Sunday, January 24, 2016

PASPOR SI KIKI : TURKI JILID I –BERTEMU HAGIA SOPHIA-

Awalnya saya malas menuliskan cerita ini karena foto-foto saya dari memory card kamera saku sudah berpindah ke laptop yang ada di rumah. Hasrat narsis terhambat, semangat nulis berkurang. Benar-benar blogger abal-abal. Hahaha.

Tapi karena takut keburu lupa dengan ceritanya, baiklah saya curcol sampe meluber-luber di blog ini. Keterangan gambar akan di upload di Flickr atau Facebook.

Nah, menginjakkan kaki di Kota Istanbul membuat saya tersenyum cerah ceria sepanjang hari. Kenapa? Karena disini tukang jagung dan kacang saja ganteng badai. Tengok kanan kiri rata-rata para makhluk berjakun yang ada di kota ini berjanggut, kumis tipis dan macung. Lengkap juga dengan tatapan mata yang tajam dan juga bulu mata yang lentik. Postur tubuh mereka beberapa ada yang atletis, beberapa yang lain yaaa buncit-buncit macam om-om gitu. Ada yang tinggi, ada juga yang mini-mini gitu. Intinya, ganteng deh.  Oke skip pembahasan tentang populasi manusia ganteng yang terakumulasi di Turki.

Saya ikut rombongan Tour Istanbul yang disediakan oleh Turkish Airlines. Sebetulnya jadwal tur di hari Jumat adalah mengikuti Bosphorus cruise. Tapi karena saat saya datang adalah musim dingin, maka tur dialihkan ke area Sultanahmet. Peserta tur berasal dari beragam negara, ada yang dari Italia, Cina, Korea, dll. Pak Zul sempet-sempetnya foto-foto dengan turis Italia yang cantik dan sekseh. Emang yaaa cowok mah begitu udah punya anak juga~

Perjalanan kami di Turki tepatnya di area Sultanahmet dipandu oleh Omar, sang guide. Di perjalanan kami menuju Sultanahmet, Omar bercerita tentang sejarah kota Istanbul yang dulunya disebut Kota Konstatinopel di zaman kerajaan Romawi. Kota ini pun terkenal dengan sebutan “The capital of the world”  dan merupakan ibu kota Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Romawi Latin dan juga Kesultanan Utsmaniyah (sumber: wikipedia). Yang menakjubkan lagi selama abad pertengahan, Konstatinopel merupakan kota terbesar dan termakmur di Eropa. Wuih. Mantap kan.  

Nama Konstatinopel berganti menjadi Istanbul di masa berdirinya Republik Turki dan menjadi bagian dari reformasi nasional Ataturk. Oh ya, beberapa huruf khusus dalam bahasa Turki tidak ada di komputer saya, jadi mohon maaf kalau tulisannya tidak sesuai dengan ketentuan penulisan yang seharusnya. Nah, Ataturk ini adalah Bapak Turki. Kata teman saya, beliau ini semacam Hitlernya Turki. Tapi jasa Ataturk dikenang dimana-mana. Bahkan di pelajaran Bahasa Turki teman saya disana ada bahasan khusus tentang bapak ini.

Kota Istanbul dikelilingi benteng yang kokoh luar biasa. Sebelum jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah, kota ini sering di serang oleh musuh-musuh Romawi, tapi tidak pernah berhasil terjebol bentengnya. Potongan-potongan benteng masih terlihat di sepanjang perjalanan dari bandara ke Sultanahmet. Kota ini adalah kota pelabuhan yang dapit oleh Laut Marmara yang menghubungkan Istanbul bagian Eropa dan bagian Asia, golden horn atau tanduk emas dan juga selat Bosphorus. Jadi terbayangkan betapa strategisnya Istanbul.

Sebelum menelusuri Sultanahmet, kami diajak sarapan dulu di restoran. Saya agak bingung sih ini sarapan atau apa. Menunya adalah roti dengan mentega, lalu ada telur rebus yang ada cap pink-nya. Ada juga tomat kecil-kecil dan buah zaitun. Gue bingung makannya yang mana dulu. Hahaha. Katrok mah gak bisa dimodifikasi ya. Selain sarapan, kami juga disuguhi teh apel khas Turki. Rasanya mirip teh Rosemary yang suka dibikinin ayah saya. Ah, mendadak kangen ayah~

Selesai sarapan, kami berjalan menuju area Sultanahmet alias kota tuanya Turki. Disini walaupun bangunannya vintage, tapi teknologinya ruar biasa loh. Semua pakai sensor. Indonesia kalah parah (setidaknya kabupaten Bandung kalah telak). Tiang pembatas parkir saja pakai sensor. Keren!

Kami diajak mengunjungi lapangan lengkap dengan 3 hippodromenya. Ternyata setiap tiang disini berbeda-beda asalnya. Awalnya ada 13 tiang dan disisakan 3 oleh Kesultanan Utsmaniyyah. Dulunya, lapangan ini adalah tempat diadakannya pertandingan, saya lupa pertandingan balap kuda atau seperti apa. Yang jelas, pemenangnya akan dihadiahi mahkota oleh raja. Omar menjelaskan asal muasal setiap tiang dan arti dari setiap pahatan yang ada di setiap tiang. Salah satu tiang itu sebenarnya berujung kepala ular, tapi dihancurkan bagian ularnya oleh Kesultanan Utsmaniyyah karena di agama Islam melarang semua barang yang menyerupai makhluk hidup seperti patung, gambar, dll.

Nah, kami ditunjukkan Blue Mosque, mesjid berminaret enam yang menjadi ikon Turki selain Haghia Sophia. Tapi karena mendekati waktu sholat Jumat, maka tidak diperkenankan untuk mengunjungi mesjid tersebut. Kami langsung beranjak ke Haghia Sophia.

Museum ini memang sangat menakjubkan. Saya gak habis pikir ada manusia yang sudah sedemikian canggihnya di abad ke-12. KEREN PISAN! Mulai dari gagah dan kokohnya bangunan, hingga detail ornamen yang cantik luar biasa. Tiket masuk ke museum ini adalah sebesar 30 tl. Karena kami peserta tour gratis, maka kami tidak perlu mengantri dan bayar. Disini Omar membagikan alat komunikasi dan menjadikan boarding pass kami sebagai jaminannya. Kami diminta mendengar penjelasan Omar selama 15 menit dan dipersilahkan untuk eksplorasi museum sampai dengan 13.30.


Haghia Sophia awalnya merupakan gereja Ortodhox yang kemudian berubah menjadi gereja Katholik (kalau tidak salah) dan kemudian berubah lagi menjadi masjid di jaman Kesultanan Utsmaniyyah. Rumah ibadah ini akhirnya menjadi museum dan menjadi situs sejarah pertama yang disahkan oleh UNESCO di dunia. Kata Omar sih alasan pengubahan fungsi tempat ini cenderung politis. 

(to be continued, ceileh~)

Bandung, 24 Januari 2015

0 comments:

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)