Wednesday, June 5, 2013

Siang itu

Siang itu, iseng kuajak anak-anak perempuan teman adikku untuk berkumpul bersama. Kupanggil mereka satu-satu. Kusediakan kursi dan meja. 

"Hari ini bagaimana jika kita bersama-sama belajar bahasa inggris?" tanyaku pada mereka.

Sungguh, aku tak mahir bahasa asing itu. Hanya saja aku sedikit (sunggu sangat sedikit) lebih tahu daripada anak-anak kecil itu. Tapi entah mengapa hari itu aku butuh pertolongan dengan melihat wajah-wajah manis mereka. 

 Kuajak mereka saling menyapa dan bertanya kabar dengan bahasa inggris slank. Tak baik memang, tapi tak apalah. Setidaknya mereka bisa membuatku tersenyum dengan banyak adegan "keceletot" lidahnya. Waktu belajar hanya kusediakan kurang lebih 1 jam saja. Dari jam 11.oo pagi hingga waktu dzuhur tiba.

Lucu, saat adzan berkumandang dan kelas kuakhiri, mereka berlarian berebut keluar menuju tempat wudhu. Aih, anda banyak buku bacaan yang bisa mereka konsumsi, aku bisa membuat mereka lebih sering kemari. Menghiburku dan membuatku geleng-geleng kepala lebih sering lagi. Semoga Rumah Baca Asmanadia Darul Fithrah bisa diberi kesempatan untuk berdiri. Agar tak ada lagi manusia malas membaca sepertiku disekitarku.

Tak ada inti dari tulisan ini. Selamat malam semua :)
Read More

Waktu Munculnya Kebaikan




“Anda tidak tahu kebaikan Sultan. Jika anda tahu kebaikan hatinya, maka anda akan menyesal telah mengatakan hal-hal tak baik tentangnya bila saat itu tiba (saat anda mengetahui kebaikan Sultan)” Hasan dalam film Conquest 1453.

Aku sedikit tertegun mendengar kata-kata yang diucapkan Hasan, guru pedang Raja Ottoman ke-IV, Mahmud, kepada gurunya yang juga ahli membuat pedang.

Aku pernah melewatinya. Saat-saat dimana aku benar-benar menyesal karena berkata buruk dan mempercayai hal-hal buruk tentang seseorang setelah Tuhan membuka kebaikan yang ia lakukan saat aku sibuk mengutuk keburukannya yang ternyata hanya asumsiku saja. 

Benar saja kata Nabi kita, katakanlah hal-hal yang baik atau diam. Kadang kita tak tahu betapa orang lain mempercayai kita saat kita tak mempercayainya. Mereka menolong kita saat kita enggan menolong mereka. Mereka memuji kita saat kita mencemooh mereka. Mereka tak seburuk yang kita pikirkan. Ataukah pikiran kita yang cenderung selalu berburuk sangka?

Aih, Tuhan. Kau membuat dunia ini bolak-balik tak mudah diterka. Kau membuat hati manusia penuh kebiasan tiada dua. Kau membuat hanya Kau lah yang benar adanya. 

Tuhan, jadikan kami orang-orang yang tak rela dengan mudah mencemooh orang lain. Amin. 

Kau tahu, tulisan ini adalah pagar yang paling sulit kujaga. Lisan ini… Ah, Tuhan. Jaga kami 
Read More

CONQUEST 1453

Perlu saya akui, membaca kembali proposal penelitian memang sangat membosankan. Pasalnya kita tahu betul apa yang kita tulis, dan terlalu percaya diri atas apa yang kita tulis. Ditengah kebosanan, muncul ide untuk menonton film yang telah cukup lama di transfer oleh seorang teman ke computer portableku ini. Judulnya Conquest 1453. Dari cover film sudah terlihat bahwa ini adalah film kolosal yang pastinya banyak adegan-adegan penuh darah. Tapi karena sebelum menonton film ini saya tak melihat cover filmnya terlebih dahulu, jadi rasanya aman-aman saja. Baiklah, mari mulai mereview film yang kutonton tadi.  Sebelumnya mohon maaf bila apa yang saya sampaikan disini ternyata berbeda jauh dengan maksud si pembuat film. Maklum, otak ini kurang asupan sejarah. 

Alkisah ada seorang anak raja dari kerajaan Ottoman bernama Mahmud. Ia pernah naik takhta di usia 12. Namun kemudian digulingkan oleh Halil Pasha, kemudian naik takhta kembali saat ayahnya meninggal. Ia digulingkan dari takhtanya karena usianya yang sangat muda dan adanya ancaman dari pasukan salib kepada Turki Ottoman untuk meninggalkan Rumelia, karena itulah Sultan Murad II (ayah Sultan Mahmud) kembali naik takhta sedangkan Mahmud dipindahkan ke Pos Saruhan. Uniknya, 5 tahun kemudian, Sultan Mahmud yang kembali menjadi raja mengangkat Halil Pasha yang dulu pernah menjadi salah seorang pelaku penurunan takhtanya menjadi perdana menteri, sedangkan tiga orang yang lain (Pahabettin, Zaganos dan Saruca) menjadi penasehatnya.

Semua kerajaan disekitarnya terutama Konstatinopel atau Constantine menganggap remeh kemampuan Mahmud, sang raja yang baru naik takhta kembali. Bahkan mereka berencana meluluhlantakkan kerajaan Ottoman di masa pemerintahan Mahmud.

Dengan maksud mengejek, Konstantinopel mengirim permintaan damai untuk Ottoman. Atas pertimbangan dari perdana menteri, Baginda Raja mengamini permintaan damai tersebut. Lalu kemudian ia meminta anak buahnya mengirim surat pernyataan damai kepada semua kerajaan yang ada di Eropa termasuk Vatikan. Rakyatnya kecewa, karena periode raja sebelum-sebelumnya selalu menentang perdamaian dengan Konstatinopel dan melakukan invasi kerajaan kesana. Raja Mahmud tetap teguh dengan pendiriannya karena ia tahu tujuan akhir yang ingin dibangunnya adalah sama seperti yang diinginkan rakyatnya, melanjutkan usaha menaklukan Konstatinopel seperti para pendahulunya.

Singkat cerita, Konstatinopel ingkar pada janji perdamaian, Ottoman dengan terang-terangan membangun benteng tepat di depan benteng mereka. Konstatinopel segera berkonsolidasi dan meminta bantuan koalisinya. Kerajaan Mora dihubungi. Prancis dan Inggris yang menjadi rekanan mereka sedang sibuk berperang sendiri. German tak kalah sibuk dengan konflik internal dan berusaha mempertahankan singgasana rajanya. Konstatinopel berpikir Ottoman memanfaatkan kondisi seperti ini. Kerajaan Roma juga diajak bergabung disana. Vatikan tak ketinggalan mengikuti persatuan ini, tapi tetap mengajukan syarat yang melukai keyakinan yang dianut rakyat Konstatinopel. Vatikan akan mengirimkan bala bantuan pasukan pemanah andal, jika setelah kemenangan Konstatinopel mau tunduk pada aturan katolik dan Paus. Rakyat penganut Orthodox marah. Rasa sakit yang dulu pernah mereka rasakan saat dipaksa menganut Katolik masih terasa perih di hati mereka.

Kaisar Konstatinopel memaksa pembuat meriam bernama Urban untuk membuatkan meriam terhebat untuknya. Tapi Urban menolak karena ini bukan pertempuran demi negaranya, tapi demi ambisi Kaisarnya sendiri. Urban diancam putrinya akan dibunuh bila ia menolak. Malam harinya Urban beserta putrinya bernama Era berkemas dan bergegas pergi keluar negara. Sayang, utusan Notaros (penasehat Kaisar yang membujuknya membuat meriam) datang sebelum mereka kabur. Urban dan Era hampir saja terbunuh jika Hasan, utusan Sultan Ottoman, tidak hadir di waktu yang tepat. Urban dan Era di bawa ke kerajaan Ottoman untuk menghadap Raja. Karena mungkin merasa berhutang budi, Urban memutuskan untuk kembali membuat meriam yang bisa menembus benteng pertahanan Konstatinopel. Benteng Konstatinopel memang tak pernah sukses ditembus oleh serangaan Ottoman generasi manapun sebelumnya.

Diawal film ini diceritakan leluhur Mahmud yang merupakan mendiri kerajaan Ottoman menghadap Rasulullah SAW. Nabi bersabda yang kurang lebih isinya mengabarkan bahwa akan datang suatu masa dimana Konstatinopel akan jatuh dan orang yang memimpin pasukan maupun pasukan yang dipimpinnya adalah pasukan terbaik sepanjang masa.

Kau tahu kenapa film ini dibuat, bukan? Karena sabda Rasulullah benar adanya. Mahmud, raja Ottoman yang dulu pernah digulingkan takhtanya saat usianya 12 tahun adalah pemimpin hebat yang dimaksud dalam kabar dari Nabi besar kita.

Merebut Konstatinopel tak akan pernah menjadi impian yang mudah dicapai. Perlu keteguhan, pengorbanan dan semangat yang tak pernah berhenti membara. Lebih dari 30 hari pasukan Ottoman terus menyerang Konstatinopel. Setiap penyerangan berakhir kegagalan. Setiap kegagalan Ottoman adalah pesta bagi Konstatinopel.

Penyerangan lewat laut tak selancar yang dipikirkan. Konstatinopel menghadang dengan rantai sebagai pembatas dan menghancurkan kapal dengan meriam lontar jarak jauh yang mereka punya. Penembusan benteng tak membuahkan hasil yang begitu baik karena meriam Basilica yang luar biasa besar itu tak bisa melontarkan peluru secepat dan sebanyak yang mereka kira sebelumnya. Jalur penggalian juga tak berhasil, terowongan yang mereka bangun ambrol dan membuat misi itu gagal. Para pemanah, penombak hingga pemain pedang bertebaran mayatnya dimana-mana. Mental prajurit Ottoman semakin lama semakin melemah, Raja atau Sultan Ottoman, Mahmud, tersiksa dengan kegagalan demi kegagalan yang ia dapatkan.  
Mahmud sedikit depresi. Emosinya yang biasa terkontrol dengan baik, menjadi meluap-luap dan semua orang disekitarnya menjadi sasaran kemarahannya. Para penasehat bingung dengan sikap Baginda Rajanya. Perdana Meteri yang sudah sejak awal menolak ekspedisi itu meyakinkan rajanya untuk mengakhiri peperangan. Kondisi internal Ottoman ricuh tiada dua. Prajurit kebingungan karena rajanya tak keluar kemah selama 2 hari penuh. Para provokator yang ingin mundur dari medan perang bermunculan. Meriam kebanggaan Ottoman, Basilica, meledak karena kesalahan teknis. Kerajaan Hungaria memutuskan hubungan diplomasi dengan Ottoman dan meminta pasukan mereka dicabut dari peperangan melawan Konstatinopel. Aih, sang sutradara membuat kondisi tersebut begitu menyebalkan dan membuat kesal para penontonya dengan sangat baik.

Hasan, guru pedang Raja Mahmud membantu menetralisir suasana yang juga pemimpin pasukan pedang Ottoman. Mental-mental banci nan pengecut tak bisa menembus tembok kuat Konstatinopel. Kerumunan prajurit yang galau mulai mengurai tapi raja mereka tetap tak keluar kemahnya. Hingga akhirnya datanglah seorang syekh. Ia menemui Raja Mahmud, mengajaknya ke kuburan leluhurnya yang dikubur dekat dengan benteng itu. Ia menguatkan Raja Mahmud untuk tetap melanjutkan ekspedisi ini. Raja Mahmud kembali menjadi raja yang gagah berani.

Strategi baru dibuat. Kapal-kapal diangkut melalui daratan dan dijadikan jembatan untuk masuk ke Konstatinopel. Cerdasnya, sisi yang menjadi fokus mereka adalah sisi terlemah benteng Konstatinopel. Terowongan juga kembali dibangun. Meriam kembali dibuat dan dimodifikasi agar bisa lebih sering menembakkan peluru. Para prajurit mulai bangkit percaya diri. Raja mereka kembali, keyakinan mereka menaklukan Konstatinopel muncul kembali. Sholat mereka dirikan sebelum menyerang Konstatinopel dengan serangan maha dahsyat setelah lebih dari 3 generasi menelan kekalahan.

Konstatinopel yang awalnya angkuh dan terbuai kemenangan, mulai kelabakan dan kebingungan saat pasukan Ottoman kembali bangkit dengan berbagai strategi baru yang diluar prediksi mereka.

Diawali dengan sebuah ledakan hebat dari bawah tanah, disusul dengan penyerangan melalui meriam Basilica, membuat benteng Konstatinopel goyah dan dapat ditembus. Semua orang berusaha memenangkan peperangan ini. Panji-panji Ottoman berpindah tangan untuk terus dikibarkan di menara bendera Konstatinopel. Kedaaan mendesak, para prajurit Ottoman seperti singa kelaparan. Prajurit Konstatinopel tetap berusaha ditengah keterhimpitan. Kaisar Konstatinopel dilarikan ke istana untuk diselamatkan. Warga sipil Konstatinopel berlarian menuju Gereja Aya Sophia (maaf bila ada kesalahan penulisan).

Hasan bertarung dengan Guistiniani, lelaki yang mencintai gadis yang dicintainya. Pertarungan mereka tak mudah kuikuti karena terlalu keji dan banyak darah berhamburan. Intinya, Hasan tetap hidup dan Guistiniani mati ditangan Hasan. Hasan kembali berlari menuju menara bendera untuk mengibarkan bendera Ottoman sebagai salah satu lambang kemenangan. Sayang, menancapkan bendera di menara itu mengundang banyak anak panah bersarang di badannya. Era menangis melihat kepergian prianya sambil memegang perut. Raja Mahmud getir menyaksikan kematian guru pedangnya. Tapi perang harus segera selesai dan Ottoman harus menang.

Kaisar Konstantinopel yang awalnya akan dilarikan keluar, menolak untuk lari. Ia memutuskan untuk menjaga kehormatannya walaupun harus mati di medan perang. Sayang, ia mati dan ini menunjukkan Ottoman menang. Semua pejabat dan tangan kanan Kaisar Konstatinopel ditangkap. Raja Mahmud memerintahkan Kaisar Kosntatinopel untuk dimakamkan seperti yang diajarkan agama yang mereka anut. Raja Mahmud juga mendatangi rakyat Konstatinopel yang berkumpul ketakutan di Gereja Aya Shopia, ia meyakinkan mereka bahwa mereka telah menjadi bagian dari kerajaannya dan pastinya ada dibawah perlindungannya. Selain itu, mereka akan diberikan kebebasan untuk memeluk agama yang mereka anut (tidak dipaksa masuk Islam). Semua rakyat disana sontak terkejut sekaligus bahagia. Padahal bila Konstatinopel menang, mereka harus tunduk patuh pada Katolik dan perintah Paus.

Ada beberapa hal yang masih membuatku bingung. Mungkin aku harus menontonnya untuk kedua kali atau berkali-kali agar paham alur sesungguhnya cerita ini karena tulisan ini hanya sekedar pemahamanku saja. Selain itu, perlu juga membaca sedikitnya dasar-dasar sejarah untuk mencocokkannya dengan film ini. Belajar sejarah selalu menyenangkan bila ada film-film bagus seperti ini.

Sebelum mengakhiri tulisan ini aku akan menyampaikan kebingunganku dalam film ini:
  1. Sebenarnya sikap Raja Ottoman kepada anaknya seperti apa sebelumnya? Apakah menjadi dingin secara tiba-tiba setelah ia menjabat sebagai raja, atau bagaimana? Hatiku sedikit teriris saat anak raja, Bayezid, rindu pada ayahnya dan tidak terbalaskan. Tapi sikap dinginnya membuat adegan Biyazed dipeluk sebelum Raja pergi ke medan perang menjadi sangat mengharukan.
  2. Aku tak mengerti kenapa nama Halil Pasha dicatut dalam sebuah surat oleh kerajaan Konstantinopel?
  3. Apakah Era dan Hasan seorang Muslim? Apakah mereka sudah menikah? Mereka sempat berciuman dan berhubungan intim. Jika mereka atau salah satunya muslim, seharusnya tidak ada adegan itu L
  4. Sebenarnya jilbab di jaman itu seperti apa? Bukankah di masa Rasulullah SAW sudah ada perintah menggunakan jilbab? Tapi jilbab seperti apa yang mereka gunakan? Psstt.. rambutnya bagus-bagus!
  5. Pakaian penari yang menghibur para pembesar Konstatinopel sangat mirip dengan pakaian penari dalam komik yang pernah saya baca. Bagian lengan lebih panjang melambai-lambai, tapi bagian rok terbelah hingga pangkal paha. Baju macam apa itu -___-
  6. Seberapa banyak pasukan Ottoman yang mereka bawa? Mengapa setelah 40 hari berperang tetap saja ribuan jumlahnya saat hari penyerangan akbar?
  7. Bahan dasar perisai prajurit itu besi, bukan? Kenapa bisa ditembus anak panah? Apa memang karena anak panah tersebuh terlalu runcing? Ataukan perisai mereka terlalu lembut untuk berperang sehingga tak berfungsi sebagai perisai?
Ah sudahlah, tak usah tanggapi pertanyaan-pertanyaan isengku itu. Film ini baik sekali terutama bila menjadi salah satu sarana pembelajaran sejarah. Ah, rasanya saya mulai jatuh cinta dengan film-film sejarah :* 

Awalnya saya pikir film ini akan saya tonton bersama anak-anak dekat rumah sekalian belajar sejarah Turki Utsmani bersama. Tapi karena ada adegan-adegan yang tidak oke dan tak baik dilihat anak-anak, mungkin film Omar saja yang saya pilih. Hehehe. Salut untuk semua kru yang bekerja keras untuk film yang sepertinya menghabiskan dana luar biasa banyak ini (y) 

Baiklah, film ini recommended untuk anda. Di tulisan ini tidak menceritakan semua detail cerita yang menarik. Jadi, lebih baik anda menontonnya sendiri :)
Read More

HARMONY



Beberapa hari yang lalu lagi-lagi kutonton film yang ada. Salah satu film dari film yang kutonton adalah Harmony. Kupikir ini seperti film August Rush, tentang composer, music dan mungkin tentang harmonica. Entah darimana pikiran itu muncul, aku pun tak tahu. Yang jelas, dari awal kutekan tombol play, aku tak berani berekspektasi berlebihan. 

Film ini berasal dari negeri Gingseng yang sedang perang dingin (eh apa perang panas, ya?) dengan tetangganya di bagian Utara.  Diawali dengan adegan seorang ibu melahirkan. Linu, ngeri dan lucu bercampur menjadi satu. Tak lama, anaknya lahir dan berjenis kelamin laki-laki.

Singkat cerita, usia anak bernama Moo (anak laki-laki tadi) menginjak 1 tahun. Seorang wanita tua menjahit baju lucu untuk si kecil. Adegan berganti dengan dua orang tahanan memaksa tahanan lain memberi hadiah. Awalnya aku heran, mengapa film ini bersetting di dalam penjara. Tapi beberapa menit kemudian pertanyaan itu terjawab. Ibu Moo adalah salah seorang tahanan di rumah tahanan wanita di Korea Selatan.

Ibu Moo beserta ketiga temannya ditambah satu sipir wanita merayakan ulang tahun Moo yang pertama. Setiap orang memberikan kado untuk Moo. Ibu Moo berusaha menyanyikan lagu “Selamat Ulang Tahun”, tapi bukannya senang, Moo malah menangis ketakutan. Teman-teman Ibu Moo meledeknya dan memerintahkannya untuk berhenti bernyanyi.

Mereka mengambil foto bersama dibantu oleh sipir wanita yang ikut berpesta. Celakanya, pimpinan sipir penjara melihat kilatan blitz kamera dan segera mendekat ke kamar tahanan itu. Ia beserta timnya menggeledah kamar tahanan dan menyita kamera yang mereka gunakan. Ibu Moo yang bernomor tahanan 572 itu diperingatkan bahwa tidak ada satu pengecualianpun untuknya walaupun ia memiliki anak.

Kamar tahanan yang dihuni mereka berempat memang menyenangkan. Mereka saling akrab satu sama lain. Tapi semua berubah saat ada seorang gadis muda yang baru ditahan karena kasus pembunuhan. Gadis itu mendorong Moo yang menghampirinya dan berusaha memeluknya. Moo menangis dan itu membuat ibu Moo marah. Mereka berdua berkelahi. Suasa kamar tahanan tak semenyenangkan dulu lagi. Keduanya dipisahkan dan dihukum di ruangan yang berbeda. Si gadis muda ini terus menerus melukai dirinya dan berusaha untuk mati. Menurut sipir wanita yang bersahabat dengan para tahanan, gadis itu dimasukkan ke penjara karena membunuh ayahnya dengan tidak sengaja saat ayah kandungnya itu berusaha mencabulinya selama bertahun-tahun. Sejak itu, ia menolak bertemu ibunya walaupun ibunya setiap hari selalu datang menemuinya.

Kisah kelam yang membuat mereka mendekam di penjara satu persatu terungkap dengan apik dalam film ini. Ibu Moo masuk penjara karena tidak sengaja mendorong suaminya yang terus menerus menendang kandungannya dan berniat membunuh bayi Moo beserta ibunya. Suaminya terjerembab ke atas meja kaca dan mati saat itu juga.

Lain lagi dengan si gendut teman kamar tahanan Ibu Moo. Ia adalah atlet gulat professional. Ia berkencan dengan managernya, hubungan mereka sangat baik hingga sang manager menggelapkan uangnya. Ia mematahkan leher sang manager dan berakhir di rumah tahanan itu. Si penyanyi malam yang juga teman ibu Moo tak kuketahui kenapa ia masuk ke penjara itu.

Kisah wanita tua yang menjahitkan baju untuk Moo juga tragis. Satu hari sebelum konser musiknya, temannya yang mengajarkan piano dan rencananya akan dibelikan sepatu oleh wanita itu berselingkuh dengan suaminya. Ia menemukan mereka mesra dengan suaminya di rumahnya. Ia kalap. Wanita tua yang dulu masih muda itu menabrak suami dan teman wanitanya hingga mereka tewas. Anaknya membencinya dan tak pernah mau memanggilnya ibu.

Semua kisah tragis itu menjadikan mereka pembunuh yang membuat mereka mendekam di penjara. Hari-hari di penjara dihabiskan oleh ibu Moo bersama anaknya. Tak ada penghuni penjara yang tak tahu ibu muda itu sangat menyayangi anaknya.

Suatu hari, para tahanan disuguhkan penampilan paduan suara yang sangat indah. Semua orang terpaku melihat para anggota paduan suara bernyanyi dengan penuh penghayatan. Ibu Moo memikirkan suatu terobosan yang benar-benar controversial. Ia menghadap pimpinan penjara dan mengutarakan maksud kedatangannya. Ia mengusulkan pengadaan grup paduan suara di penjara tersebut. Menurutnya, dengan berlatih paduan suara, energy mereka akan teralihkan dengan positif. Kepala sipir menolak usul tersebut, namun pimpinan penjara sebaliknya. Ia menyetujui usulan ibu Moo.

Ibu Moo berusaha membujuk semua orang yang potensial untuk bergabung di grup paduan suara itu sebelum ia membuat pengumuman resmi. Wanita tua yang tinggal sekamar dengannya diminta menjadi pelatih grup tersebut. Kau pasti tahu jawabannya, teman. Tidak. Ia menolak. Bayangkan, memegang piano saja sudah mengingatkannya pada masa lalu yang kelam. Apalagi setiap hari memainkannya.

Ibu Moo tetap memaksa. Ia mengatakan bahwa bila proyek ini berhasil, maka ia dan Moo bisa berkunjung ke luar penjara dan merasakan dunia bebas selama satu atau dua hari.

Wanita itu tetap memutuskan untuk tidak bergabung. Tapi keputusan itu berubah saat ia memainkan piano sendirian. Wanita tua itu mengira tidak ada siapapun disana. Ia rindu pada anaknya. Satu-satunya keluarga yang dimilikinya saat itu. Tak sengaja ibu Moo dan sipir wanita mendengar dentingan piano yang dimaikan wanita tua itu. Mereka masuk secara diam-diam dan duduk mendengarkan alunan piano. Setelah selesai, mereka bertepuk tangan dan kembali mengajak wanita tua itu untuk bergabung dalam grup paduan suaranya. Ia setuju.

Keesokan harinya, pengumuman disebarkan. Ada banyak tahanan yang ingin ikut serta dalam paduan suara tersebut. Mulailah wanita tua itu menyeleksi dan mengelompokkan mereka menurut suaranya. Alto, sopran dan mezzo. Aku tak tahu jenis suara macam apa mezzo. Tapi menurut kamus inggris yang tertanam di komputerku, artinya sedang. Mungkin ini adalah jenis suara diantara sopran dan alto.

Di tengah latihan, ada salah seorang tahanan menolak untuk ikut berlatih dan memaki wanita tua yang menjadi konduktor karena selalu menyuruhnya melakukan banyak hal saat bernyanyi. Pertikaian terjadi. Ibu Moo dipanggil dan diberikan tenggang waktu hingga 6 bulan kedepan. Bila tidak berhasil, grup paduan suara itu akan dibubarkan.

Ternyata semua rencana tentang paduan suara tidak mudah. Harus ada salah satu penyanyi yang mempunyai suara baik sehingga dapat diikuti oleh yang lain. Wanita tua itu mulai pesimis. Apalagi ia memegang dua posisi, sebagai pemain piano dan sebagai konduktor. Aih, sangat rumit sekali, nyonya.

Ibu Moo mengatakan bahwa sipir wanita yang sering menemani mereka bisa bermain piano. Walaupun sebenarnya ia tak menyelesaikan kursus pianonya sehingga tak dapat bermain dengan baik. Intinya, latihan di minggu-minggu awal adalah latihan terkacau sepanjang sejarah paduan suara itu. Wanita tua itu sangat membutuhkan suara sopran yang baik saat bernyanyi. Kau tahu, ibu Moo menemukan sang pemilik suara emas itu. Gadis muda yang sekamar dengannya.

Ibu Moo mendengar suara seseorang bernyanyi dengan indah. Tapi menurutku suaranya seperti suara hantu, fufufu. Ia menelusuri sumber suara. Ternyata yang sedang bernyanyi adalah gadis muda yang selalu terlihat kesepian itu.

Ia mengabarkan wanita tua tentang temuannya dan memintanya untuk menemui gadis muda tersebut. Wanita tua itu menyanggupi dan berencana menemuinya di ruangan latihan paduan suara yang juga berfungsi sebagai ruangan pertunjukkan bagi para tahanan. Gadis muda itu menolak dan mengatakan hal yang menyakiti hati wanita tua tersebut. Wanita tua itu menamparkan dan memastikan paduan suara akan tetap berjalan dengan atau tanpa bergabungnya gadis muda tersebut.  

Keesokan harinya, gadis muda itu menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada wanita tua. Wanita tua itu menerima permintaan maafnya kemudian mengajaknya bercerita sambil bermain piano. Mereka berdua menangis bersama. Bayangkan, dua orang dengan cerita menggenaskan saling berbagi. Yang satu tidak diterima putrinya karena malu mempunyai ibu seorang pembunuh, yang satu lagi tidak mau menemui ibunya karena benci ibunya diam saja melihatnya dicabuli ayah kandungnya sendiri. Keduanya merasakan kepahitan yang sama walau kadarnya tak ada yang tahu perbandingannya.

Gadis muda itu menyanyi di depan seluruh anggota paduan suara. Saat ia menyanyi, seluruh anggota paduan suara terpukau olehnya. Singkat cerita, latihan paduan suara menjadi lebih mudah saat kedatangannya. Gadis muda itu mulai bersosialisasi dengan yang lainnya. Ia juga mengajarkan ibu Moo untuk bernyanyi dengan baik agar anaknya tak menangis saat ia menyanyi. Semua orang belajar dengan giat. Wanita tua belajar mengendalikan grup paduan suaranya dengan berbagai lagu dan notasi yang ia rangkai. Sipir wanita belajar kembali memainkan piano hingga bisa membantu grup paduan suara tersebut. Ibu Moo belajar bernyanyi dan seluruh anggota paduan suara belajar bernyanyi dalam kelompok. Semua itu membuat bernyanyi lebih menyenangkan dan membuat hari-hari mereka menjadi ceria.

Enam bulan berlalu. Saatnya pertunjukkan. Penampilan mereka luar biasa memukau. Energik dan bersemangat. Membuat semua orang yang hadir disana ikut menari dan bahagia. Pimpinan penjara mendapatkan pujian dari pimpinannya. Kepala sipir yang awalnya sinis kepada mereka mulai melunak. Para tahanan sangat menanti pertunjukkan selanjutnya dan seluruh kru paduan suara bahagia tiada dua. Usaha mereka berhasil dan mereka melakukannya dengan baik sekali.

Hadiah untuk ibu Moo sudah pasti menjadi haknya. Tapi hari itu menjadi hari yang paling menyedihkan baginya. Ia harus berpisah dengan anaknya karena memang sudah ketentuan hukum yang berlaku demikian. Moo harus pergi dari penjara dan diasuh oleh orang tua angkat, kecuali ibunya mau menyerahkannya ke saudaranya. Tapi itu tidak dilakukan ibu Moo. Ia memutuskan untuk memberikan Moo kepada orang lain. Menurutnya, lebih baik Moo tak pernah ingat ibunya ada di penjara.

Semua orang menangis mengetahui kabar ini. Ibu Moo adalah orang yang paling menderita saat itu. Tapi yang ia ambil adalah keputusan yang menurutnya benar. Ia seperti orang yang depresi selama beberapa hari. Wanita tua konduktor paduan suara menasehatinya dan memintanya kembali beraktivitas seperti dulu. Ibu Moo menangis sejadi-jadinya. Tapi hari-hari berikutnya bergulir seperti biasanya.

Hingga suatu hari ada undangan tampil di malam natal pada kompetisi paduan suara wanita di Seoul. Ada kisah sangat mengharukan disana. Air mataku tak ada habis-habisnya keluar tak bisa terbendung lagi. Ending cerita ini membuatku tak mengerti banyak hal yang ada di negeri Gingseng itu. Ah, lebih baik kau tonton saja sendiri film ini. Terlalu banyak detail cerita yang sangat menarik yang tak bisa kuceritakan semuanya disini karena terlalu panjang dan membuat orang malas membacanya. Yang jelas, setelah menontonnya aku langsung menghampiri ibuku, menyelimutinya dan mencium tangannya. Aku tak mau kehilangannya, Tuhan.

Film ini sangat baik bila ditonton seluruh keluarga tapi tetap harus ada pengawasan dari orang tua karena ada beberapa adegan yang tak baik ditonton anak-anak. Seperti biasa, ada beberapa hal yang kubingungkan saat menontonnya :

  1. Sebenarnya berapa lama masa tahanan yang dijatuhkan kepada para pembunuh “tidak sengaja” di Korea Selatan? Apakah tidak ada pemotongan masa tahanan walaupun tahanan tersebut berbuat baik selama mereka menghabiskan waktu di penjara? Apakah tidak ada apresiasi khusus untuk mereka yang berjasa mengharumkan nama LP?
  2. Bagaimana mungkin moratorium hukuman mati dicabut tanpa menimbulkan resistensi masyarakat terutama mereka yang sudah lama ditahan jauh sebelum moratorium itu dicabut?
  3. Lucu, Moo lahir bersih tanpa darah. Ini mustahil. Hehehe.
  4. Penjara di Korsel enak ya, ada televisi, kamar tahanannya pun enak, seperti kamar kos. Kok bisa ya? Ah ya mungkin kebijakannya yang berbeda.

Terlepas dari seluruh pertanyaan bodohku, lagi-lagi film ini sangat bagus. Aku suka :) 
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)