Tuesday, July 12, 2016

Tambahan

Ingin nambah, artinya yang sudah didapat belum cukup. Entah memang tidak cukup atau tidak merasa cukup. Yang jelas butuh tambahan. Titik. 

Banyaknya keinginan, membuat saya ingin menambah penghasilan. Saya masih bekerja dari jam 8-5 (bahkan beberapa kali melebihi jam kerja), tapi ternyata saya masih bisa sibuk chatting, main media sosial mulai dari FB, IG, Path, dll. Karena satu dan lain hal, rasanya saya perlu menyibukkan diri. Terutama dengan hal-hal yang bisa memberikan income tambahan untuk saya. Menjadi pekerja lepas bukan sesuatu yang baru bagi saya. "Ngamen" psikotes di beberapa sekolah atau instansi pemerintah membuat saya terbiasa bekerja sampai pantat pegal atau mata jereng karena jejeran angka alat tes Pauli. Haha. Selain ngamen psikotes, saya juga ikut-ikutan proyek menulis dari rekan seperjuangan nyari duit saya, Pradita, atau lebih sering disebut Mawar eh Belalang maksudnya. Kenapa Belalang? Karena kacamatanya mirip belalang. Besar. Hahaha. Tenang, saya tidak sedang mem-bully. Dia memanggil saya Capung karena kacamata saya juga besar. Hahaha. 

Kembali ke pekerjaan lepas. Karena bosan tidur pasca lebaran, saya iseng mencari tahu situs penyedia lowongan pekerjaan lepas alias freelance. Dari sekian banyak rekomendasi, sepertinya saya cuma jatuh hati pada 2 situs, yaitu : 

1. Projects.co.id

Situs ini menarik karena cara pakainya mudah dan gratis. Hahaha. Gratis itu kriteria pertama cari kerja sih. Memang kebanyakan pekerjaan lepasnya untuk IT sih, tapi ada kok pekerjaan yang meminta pekerjanya untuk menulis, mendesain poster, dll. Lama-lama saya belajar coding juga ini mah euy. Demi sebongkah berlian. Hahaha. Berikut penampilannya : 



2. Sribulancer.com

Pilihan kedua saya jatuh ke Afgan. Hemeh. Hahaha. Maksudnya ke sribulancer.com. Kenapa saya senang dengan situs ini? karena pekerjaannya banyak yang membuat saya tertarik dan cenderung gak terlalu banyak fiturnya jadi kesannya gak ribet. Entah ini kelebihan atau kekurangan. Hahaha. Berbeda dengan situs yang pertama, situs ini tidak menyediakan fitur chat dengan owner proyek, kecuali jika owner proyek menghubungi pekerja terlebih dahulu. Jadi kalau ada proyek yang kurang jelas, antara menulis pesan dan menawarkan harga dengan sejelas-jelasnya, atau bid now, ask later. Haha. 



Semoga dari sekian banyak proposal kerja yang saya masukkan ada yang lolos, jadi bisa rada sibuk dan bisa dapat penghasilan tambahan. Yuk, cobain atuh biar sama-sama bisa beli sebongkah berlian. Haha. 

Oh iya, satu hal yang saya pelajari dari kejadian hari ini. Keterampilan melakukan sesuatu diluar latar belakang pendidikan (atau mungkin bertolak belakang dengan pendidikan yang ditempuh) bisa menghasilkan juga. Makanya, jangan banyakin jajan, banyakin kursus aja sekarang mah. Demi sebongkah berlian! #kekeuh

Bandung, 12 Juli 2016
Read More

Saturday, July 2, 2016

O Captain, My Captain

O captain, my captain. Panggilan unik guru Bahasa Inggris bernama John Keating di Welton Academy dalam film Dead Poets Society. Panggilan yang tentunya tidak lazim di negara manapun untuk seorang guru. Saya suka caranya menerima semua jawaban dari para muridnya. Tidak merendahkan walaupun mungkin ia tahu murid tersebut tidak menyukai pelajarannya. Ia mengajak para murid berdiri di atas meja untuk melihat perspektif lain walaupun saat mereka merasa pendapat atau jalan yang mereka ambil itu benar. Hal ini mengingatkan saya pada dosen saya yang luar biasa. Beliau memang terkenal killer karena standarnya yang tinggi dan caranya mengomentari tugas mahasiswa 'malas baca' di kelas yang agak bikin tegang. Suatu hari beliau duduk diatas meja. Sore hari di pelajaran Psikodiagnostika. Seingat saya beliau menyebutkan alasan yang sama dengan John Keating. 

sumber

Kembali ke cerita tentang film Dead Poets Society. 

Karena uniknya cara mengajar Keating, sekelompok murid 'gaul' Welton penasaran dengannya. Salah satu anggota menemukan wajah Keating dan sekilas tentang biodatanya di masa lalu di sebuah buku tahunan. Keating adalah anggota Dead Poets Society. Komunitas murid Welton yang suka membaca puisi di sebuah gua tak jauh dari sekolah asrama mereka. Lalu ceritapun dimulai. 

Saya senang dengan film ini. Dirilis tahun 1989 tapi tetap terasa inline dengan kejadian di masa sekarang. Masa dimana teori tentang anak adalah miniatur orang dewasa hampir dilupakan. Masa dimana artikel parenting sudah banyak ditemukan. Masa dimana family advisor dan hasil tes minat bakat anak mulai dianggap penting. 

Konflik yang dimunculkan dalam film ini juga terasa alami. Persis seperti kehidupan remaja lelaki pada umumnya: konformitas, cinta dan cita-cita. Entah cita-cita siapa, mereka atau milik orang tuanya. 

Saya pernah melihat film yang mirip dengan ini namun beda plot dan akhir cerita. Saya pernah sekolah di asrama, namun anehnya tak banyak merasakan hal-hal unik seperti di film-film itu. Mungkin karena keunggulan sekolah dalam film macam Dead Poets Society ini adalah mempersiapkan anak untuk masuk universitas terbaik di negerinya, sedangkan sekolah saya tidak bertujuan demikian. 

Secara garis besar, saya beri nilai 9,5 dari 10 untuk film ini. Saya suka akting Robin Williams, dll. Saya suka plotnya. Saya suka tidak ada darah-darah di film ini. Hahaha. Gampang ngeri soalnya anaknya. Ah ya, saya agak terheran-heran juga saat tahu klub-klub anak-anak pintar itu tidak jauh dari pelajaran. Hahahaha. Jadi bikin pengen belajar bareng #eaaaa #kode

Carpe diem, seize the day, make your lives extraordinary. 
Robin Williams sebagai John Keating di DPS
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)