pikir ada manusia yang sudah sedemikian canggihnya di abad ke-12. KEREN PISAN! Mulai dari gagah dan kokohnya bangunan, hingga detail ornamen yang cantik luar biasa. Tiket masuk ke museum ini adalah sebesar 30 tl. Karena kami peserta tour gratis, maka kami tidak perlu mengantri dan bayar. Disini Omar membagikan alat komunikasi dan menjadikan boarding pass kami sebagai jaminannya. Kami diminta mendengar penjelasan Omar selama 15 menit dan dipersilahkan untuk eksplorasi museum sampai dengan 13.30.


Haghia Sophia awalnya merupakan gereja Ortodhox yang kemudian berubah menjadi gereja Katholik (kalau tidak salah) dan kemudian berubah lagi menjadi masjid di jaman Kesultanan Utsmaniyyah. Rumah ibadah ini akhirnya menjadi museum dan menjadi situs sejarah pertama yang disahkan oleh UNESCO di dunia. Kata Omar sih alasan pengubahan fungsi tempat ini cenderung politis. 

(to be continued, ceileh~)

Bandung, 24 Januari 2015
Read More

Saturday, January 23, 2016

TIPS APPLY E-VISA TURKI

Sebenarnya tidak perlu tips yang terlalu banyak untuk membuat aplikasi visa Turki. Cukup kunjungi websitenya (alamatnya bisa googling dengan kata kunci “e-visa turkey”) dan isi data diri dengan lengkap. Setelah itu lakukan pembayaran menggunakan kartu kredit. Saya tidak punya kartu kredit. Tapi saya punya teman (tepatnya suhu travelling) yang mempunyai kartu kredit. Cara membayar dengan metode ini adalah: berikan link pembayaran kepada teman yang akan membayar, jangan lupa berikan nomor paspor atau nomor referensi aplikasi visa kita. Setelah dilakukan pembayaran, VISA bisa didownload dari laman pembuatan e-visa atau dapat juga diunduh melalui email. Pembuatan VISA bisa dilakukan berkelompok secara sekaligus, namun batasan jumlah orang dalam setiap kelompoknya saya lupa. Aplikasi VISA anda akan otomatis terhapus bila tidak ada pembayaran lebih dari 48 jam. Jadi, untuk anda yang mau mencoba membuat VISA Turki agar tidak penasaran, bisa dicoba dulu sebelumnya.

Oh ya, VISA Turki itu single entry, artinya kita perlu apply lagi jika ingin keluar masuk Turki lebih dari 1 kali. Mohon dipertimbangkan agar tidak mengajukan VISA di satu hari yang sama. Teman perjalanan saya: Pak Ari, sempat tertahan tidak bisa masuk Turki karena beliau apply 2 VISA dalam 1 hari yang sama. Komputer membaca bahwa VISA Pak Ari sudah dipakai saat kami mengikuti tur gratis (saat transit 13 jam) jadi tidak bisa digunakan kembali. Setelah berargumen cukup lama dan menjelaskan ini itu kepada banyak pihak, beliau bisa masuk ke Turki. Agar hal ini tidak terjadi kepadamu, luangkan saja waktu untuk mengajukan aplikasi VISA di hari yang berbeda.


Bandung, 23 Januari 2016
Read More

PASPOR SI KIKI : MENUJU TURKI JILID I


Judulnya sok iyeh banget ya? Hahahaha. Bodo amat ah, biar sensasional~

Acara Water for Life Cocoa Study Tour diselenggarakan pada tanggal 9-16 Januari 2016, tapi saya dan Pak Ari (champion dari Makassar) harus berangkat dari tanggal 7 Januari 2016 karena perjalanan kami menuju Kamerun memakan waktu 2 hari perjalanan. Mengapa begitu lama? Karena waktu transit kami di Turki memakan waktu 13 jam alias seharian! Jadi tanggal 7 Januari 2016 jam 8 malam berangkat dari Cengkareng dan sampai di Turki sekitar jam 5 pagi. Ada perbedaan waktu kurang lebih 4 jam antara Indonesia dan Turki (Indonesia lebih awal 4 jam). Penerbangan Jakarta-Istanbul memakan waktu sekitar 12-13 jam perjalanan. Jadi masuk akal kan 2 hari perjalanan menuju Kamerun?

Dari Indonesia pun perjalanan saya sudah seru. Saya berencana berangkat ke bandara Soekarno Hatta di Tangerang sana sekitar jam 10 pagi. Tapi karena sepertinya terlalu pagi, maka saya mundurkan hingga jam 2 siang. Ibu saya dan Darwin sampai di gang kosan sekitar jam 2 siang dan masih sempat jajan tongseng Pak Kumis yang membutuhkan waktu jajan + makan kurang lebih setengah jam. Saya pribadi was was karena dulu saat berangkat ke Belgia saya hampir terlambat karena macet parah di Tol Cikampek. Ternyata perjalanan kami lancar jaya kecuali di depan gedung MPR. Waktu menunjukkan pukul 17.30 dan saya masih cukup jauh dari bandara. Ketar ketir sudah pasti karena saya tahu harga tiket Jakarta-Istanbul gak bisa saya ganti sekejap mata kalau-kalau tertinggal pesawat.

“Ki, sudah sampai mana? Early boarding loh. Disana mau ada badai katanya,” begitu bunyi pesan singkat yang Pak Ari kirimkan kepada saya.

Saya gelisah dan berulang kali cek peta di Waze. Mulut saya komat kamit berdzikir. Memang setiap kesempitan itu selalu membuat manusia lebih dekat pada Tuhan ya. Ya Allah, tolooooong, jangan lama-lama macetnyaaaa!

Clingg!

Doa saya terkabul. Tak lama kemudian lalu lintas beranjak lancar. Doa anak sholehah emang tok cer! Haha.

Lolos dari kemacetan ternyata membuat kami tidak awas pada plang informasi yang bertebaran sepanjang jalan. Darwin salah belok dan membuat waktu terulur percuma. Untungnya hanya salah belok ke parkiran sebelum belokan ke terminal 2, coba kalau malah masuk ke terminal 1 atau 3, bisa-bisa ngamuk Hayati, Bang!

Singkat cerita, jam 18.10 kami sudah sampai di bandara. Hanya ibu yang mengantar saya ke dalam. Darwin mencari tempat parkir.

“Ki, sudah sampai mana? Minimal 18.30 sudah di bandara ya.” Pesan dari Pak Ari lagi.

Ibu yang melihat saya gelisah langsung menyuruh saya masuk ke dalam untuk cetak boarding pass. Tapi sebelum itu ibu bilang, “teh, kita foto dulu dong. Minta bapak-bapak itu saja fotoin dulu.”

Jiaaaaaahhhh. Mamake sempet aje ngajakin narsis!

Tapi karena memang dasarnya narsis itu ada di dalam darah saya yang notabene berasal dari darah ibu saya juga, akhirnya saya minta teteh-teteh yang nangkring di pinggir saya untuk mengambil gambar sok imut kami. Akhirnya saya berpisah dengan ibu.  Anw, saya sampai kisbay kisbay jijay gitulah pokoknya mah. Geli juga kalau diinget-inget. Hahaha.

Sesampainya di meja check in, saya ditanya-tanya banyak hal. Tapi mata saya tersangkut pada kartu Miles & Smiles Turkish Airlines.

“Ini boleh minta gak?” tanya saya sambil menunjuk kartu itu.

“Oh, mbak mau? Boleh kok. Sini daftar sekalian.”

Saya diberikan formulir dan mengisi form tersebut.

“Ini bisa digunakan untuk maskapai Turkish, Singapore Airlines, dll yang satu grup. Nanti mbak bisa dapat banyak keuntungannya.”

Saya manggut-manggut sok ngerti. Di otak saya ini mungkin seperti BIG di Air Asia. Tapi tiba-tiba saya teralihkan pada gantungan tas Turkish Airlines dan bertanya, “ini boleh diminta juga?”

“Boleh mbak. Ambil lebih dari satu juga boleh.”

Cihuy!

Selesai mendapatkan boarding pass, saya langsung menghubungi Pak Ari yang ternyata masih ada di musholla. Saya menuju musholla dan ternyata Pak Ari sudah di pintu imigrasi. Bak setrika saya kembali lagi ke pintu imigrasi dan bertemu Pak Ari.

“Ki!” panggil Pak Ari.

Saya menengok dan menyapa balik. Saya cukup terheran-heran mengapa beliau bisa kenal saya. Tapi setelah bertanya ternyata beliau hanya mengira-ngira saja dari tingkah riweuhnya saya. Aduh mak, pantes gue single lama. Riweuh teuing sih ya~

Tempat duduk kami di pesawat sejajar. Saya duduk di depan Pak Ari dan disebelah saya teteh bule cantik yang gak tahu darimana. Teteh itu terlihat tidak mau diganggu dan diajak ngobrol, jadi saya gak berani ngajak ngobrol juga. Selain itu, bahasa Inggris saya kan belepotan, nanti dia semakin ngantuk kan saya jadi gak enak #ngeles

Sekitar 2 jam setelah take off, pramugari dan pramugara sudah berkeliling dengan gerobak dorong yang isinya makanan dan minuman. Sebelumnya, mereka membawakan handuk panas untuk lap muka. Saya paling suka fasilitas ini di pesawat. Handuk panasnya itu benar-benar panas dan membuat segar muka. Mungkin karena saking numpuknya minyak di muka, saya merasa segaaaaarrr setelah lap muka. Tapi sayang, di Turkish penumpang harus mengembalikan handuk itu ke atas nampan. Bayangkan saja, saya numpuk handuk diatas tumpukan handuk lainnya. Tumpukan handuknya sempat jatuh dan jatuh ke pangkuan sayaaaaa. Gimana kalau di handuk itu ada iler oraaaang? Hikshiks. Kalau di Emirate, handuk bekas diambil oleh flying attendant (FA) dan dimasukkan ke dalam plastik besar, jadi tidak jatuh-jatuh.

Oh ya, pesawat saya type Airbus A330. Untuk saya, pesawat ini oke punya. Ruang kakinya juga cukup lebar dan FAnya cukup ramah. Ada salah satu penumpang yang menurut saya sih rese banget. Pertama, setelah FA mengambil handuk, si mbak yang duduk di seberang saya tiba-tiba manggil pramugari minta ngecharge powerbank. Pesawat kami tidak dilengkapi dengan fasilitas tersebut, jadi si pramugari harus bawa powerbank mbak itu untuk di charge di ruangan mereka. Setelah itu dia tiba-tiba minta minuman hangat. Lalu minta ini minta itu dan lain-lain. Mbak itu juga bolak-balik ke kamar mandi. Intinya rusuh banget. Mas-mas disampingnya sampai terheran-heran. Saya? Ngelirik bentar dan tidur lagi~

Dari segi makanan juga Turkish cukup enak. Walaupun rasanya mirip dengan maskapai lainnya: gak berasa. Tapi makanannya cukup hangat. Saya punya pengalaman buruk minum jus di pesawat. Di Emirate saat perjalanan ke Belgia, saya minta jus jeruk. Dampaknya, tenggorokan saya gatal dan saya gak tenang sepanjang perjalanan. Oleh karena itu saya selalu minta air saat ditanya mau minum apa. Sampai-sampai mbak pramugarinya penasaran, “do you want another beverage or drink?” karena saya selalu minta “water” dan “water”.

Sampai di Turki, kami bolak balik mencari tempat sholat tapi tidak ketemu, ternyata kami harus keluar menuju Passport Control atau menuju ke tempat transfer flight untuk menemukan Mescit atau mushola. Semua tulisan berbahasa Turki yang menurut saya lucu-lucu karena tidak tahu cara baca dan artinya. Dengan mudah kami menemukan Mescit. Di Attaruk Havalimani alias Attaruk airport, toilet wanita dan pria berbeda begitupun tempat wudhunya. Kalau melihat tempat wudhu di Turki saya jadi ingat teman saya Hopsah Ali yang selalu saya ejek karena berwudhu sambil duduk seperti nenek-nenek pada umumnya, tapi disini, seluruh tempat wudhu bentuknya begitu. Jadilah saya menjilat ludah saya sendiri, wudhu seperti nenek-nenek.

Selesai sholat kami menuju Danisma alias pusat informasi dan bertanya lokasi hotel desk dari Turkish Airlines tempat kami mendaftarkan diri untuk ikut Tour Istanbul (tur gratis dari Turkish Airlines yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya). Kami menyerahkan boarding pass kepada petugas yang ganteng dan diminta menunggu hingga jam 9 pagi lalu berkumpul di Starbuck yang tepat berada disamping desk tersebut.  

Disini kami bertemu Pak Zul, champion dari Malaysia. Kami menjaring wifi dan menguasai colokan listrik bersama-sama lalu Pak Ari dan Pak Zul pergi untuk sarapan sedangkan saya menemui Nabillah, host saya di Turki untuk perjalanan selanjutnya. Tepat jam 9 pagi kami berkumpul di meeting point yang sudah disetujui dan langsung berangkat menuju bis yang ada di luar bandara. Kau tahu, saat itu suhu di Istanbul adalah 5 derajat celcius. Keluar bandara hawa dingin-dingin empuk langsung menyapa. Ya, kami siap menjejakkan kaki di Istanbul!


Bandung, 23 Januari 2016




Read More

PASPOR SI KIKI : KAMERUN DAN TURKI

Halooo teman-teman jagad raya sekalian yang merindukan saya. Selamat tahun baru! Walaupun telat gak apa-apa kan ya? Hehe. Setelah sekian lama gak jalan-jalan jauh, akhirnya saya dapat kesempatan membolang kembali. Paspor saya pun kena sentuhan cap imigrasi lagi! Yeay! Tujuan perjalanan kali ini adalah 2 negara yaitu Kamerun dan Turki. Kenapa Kamerun dan kenapa Turki? Jawabannya ada dibawah ini! (macam kuis di tv. Haha).

Mengapa Kamerun?

Jadi gini ceritanya, di perusahaan tempat saya bekerja ada sebuah gerakan CSR yang melibatkan seluruh karyawannya di dunia. Gerakan CSR tahun ini bertema Water for Life. Gerakan ini ditujukan untuk membangun kesadaran akan pentingnya air bersih dalam kehidupan kita terutama bagi para petani kakao di daerah Afrika, kali ini difokuskan pada negara Kamerun (sebelum-sebelumnya diadakan di Afrika juga seperti Ivory Coast atau Pantai Gading, Ghana dan Tanzania). Oh ya, perusahaan saya itu perusahaan kakao dan coklat, jadi peran petani kakao sangat penting bagi kami. 

Saat ini, di Kamerun sedang terjadi krisis air yang membuat panen kakao tidak begitu bagus dan para generasi muda kurang tertarik untuk menjadi petani. Jelas saja bagi perusahaan kami hal tersebut tidak baik dan mungkin bisa mengganggu stabilitas bisnis kakao dan coklat. Oleh karena itulah gerakan Water for Life ini diadakan.

Kepergian saya ke Kamerun itu hoki, menurut saya. Pada bulan Januari, ada sebuah informasi di intranet perusahaan. Pendaftaran menjadi champion alias ambassador alias duta Water for Life untuk setiap site dibuka! Orang-orang yang ingin menjadi champion dipersilakan mendaftarkan diri secara sukarela dan harus mengisi sebuah formulir yang berisi motivasi menjadi champion, tujuan menjadi champion bahkan hingga detail persyaratan kegiatan WFL yang harus diselenggarakan sebagai syarat bagi para champion bisa ikut serta study tour ke Kamerun dan juga peringatan bahwa tidak semua champion bisa melipir ke Kamerun.

Nah, saya sempat ingin mundur dari pendaftaran champion, karena beberapa bulan yang lalu saya baru pulang dari Belgia untuk training dan saya belum menyelesaikan tugas training tersebut. Tapi Regional HR Manager saya dengan santai tapi tajam bilang, “kalau saya masih muda, saya yang akan ikut ini, Ki!”

Saya malu dikomentari seperti itu. Akhirnya saya daftar champion di bulan Maret dan mulai kegiatan yang berkaitan dengan Water for Life di bulan April sampai dengan Agustus. Jadi, bagi yang berfikir saya berangkat tanpa usaha dan enak-enakan saja, itu tidak benar ya.

Mengapa Turki?

Nah, Turki menjadi pilihan karena ketidaksengajaan juga loh. Saat saya dapat kabar kalau saya diikutsertakan dalam Cocoa Study Tour di Kamerun, saya langsung menghubungi salah satu manager yang sebelumnya ikut serta Cocoa Study Tour. Beliau bercerita panjang lebar tentang keseruan kegiatan disana dan juga memberikan tips pakaian, makanan, dll. Tiba-tiba beliau bilang, “kalau kamu mau, kamu extend saja di Turki, Ki. Yaaa modal sendiri sih. Tambah saja satu hari, ikut tur ke daerah Istanbul.”

Saya awalnya agak ragu dengan ide itu, tapi setelah googling sana sini dan bertanya sana-sini akhirnya saya memutuskan untuk liburan di Turki selama beberapa hari. Rencana untuk ikut tur pun gagal karena ternyata area Sultanahamet itu bisa didatangi dengan jalan kaki antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Selain itu, harga turnya mahal parah. Sekitar 85 USD. Yaaah, mending buat beli lokum alias dodol Turki deh. Hahaha.

Alasan lainnya adalah ternyata salah satu maskapai yang menyediakan rute penerbangan dari Jakarta ke Douala, Kamerun itu adalah Turkish Airlines yang pastinya transit di Turki. Kabar baik lainnya Turkish Airlines menyediakan tur gratis bagi penumpang dengan masa transit lebih dari 6 jam. Tiket saya saat itu transit selama 13 jam di Turki. Rejeki anak sholehah mah enggak akan kemana~

Jadi di Turki itu saya beli 2 VISA dengan cara apply e-visa ke situs e-visa Turki. Mudah banget caranya. Tinggal masuk situsnya, isi aplikasi dan bayar menggunakan kartu kredit. Setelah itu verifikasi ke website yang sama dengan memasukkan nomor paspor atau kode referensi dari aplikasi visa yang diajukan. Kelar deh. VISA Turki sudah dikirim ke email dengan format pdf dan tinggal di print untuk ditunjukkan ke petugas imigrasi yang ganteng nanti. Ada tips untuk apply e-visa ini, nanti saya post ya.

Sudah jelas sekarang kenapa saya bisa melipir ke 2 negara ini kan? Kebanyakan perjalanan saya ini perjalanan kagetan yang saya juga tidak pernah mengira akan melakukannya. Tapi hampir semua orang tahu saya punya mimpi keliling dunia, jadi mungkin saja ini hasil doa-doa mereka yang sempat mendoakan saya atau mungkin doa saya terkabul karena saya terlalu sering patah hati.

Jadi ingat kata Bang Ikal, “Tuhan tahu, tapi menunggu.”

Yuk terus berdoa bisa menapakan kaki di penjuru dunia untuk merasakan bahwa Allah Swt memang Maha Besar dan tiada dua.


Bandung, 23 Januari 2016
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)