Thursday, March 17, 2011

Kamar hijauku

Hari ini, entah hari keberapa saya berkemah di luar rumah sebagai anak kos. Kenapa saya katakan berkemah? Karena kamar ini rasanya sudah seperti tenda di perkemahan yang hanya dihuni oleh empunya di pagi dan malam hari saja. Sebenarnya memang terlalu jauh jika dibandingkan dengan perkemahan, tapi saya teringat sejenak pada salah satu guru super hebat saya, KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A. kata beliau (kurang lebih) seperti ini, “Kita ini hidup di dunia hanya berkemah saja. Sejenak menetap disini, sejenak berada disana, dan dimana-mana. Bahkan ada yang jam 8 pagi ada di Sumatra, jam 11 pagi sudah ada di Surabaya bahkan esoknya sudah ada di Dubai sana.”

Ya, hidup itu hanya berkisar masalah “menginap” saja. Toh, sudah bukan rahasia lagi jika lebih banyak orang yang “hidup” di luar rumahnya.
Kembali ke cerita saya tentang kamar kos bercat hijau ini. Tempat ini hanya berpenghuni dari sekitar jam 18.00 – 09.00 WIB, sisa waktunya ia bertemankan lampu yang padam dan pintu yang terkunci.

Terkadang saya ingin tahu, apa sebenarnya yang ia rasakan. Kesepiankah? Merasa jengkelkah karena berteman manusia hanya jika sang penghuni membutuhkan tempat peristirahatan saja? atau mungkin ia merasa sangat gembira setiap orang itu pergi darinya dan membiarkan senyap menyelimuti?
Entahlah, mungkin hanya ia yang tahu. Dan perlu saya tekankan, ia hanya benda mati yang tak bisa berbincang-bincang dengan manusia yang notabene hidup dan semua system dalam tubuhnya berfungsi secara integral, kecuali mungkin untuk mereka yang memang mempunyai gangguan waham (efek kuliah Psikologi Abnormal :P).

Sebenarnya tulisan ini tak lebih dari rasa syukur betapa saya masih beruntung. Mempunyai atap yang kuat untuk melindungi diri ini dari hujan dan angin (kebetulan Bandung akhir-akhir ini membuat gigi saya beku :D). Mempunyai kesempatan tidur sendiri ketika orang lain sibuk berdempetan dan saling sikut karena kesempitan. Mempunyai beberapa fasilitas yang memang tidak mewah tapi tetap bermanfaat (Insya Allah). Dan masih mempunyai banyak hal dimana orang lain masih bermimpi untuk mempunyainya.

Nuhun Gusti, sudah memberikan sebegitu banyaknya nikmat dan hal-hal yang perlu disyukuri keberadaannya, meski kadang lebih sering meratapi kehilangannya daripada menjaganya selagi mereka ada.

Teruntuk kamar hijauku dengan berbagai macam benda di dalamnya, seribu ucapan terimakasih dari relung hati terdalam. Terimakasih sudah membuat hari-hari ini terlewati dengan mudahnya. Terimakasih karena dengan adanya kalian saya masih bisa merasa lebih daripada orang lain. Dan satu lagi, terimakasih karena telah sempat menjadi sahabat hati n_n. Jeongmal gomawoyo .

Banyak cerita yang terjadi selama beberapa bulan saya disini. Mulai dari lampu kamar yang tiba-tiba berkedap kedip bak bintang dan lampu disko sampai kepala tikus yang habis di bantai kucing liar terdampar di atas keset yang tak bertuliskan “welcome”.

Banyak teman yang saya dapatkan, banyak cerita yang saya dengarkan dan banyak rasa syukur yang saya ucapkan disini.

Entah ini sebuah jawaban Tuhan dari do’aku yang mungkin sudah kulupa atau memang cara-Nya untuk memberiku berbagai pelajaran yang sering membuatku jera. Entahlah. Tapi sungguh saya sangat berterimakasih atas segalanya.


Kamis, 17 Maret 2011 . 19.46 WIB
Ditengah semilir wangi aroma chicken Yakiniku ala Ikimura di kamar hijauku.

4 comments:

Nur'aini Azizah said...

ini jadi dilema antara serem dan nyaman.. gimana tuh??

Qeeya Aulia said...

yaya sekitar itu lah kwkw

Anonymous said...

emg kamar kamu warnax iji yah ki?hhihi gag ngeuh..pas maen k kostanmu kan mati lampu..
yaaa..setidaknya kamu menggunakan kamarmu sesuai fungsi nya laaa..n_n terlepas dr semua yg kamu ceritakan td d atas,,hhe

sisadap said...

waah nampaknya tulisan ini mengundang saya untuk ke tenda perkemahan mu itu

ckckck

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)