Monday, March 30, 2020

Bandung-Bali-Lombok via Darat (Part 2)


29 Desember 2019

Sehari sebelumnya, secara impulsif saya, suami dan Nana memutuskan untuk pergi ke Lombok menggunakan pesawat karena mobil terlalu penuh untuk perjalanan panjang Bali-Lombok. Baby Mecca ikut serta dalam mobil, jadi kami pikir akan lebih lowong isi mobil jika kami bertiga bisa berangkat terlebih dahulu. Tiket pesawat Bali-Lombok cukup murah, sekitar 300rb/orang. Katanya, kalau tidak mendadak bisa dapat 400rb PP Bali-Lombok. Kami menggunakan maskapai Wings Air. Ini kali kedua saya menggunakan pesawat ATR. Deg-degan poll. 

Sebelum pergi ke bandara, kami memutuskan untuk main dulu ke Pura Luhur Uluwatu. Biaya masuknya 25k/orang untuk turis domestik. Saran saya, untuk main ke tempat wisata ini kalau bisa datang di sore hari atau pagi hari. Disana cukup terik dan membuat pusing saking panasnya. Tapi pemandangan dari atas tebing luar biasa indah sekali. Setiap orang yang masuk ke dalam Pura harus menggunakan kain dan dianjurkan untuk melepas semua barang yang menggantung termasuk kacamata. Ditakutkan barang tersebut di ambil oleh monyet yang tinggal disana. 

Kami disana hanya sekitar 45 menit lalu buru-buru pergi ke bandara dan terbang ke Lombok. Sedangkan keluarga yang lain menuju Pelabuhan Padang Bai untuk berlayar ke Pelabuhan Lembar, Lombok. 

Sesampainya di Lombok, kami langsung menuju ke vila yang ada di Sengigi, Lombok. Dengan menggunakan taksi bandara dengan harga 200k. Saya lupa mencatat nomor bapak taksinya. Tapi kalau mau naik taksi, tinggal keluar dari bandara dan menyebrang sedikit. Nanti banyak marketing taksi di sebelah kanan yang menawarkan jasanya. Sedangkan biaya menyebrang dari Padang Bai ke Lembar adalah sebesar 917rb/mobil (tidak bayar lagi perorangan) untuk 4-6 jam pelayaran (tergantung cuaca). 

The Haven - Senggigi
Untuk vilanya kami booking disini dengan harga 45 USD/malam. Fasilitasnya lumayan bagus. ada 2 kamar tidur lengkap dengan AC dan kamar mandinya. Ada area lesehan dengan kasur single tambahan. Ada juga sofa bed, tv xiaomi smart tv, wifi, dapur dengan isi kompor listrik, water heater pot, rice cooker, kulkas dan alat makan. Pastinya, ada kolam renangnya juga dong. Haha. Kalau mau ke pantai Senggigi yang tidak dirawat, bisa dengan berjalan kaki. Tapi kalau mau area yang bagus ya perlu menggunakan mobil. Sayangnya, vila ini tidak menyediakan water dispenser. Untung saja ada Indomaret terdekat yang bisa meminjamkan galon tersebut.

Hari pertama kami di Lombok, langsung mencoba Ayam Taliwang dan Pecak Kangkung khas Lombok. Enaaaaakkk. 

Rombongan yang menggunakan mobil baru sampai rumah jam 12 malam karena mereka mampir dulu untuk pesta duren. Oh ya, selama perjalanan Bali-Lombok di hari itu, kami isi bensin 1x full tank.

30 Desember 2019

Hari kedua di Lombok kami tujukan untuk snorkeling. Setelah riset dari berbagai sumber, snorkeling di area Gili Kedis, Nanggu dan Sudak lebih sepi dibandingkan dengan Gili Trawangan, dll. Selain itu harganya lebih murah juga. Untuk 1 perahu berisi 11 orang (bayi tidak dihitung) harganya cuma 350rb SEPUASNYA. Saya ulangi yaa SEPUASNYA. Selain itu, sewa alat snorkeling hanya dihargai 50rb/orang. Kalau mau beli roti untuk mengundang para ikan yang berenang itu, kamu bisa beli roti di warung sekitar sebelum berlayar. Harganya 10rb/bungkus roti tawar yang isinya banyak itu. Oh ya, ada biaya retribusi setiap pulau sebesar 50rb/perahu. 

Kami mengawali agenda snorkeling di Gili Nanggu. Perahu akan parkir ke pulau dan kita bisa mulai snorkeling dari pinggir pantai. Ikan disana besar-besar dan warna warni. Seru banget!

Auliya Family di Gili Nanggu
Setelah 1 jam berada di Gili Nanggu, kami memutuskan pindah ke Gili Kedis. Ikannya lebih kecil-kecil tapi tetap asyik untuk snorkeling. Terakhir saya snorkeling itu ke Pulau Harapan, dan saya gak bisa menikmatinya karena sibuk ketakutan wkwkwkwk. Sekarang, sudah mulai terbiasa kaki tidak napak di pasir. Kami segera pindah karena hujan mulai turun. 

Kami mampir ke Gili Sudak untuk makan disana. Seperti halnya di tempat wisata, biaya makan melambung cukup tinggi. Kurang lebih makan siang kami berharga 700rb-an.

Bagi teman-teman yang mau sewa perahu, bisa kontak Mas Izer (+62 878-6402-4686) ya. 

Setelah puas berenang, kami pulang ke vila. Kami mampir untuk beli ikan bakar yang berjajar di pinggir jalan. Kami beli juga Pecak Kangkung yang enak itu.

31 Desember 2019

Hari terakhir kami di Lombok, kami menuju Gili Trawangan. Di Gili Trawangan, mobil kami masuk ke parkiran pelabuhan Bangsal. Lalu kami mencari kantor pembelian tiket yang letaknya sungguh tidak strategis. Tempat wisata se-terkenal ini pengaturannya masih jelek. Kalau tidak salah harganya 17-25rb per orang. Saya lupa tepatnya berapa. Tiket yang kami dapat ada warnanya. Jadi nanti orang-orang harus menunggu petugas memanggil warna tiket mereka. Saat itu kami dapat tiket warna biru. Setelah menunggu sekitar 45 menit. Akhirnya kami dipanggil untuk masuk ke perahu. Perjalanan memakan waktu kurang lebih sekitar 1 jam. 

Sesampainya di Gili Trawangan, kami berpencar. Ada yang minum kopi di kedai pinggir jalan, ada yang sewa sepeda. Saya termasuk orang yang menyewa sepeda. Harga sewa 1 jam adalah 50rb dan sehari 100rb. Karena kami tidak akan lama disana, jadi saya sewa untuk 1 jam.

Setelah transaksi dilakukan, saya baru ingat ternyata saya gak bisa mengendarai sepeda di tempat ramai. WKWKWKWKWKW. Kebodohan yang sangat haqiqi. Akhirnya saya berbagi sepeda dengan adik saya yang lainnya. 

Sepedaan di Gili Trawangan
Tak lama setelah kecapekan bersepeda (padahal cuma dibonceng), kami memutuskan untuk pulang kembali ke vila karena langit mulai mendung. Harga tiket pulang dari Gili Trawangan sama dengan harga tiket berangkat. Bedanya, di harga tiket berangkat, ada biaya retribusi pulau sebesar 7rb (kl saya tidak salah ingat). Intinya, riset saya tentang harga tiket ke Gili Trawangan itu salah besar. Saat saya kesana, tidak perlu menaiki Cidomo atau dokar untuk sampai ke Pelabuhan Bangsal. 

Sesampainya di pelabuhan Bangsal, kami jajan sempol ayam dulu dan langsung pergi ke vila. Setelah mengambil barang-barang yang kami tinggal di pos security, kami pergi ke bandara untuk berpisah. Selama di Lombok, kami hanya mengisi bensin 2x full tank karena tempat yang kami kunjungi tidak banyak. 

Penutup

Awalnya, saya merencanakan perjalanan dengan sangat padat. Bahkan 4-5 tempat dalam sehari. Nyatanya, Bali sangat macet dan jalan kecilpun ada lampu merah. Membuat kami malas untuk bepergian jauh-jauh dan ke banyak tempat. Perjalanan darat yang panjang dan berdempetan membuat mood kami buruk. Selain karena rombongan besar itu sangat sulit diatur, tapi juga banyak konflik yang terjadi selama perjalanan. Mudah-mudahan nanti ketika perjalanan umroh keluarga kami lebih sabar lagi menghadapi satu sama lain. Amin. 

Biaya total yang saya hitung dengan banyaknya tempat itu sekitar 15jtan (12jt perjalanan & 3jtan untuk penginapan) untuk trip 7 hari (25 Des-1 Jan) dan 11 orang peserta perjalanan. Kami mencoba menghemat dengan masak sendiri dan membawa bahan makanan sendiri. Sepertinya semua total pengeluaran tidak sebesar yang dianggarkan di awal. Tapi saya tidak menghitung detail karena sempat terpisah dan memilih moda transportasi yang berbeda di perjalanan pulang. Selain itu banyak hal yang tidak sesuai dengan rencana. Tiba-tiba beli tiket pesawat ke Lombok, tiba-tiba gak jadi berkunjung ke tempat A, B, C, D, dst. Jadi, mudah-mudahan biaya yang saya sampaikan di setiap bagiannya bisa membantu ya.

Akhir kata, kalau mau coba lihat itinerary yang saya buat, bisa klik disini ya. Semoga membantu dan selamat jalan-jalan!


Read More

Sunday, March 29, 2020

Bandung-Bali-Lombok via Darat (Part 1)


Perjalanan ke Bali dan Lombok via darat ini memang perjalanan yang sangat amat impulsif, tapi memberikan kenangan cukup indah bagi saya dan keluarga. Bayangkan, 9 orang dewasa, 2 anak remaja dan 1 bayi menggunakan 1 mobil APV tahun 2008! Nekat dan terlalu ambisius ya kayaknya. 

Saat pergi ke Bali, kami berpencar. 3 orang menggunakan pesawat dan sisanya menggunakan mobil. Anak bayi dan orang tuanya pergi ke Bali menggunakan pesawat. Sedangkan sisanya empet-empet-an di dalam mobil. 

26 Desember 2019

Kami berangkat dari Bandung jam 05.00 WIB dengan isi mobil 9 orang dan barang-barang. Duksek pisan kalau bahasa baratnya mah. Tapi karena memang niatnya liburan, ya berangkat masih happy lah ya. Kami menggunakan jalan tol dari Majalengka hingga Surabaya. Kami juga berhenti beberapa kali di beberapa rest area dan beberapa daerah. Mulai dari beli tahu sumedang di Sumedang, berhenti di Semarang, Ngawi, Surabaya, dan Situbondo. Melewati seramnya hutan Banyuwangi dan akhirnya menyebrang ke Pulau Bali. Total perjalanan sekitar 30 jam. Kami berhenti di salah satu masjid di Bali untuk tidur sejenak dan sarapan.

Biaya tol Bandung-Bali sekitar 900rb, untuk bensinnya kalau tidak salah sekitar 5x isi full tank. Biaya menyebrang dari Banyuwangi ke Bali adalah 159rb/mobil (tidak bayar lagi perorangnya) untuk 45 menit pelayaran.

27 Desember 2019

Sampai di Bali, kami langsung menuju vila yang kami pesan. Harganya murah 31 USD/malam. Fasilitasnya 3 kamar tidur dengan kamar mandi di dalam, AC, 2 handuk dan alat mandi. Selain itu ada dapur, kolam renang pribadi dan Wi-Fi. Isi dapurnya juga lengkap. Ada microwave, rice cooker, kulkas, kompor dan alat makan lainnya. Bahkan mereka nyediain minyak goreng, garam dan penyedap rasa. Entah sisa tamu sebelumnya atau bukan. Hahaha. Ada TV kabel, tempat parkir yang luas dan ruang tamu yang mayan oke. Untuk saya dan sekeluarga sih, oke banget. Walaupun ada kurang-kurangnya, tapi tidak menutup semua kelebihannya. Buat yang mau cek, mungkin bisa coba klik link ini atau kontak Mas Yoga (+62 812-3657-8156). Atau kamu bisa cari dengan kata kunci "Peaceful 3 bedroom house in sanur (private pool)."

Hari pertama di Bali, kami terjebak macet parah dan panjang. Selain itu, saat kami datang adalah hari baik dimana upacara kematian dan pernikahan ramai-ramai dilakukan di Bali. Walhasil, kami hanya bisa main ke 1 tempat saja, yaitu Air Terjun Kanto Lampo. Biaya masuknya 25k/orang. Ini cukup mahal dan salah waktu, karena ternyata hari besok malah upacaranya free untuk semua orang. Oh ya, ada tempat untuk beli pop mie, kelapa muda dan kopi yang murah. Yang jualnya ibu-ibu dan selalu menyapa bule-bule dengan kalimat, "hi, how are you? coconut water?" 

Pokky di Air Terjun Kanto Lampo

Malamnya, kami menjemput adik saya, istrinya dan bayi mereka di bandara. Kami menghabiskan waktu di jalan yang sangat sangat macet itu. Sesampainya di vila, jebur lagi aja untuk menyenangkan hati dan pikiran karena tidak banyak tempat yang kami datangi di hari pertama. 

28 Desember 2019

Semua anggota keluarga dan peserta perjalanan sudah lengkap. Hari kedua orang tua saya main ke Pasar Sukawati sedangkan saya dan beberapa adik pergi duluan ke Pantai Kuta. Kami menghabiskan waktu di Pantai Kuta sampai siang. Disana hanya bayar parkir saja 10k/mobil. Kami makan di KFC dekat Pantai Kuta dan langsung lanjut ke Pantai Pandawa. Saya dapat info kalau pantai ini tidak ada biaya retribusi, tapi ternyata salah. Biaya masuk per-orangnya sekitar 15-25k/ orang. Detailnya saya lupa. Selain itu ada biaya parkir 10k/mobil. Di sana ada wahana kano yang bisa disewa 35k/orang/jam. Pantainya luar biasa panas. Toilet umunya buruk sekali. Gak ada yang bersih dan berfungsi. Setelah foto-foto kami langsung cabut ke destinasi selanjutnya. 

Narsis di Pantai Kuta
Ah ya, kami mampir untuk sholat dulu di area oleh-oleh dekat gerbang menuju pantai. Kalau mau beli tas khas bali, bisa di Pantai Pandawa atau di tempat oleh-oleh dekat gerbangnya, karena cenderung lebih murah dibanding tempat manapun yang kami kunjungi. 

Kami mampir di salah satu Indomaret terdekat untuk ke toilet dan beli cemilan maupun minuman. Di Bali sudah tidak boleh menggunakan keresek belanja, jadi kami bawa keranjangnya untuk membawa makanan ke mobil. 

Urusan toilet selesai, kami menuju Pantai Nusa Dua untuk melihat sunset. Walaupun cuma kebagian setitik doang, tapi indah banget tempatnya. Keren! Kalau mau kesini untuk lihat sunset, usahakan jam 5 sudah disini ya, karena banyak sekali orang yang berbondong-bondong untuk melihat sunset disini. Biaya masuknya gratis, hanya membayar parkir saja 4k/jam/mobil. 

Selepas dari Pantai Nusa Dua, kami mampir ke toko oleh-oleh Krisna. Menurut pengamatan saya, belanja oleh-oleh di Krisna cenderung lebih murah dibandingkan belanja di tempat lainnya di Bali.

Selesai dari Krisna, kami pulang dan nyemplung lagi ke kolam renang entah sampe jam berapa. Saya ngantuk dan tidur cepat. 
Read More

Terkurung


Sejak Januari awal tahun ini, dunia benar-benar menakutkan. Biang keroknya tak kasat mata, berukuran kecil sekali dan tak bisa dideteksi dengan mudah, cepat dan sederhana. Corona virus diseases 19 alias COVID 19 mulai menyerang dunia dari China di akhir tahun 2019. Dengan sekejap menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, pusat dan awal mula penyebarannya dimulai dari area Jabodetabek. Area dimana jutaan orang mencari nafkah, pekerjaan bahkan jodoh disana. Panik? Tentu. Apalagi sekarang saya dan suami tinggal di Jakarta. Tapi kami awalnya tidak menganggap virus ini terlalu serius. Kami tetap bekerja hingga pertengahan Maret Pak Gubernur DKI Jakarta mengambil keputusan untuk menghimbau semua pekerja bekerja di rumah. Bahkan sekolah-sekolah mulai diliburkan karena pandemik ini. Sekarang, diakhir Maret yang berselang hanya 2 minggu dari hari pertama WFH, virus ini sudah menginfeksi seribu orang di seluruh penjuru Indonesia.

Jalanan mulai sepi karena banyak daerah kini memutuskan untuk melakukan lock down alias menutup semua akses keluar masuknya orang di daerah mereka. Komplek-komplek yang memiliki penjaga keamanan ikut-ikutan lock down karena takut warga kompleknya terpapar virus yang tak kasat mata ini. Bahkan, desa-desa yang awalnya mengabaikan kesaktian virus ini juga melakukan lock down. Sayangnya, pemerintah pusat tak pernah memutuskan lock down sebagai solusi dari permasalahan yang mulai meresahkan ini.

Ini hari ke-14 saya diam saja di dalam rumah. Tidak keluar dari area tower kami. Paling jauh keluar untuk beli susu, roti, dan kebutuhan makanan saja. Itupun di lantai dasar. Sisanya hanya kami habiskan berdua. Senang? Tentu, karena biasanya kami hanya bertegur sapa di kala malam mulai menyapa. Bosan? Sangat. Terbiasa melihat banyak orang dalam perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya membuat saya cukup jemu dan merasa terkurung di rumah. Tapi inilah salah satu tindakan yang setidaknya tidak membutuhkan upaya lebih dan bisa menyelamatkan kami dari virus ini.



This too shall pass. Saya percaya itu. Tapi kapan? Entah, tak ada yang tahu bahkan pemerintah negara manapun di dunia ini.

Terkurung dalam rumah menuntut saya bersyukur karena saya masih punya rumah dan tinggal bersama orang terkasih. Di saat yang sama, orang lain bahkan kebingungan dimana mereka harus tinggal karena uang untuk membayar biaya bulanan saja tidak bisa terkumpulkan.

Berada di rumah selama 2 minggu ini membuat saya bersyukur tempat kerja saya masih sanggup membayar gaji karyawannya. Entah dengan cara apa alur kasnya tetap berjalan sehingga kami tidak perlu kebingungan untuk membeli bekal makanan.

Ramadhan dan Idul Fitri kali ini mungkin saya akan terkurung di dalam rumah jua, karena diperkirakan Covid 19 memuncak di pertengahan Ramadhan hingga Syawwal menyapa. Tak mengapa. Mungkin seperti ini rasanya tinggal di luar negeri dimana jauh dari sanak saudara di Indonesia.

Hanya Allah yang bisa menyingkirkan semua musibah ini. Hanya atas izin-Nya lah Covid 19 bisa hengkang dari dunia. Hanya ke-Maha Murah-an-Nya lah kita bisa selamat, sehat dan berbahagia saat ada Covid-19, maupun tidak. Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan karunia-Mu. Sehatkanlah kami, keluarga kami dan saudara-saudara muslim kami. Kuatkanlah kami menghadapi cobaan ini. Amin.
Read More

Wednesday, March 11, 2020

Here I'm Back!

Wow! It's been 3 years! Hahaha. I know no one will read this except me. But I am sooooooo excited to write again!

After so many years of adapting myself into the new world of deep relationship, now here I am. I am ready to reflect my life in my blog posts. 3 years without any single blog post made me kinda lost. I don't feel fulfilled when I wrote any Instagram caption. I feel like I am too serious in that platform. When I post some poetic caption, one of my friend will expect that I am in love. Moreover, I can't show off anything in my life. I don't think that what I have can impress them much. But who cares by the way. Lol.



What ever platforms I tried in the past, my feeling somehow is always missing my blog. I think I am going to try posting many silly posts, of course weird things as usual. My obsession into poetic words still remain the same, as well as my unstable emotion.

It's a very nice to come back again to blogspot! Hopefully, this platform will sustain in the middle of massive changes that happens to the world.

Let's write again! Whoooh!
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)