Monday, December 31, 2012

AKHIR TAHUN


Wow, akhir tahun datang juga! Terlalu banyak cerita menarik di tahun ini. Mulai dari A-Z, 1-tak terhingga. Semuanya menyenangkan, mengasyikkan dan menambah ilmu. Entah itu ilmu pasti, tak pasti bahkan filosofi. Ah ya, tahu apa aku tentang ilmu. :)

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Segalanya. Tahun ini lagi-lagi penuh berkah dan kemajuan. Walaupun banyak juga tantangan dan hambatan yang sempat membuat patah arang, namun Ia menunjukkan padaku bahwa itu tak pantas dilakukan. Walau banyak aral melintang, Ia selalu mempertemukanku dengan orang-orang yang tepat, cara yang tepat, waktu yang tepat dan dilengkapi dengan cara menegur yang tepat. Ah, Tuhan Kau sangat baik padaku ({})

Kucoba telusuri tulisan-tulisan lamaku selama tahun 2012 ini. Cukup banyak ternyata, ada 77 tulisan iseng, termasuk tulisan berbobot minus didalamnya. Aku tak pandai menulis dan merangkat kata dengan baik, kawan. Tapi dari tulisan-tulisan itu sedikitnya membawa pikiranku melesat mundur ke masa-masa 12 bulan kebelakang. 

Tahun ini benar-benar menyenangkan, hebat dan luar biasa. Entah bagaimana indikator dari ketiga klaim yang aku sebutkan tadi. Yang jelas tahun ini kumelewati kegiatan bersama banyak orang. Mulai dari Dauroh Anak Jalanan (2) bersama teman-teman di Kampus Peduli, Meet The Leaders yang diselenggarakan oleh Indonesian Future Leaders bersama orang-orang yang menyenangkan, "menjenguk" umi jejen di bekasi, Kuliah Kerja Nyata lebih dulu daripada teman-teman yang lain (walaupun lulusnya mungkin tak tepat waktu), ikut berbagai lomba menulis dan kuis, menjadi panitia Rapat Koordinasi Nasional Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi se-Indonesia, seminar-seminar, lokakarya, diterima sebagai tester di Hudassari, dan menjadi pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi -rumahku-. Tuhan, lagi-lagi Kau selalu baik padaku. 

Tahun ini juga tahun yang didalamnya ada kepedihan mendalam. Sahabatku tersayang bertemu dengan-Nya. Ia sengaja 'tidur selamanya' di negeri kangguru sana, supaya kami bisa berziarah katanya. Far, damai Kau bersama-Nya disana. Ibuku tersayang mengalami kecelakaan, ayah serta adik-adikku sakit bergiliran. Hem, Tuhan..Kau terlalu tahu cara membuat kami kuat. 

Tahun ini tahun yang istimewa. Teman-temanku bertambah, bahkan ada yang bertemu kembali setelah sekian lama tak bersua. Walaupun memang ada yang menghilang setelah sekian lama menjalin kebersamaan. Bukankah itu gunanya Kau ciptakan banyak sekali manusia, Tuhan? Jika salah, maafkan aku karenaku terlalu banyak berspekulasi tanpa landasan :)

Terimakasih teman-teman Kampus Peduli yang telah memberikan rasa nyaman berorganisasi dan berbuat untuk sesama. Terimakasih teman-teman Psikologi 2009 yang telah memberikan dukungan tiada henti dan kontribusi yang luar biasa membantu. Terimakasih teman-teman Care Others, tanpa kalian aku takkan pernah tahu bagaimana rasanya menyelenggarakan acara yang luar biasa hebat. Terimakasih teman-teman SMF Psikologi 2012-2013 yang telah bekerja keras aktif berkontribusi untuk berbagai kegiatan yang kita adakan. Terimakasih para dosen dan kakak tingkat serta para alumni yang begitu perhatian dan banyak memberikan masukan positif bagi kami (SMF Psikologi) dan bagiku khususnya. Terimakasih untukmu atas segala kebaikan yang selalu kau berikan padaku walau aku tak pernah membalasnya dengan setimpal, Terimakasih teman-teman Chikafive dan d'marginers yang telah jujur dalam segala hal padaku. Terimakasih kedua surgaku (ayah dan ibu), adik-adikku yang telah memberi lebih banyak perhatian, teguran dan nasihat dari orang manapun. Terimakasih kepada seluruh keluarga besarku, atas segala dukungan dan pemahaman yang luar biasa tak terhitung banyaknya. 

'Terimakasih untuk semua orang yang pernah mengenalku, bertemu kalian benar-benar suatu kebanggaan. Terimakasih atas segala kebaikan yang belum kubalas sepadan dengan apa yang kalian berikan, semoga Tuhan membalas semua kebaikan itu. Semoga perbaikan-perbaikan semakin bertambah pada diri kita. Semoga 2013 menjadi tahun yang lebih berkah lagi. Semoga rahmat dan kasih-Nya selalu tercurah untuk kita semua. 2012, kau cantik dengan segala pesonamu :)

Yeah, ini akhir tahun! :D

Read More

Saturday, December 15, 2012

UDARA KAMI


Journalist Psychology Community. Komunitas Jurnalis di Fakultas Psikologi ini lebih sering disebut JPC. Sebuah wadah yang diperuntukkan bagi mahasiswa Fak. Psikologi di UIN SGD BDG. Bukan hanya menelurkan tulisan, JPC juga membuka pintu mereka lebar-lebar untuk para mahasiswa yang ingin bereksplorasi dalam bidang fotografi. Anggotanya terdiri dari mahasiswa Fak Psikologi berbagai tingkatan yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

Dulu aku pernah terpikir membuat komunitas seperti ini, namun karena konsep yang kurang matang akhirnya kandas juga. Tapi JPC, tidak demikian adanya. Komunitas yang diprakarsai oleh orang-orang kreatif luar biasa ini kuyakin bisa bertahan hingga akhir kepengurusan kami, kalau bisa menjadi komunitas yang terus hidup tanpa batas kepengurusan. Tuhan, betapa membuat kegiatan yang kontinyu adalah hal yang tak semudah kupikirkan. Tapi keraguanku rasanya bisa dijawab dengan pembuktian oleh para pengurus andal kami : Annisa Nursyamsi, Nadrian Akhsanov, Lubi Nurzaman, Ismi Meilasari, Arina M. Husna.

Berita terbaru selalu bertebaran di berbagai akun jejaring sosial kami. Mulai dari akun facebook, twitter hingga blog. Berita demi berita tersampaikan secara berkala lewat artikel-artikel di majalah dinding dan buletin. Ah, ritme kami mungkin bukan ritme shinkashen, tapi aku yakin semua orang dalam kepengurusan ini sudah lebih dari optimal menunaikan kewajiban mereka satu persatu.

Bidang pengembangan pers mahasiswa menjadi orang dalam barisan pertama atas tersebarnya berbagai informasi di fakultas Psikologi. Aku secara pribadi yakin, bidang ini bisa dengan optimal menjadi forum bertukar informasi kegiatan fakultas Psikologi se-Indonesia. Entah mengapa, aku begitu yakin dengan hal satu ini.

Bidang ini pula yang siap mengkritisi berbagai kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa. Teman-teman kami inilah yang akan mencari setiap saat perkembangan, perhentian dan permulaan berbagai hal yang ada di kampus kami.

Dengan dipegang orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai kapasitas mumpuni di bidang pers dan jurnalistik, aku yakin kedepannya bidang ini bisa lebih memberikan manfaat yang terasa lebih dalam oleh para mahasiswa Fak Psikologi secara keseluruhan.

Bila diibaratkan, teman-teman hebat kami ini seperti udara yang siap menyebarkan getaran-getaran suara ke setiap telinga yang ada di Fakultas Psikologi. Tanpa udara, kita tak bisa mendengar. Tanpa ada bidang 5, kami tak bisa mengetahui apa yang dilakukan dan diusahakan oleh para perwakilan mahasiswa di kepengurusan Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD BDG.

Terimakasih telah begitu loyal dalam setiap kegiatan yang ada. Bila diberi skala sikap senang bekerjasama dengan kalian, kuberi skala 5, angka terbesar untuk menunjukkan kepuasan dan betapa menyenangkannya bekerjasama dengan teman-teman semua. Terimakasih telah berkontribusi secara aktif untuk kemajuan SMF Psikologi kedepannya. Bangga berkenalan dan menjadi satu tim dengan orang-orang hebat seperti kalian J

Read More

TRAINING OF TRAINER, LANGKAH AWAL KEPENGURUSAN KAMI


Kalian harus menciptakan sistem, agar pengurus selanjutnya tinggal meneruskan estafeta perjuangan kalian.” 

Begitulah sedikit kutipan berharga dari para narasumber kami di tengah-tengah kegiatan internal pengurus SMF Psikologi UIN SGD BDG yang kami beri nama “Training of trainer”. Sebenarnya kegiatan kami ini adalah kegiatan pembuka dari rangkaian kegiatan yang telah kami tetapkan menjadi program kerja selama kami menjabat menjadi pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam acara ini kami diberikan pengarahan awal oleh para senior kami dalam berbagai hal. Mulai dari materi dasar keorganisasian, hingga administrasi organisasi.

Antusiasme teman-teman kami, para pengurus SMF Psikologi UIN SGD BDG seakan membludak. Hanya beberapa orang saja yang tak bisa hadir di acara yang sangat menginspirasi ini. Sungguh, aku secara pribadi merekomendasikan acara ini harus tetap ada di setiap kepengurusan SMF kedepannya. Disini kami sama-sama belajar bagaimana sebuah organisasi harus dihidupkan. Disini kami sama-sama tersadar bahwa kami harus mencari cara dan memutar otak lebih lama untuk formula yang tepat untuk memberdayakan orang-orang yang ada di dalam organisasi ini. Disini kami sama-sama belajar bahwa organisasi bukanlah wadah kosong yang tak ada aturannya. Disini kami sama-sama disadarkan bahwa kami kini menjadi satu dalam sebuah badan bernama SMF Psikologi UIN SGD BDG.

Acara yang bermanfaat ini tak akan pernah terselenggara tanpa inisiatif dan langkah konkrit dari orang-orang hebat dibelakangnya : Bidang pengembangan aparatur organisasi. Ada Amir Fudin, Annisa Nurul Imaniana, Eva Nurkhofifah, Muhammad Fadli dan Ahmad Puguh Gumilar. Terimakasih telah menyempatkan waktunya untuk memberi bekal pada seluruh pengurus SMF dengan berbagai materi yang disajikan dengan nikmatnya.
Terimakasih untuk para pemateri : Hendro Prakoso Budisantoso, S.Psi., M.Si., Psikolog, Agus Abdul Rahmah, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Nisa Hermawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Tahrir, S.Psi., M.Si., Royanullah Ibrahim., S.Psi., Irfan Hilmi, S,Psi. yang telah memberikan pencerahan baru bagi kami. Semoga kami bisa mewujudkan apa yang diharapkan oleh orang-orang hebat seperti kalian. Semoga kepengurusan tahun ini bisa lebih optimal dan lebih progresif serta bermanfaat.

Dengan segala keterbatasan, teman-teman telah membuktikan untuk terus bergerak tanpa pamrih, tanpa lelah dan tanpa banyak bicara. Terimakasih atas kerjasama yang membuatku lagi-lagi bersyukur bisa bertemu orang-orang seperti kalian. Tuhan, kehormatan dari-Mu benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata lagi selain mengucap syukur dan memanjatkan puja dan puji pada Mu. Alhamdulillahirabbil’alamin. Satukan kami dalam kasih sayang-Mu, Tuhan. 
Read More

SEMINAR NASIONAL : WUJUD KEMAMPUAN MAHASISWA PSIKOLOGI UIN SGD BDG


Resah. Itu yang kurasakan saat mendapat kabar pemateri seminar nasional kami tidak bisa hadir dalam acara yang kami canangkan. Sungguh, kabar itu adalah kabar yang tak kami persiapkan adanya. Di tengah keresahan kami, narasumber yang kami hubungi dengan baik hati mencarikan pengganti mereka untuk acara ini. Dan terpilihlah dua pemateri yang dapat menjadi narasumber kami di acara ini : Sekjen Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia, Sus Budiharti, S.Psi., Psikolog dan Bidang Kompartmen Organisasi Himpunan Psikolog Indonesia, Dr. Andik Matulessy, M.Si., Psikolog.  Kau tahu, mereka lebih dari sekedar luar biasa!

Keresahan kami benar-benar tak beralasan. Acara kami berjalan lancar meskipun dimulai lebih lama daripada waktu yang dijadwalkan. Peserta berdatangan dari berbagai universitas. Bahkan, yang kami tidak habis pikir, ada beberapa peserta yang datang dari luar kota dan beberapa dosen muda yang hadir di acara kami. Betapa kami merasa penting di hari itu.

Sebenarnya ini adalah hal lumrah untuk sebuah seminar nasional, tapi (setidaknya menurutku) tidak lumrah dengan jarak publikasi dan acara yang berdekatan. Lagi-lagi Tuhan memainkan peran-Nya.

Para peserta RAKORNAS ILMPI yang ke II juga mengikuti seminar nasional ini. Jadi, ini adalah seminar nasional yang benar-benar diikuti oleh mahasiswa psikologi se-Indonesia, bukan hanya sekedar seminar biasa dengan embel-embel label nasional.

Para panitia dengan sigap dan cepat mempersiapkan semuanya. Kami bangga dengan penyelenggaraan yang memuaskan (menurut kami). Acara demi acara berlangsung, meskipun ada beberapa kesalahan yang muncul, namun itu tak mengurangi rasa bangga kami kepada para panita seminar nasional yang sudah bersusah payah dan bekerja keras untuk menyelenggarakan acara ini. Kalian benar-benar hebat!

Permohonan maaf sebesar-besarnya kami ucapkan atas kekurangan dalam acara ini. Entah itu dari segi penyambutan, konten acara ataupun teknis akhir acara. Sungguh, kami benar-benar tahu acara ini jauh dari kata sempurna, tapi kami sudah berusaha sedemikian rupa untuk menjadikannya sempurna.

Terimakasih kami haturkan untuk para panitia yang sudah berjibaku membagi waktu ditengah padatnya jadwal praktikum yang tak bisa ditangguhkan. Terimakasih atas loyalitas, totalitas dan kredibilitasnya selama penyelenggaraan acara ini. Cerita acara ini akan berbeda bila bukan kalian yang menjadi panitianya. Sungguh, aku harus banyak belajar dari kalian, teman.

Terimakasih pula kami ucapkan untuk berbagai pihak yang telah membantu kami menyelenggarakan acara tingkat nasional ini, semoga kami bisa mengadakannya lagi dilain kesempatan.

Bila rasa pahit terasa manis diakhir habisnya sebuah makanan, maka rasa manis inilah yang sedang kukecap setelah sekian lama mengusahakan terselenggaranya acara ini. Semoga kedepannya kami lebih baik lagi. Semoga kami tak pernah puas dengan hasil yang kami dapat sehingga kami dapat belajar terus menerus. Tuhan, mampukan kami untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Amin. 
Read More

RENCANA TUHAN RENCANA KEBAIKAN


Ponselku bergetar. Satu pesan kuterima jam 2 dini hari. Kubuka pesan itu, kubaca pengirim dari pesan singkat dini hari : Bidang 2. Satu lagi pesan singkat dari bidang penegakan kode etik dan akhlakul karimah. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Dengan ikhlas tanpa paksaan menyebarkan pesan singkat yang berisi kalimat-kalimat penuh ‘ibroh dan hikmah. Tuhan, lagi-lagi Kau pertemukanku dengan orang-orang baik tiada dua.

Di lain malam kuterima nomor itu menghubungiku tepat di sepertiga malam. Aku yang terlalu terlelap merasa malu dan menyesal mengapa aku tak mudah terbangun seperti orang lain. Malam itu, ada 3 panggilan tak terjawab dan 1 pesan singkat dari nomor yang sama. Segera kubuka pesan singkat dari nomor itu, membaca pesan itu saja sudah membuatku lemas karena malu.

“Teman, kok ga diangkat? Yuk, sholat malam. Tetap HAMASAH!”

Kurang lebih begitulah bunyinya. Aih, ketua macam apa aku ini? Bangun sepertiga malam saja susah tiada dua L

Begitulah yang terjadi setiap dua hari sekali. Orang-orang hebat dari bidang 2 selalu mengingatkan kami dengan untaian kalimat mengajak berbuat kebaikan dan juga panggilan telepon untuk membangunkan kami di sepertiga malam. Terimakasih Tuhan mempertemukanku dengan orang-orang tulus ini.

Tak hanya para pengurus SMF Psikologi yang mereka ajak untuk bergegas dalam kebaikan. Teman-teman kami ini berusaha membuat jejaring komunikasi dengan seluruh angkatan yang kami namakan : konsolidasi kosma. Apalah itu artinya konsolidasi, orang awam sepertiku mana bisa paham hal seperti itu. Yang jelas dan yang menjadi penting adalah ajakan kami untuk berbuat baik dan membiasakan kebaikan. Bagaimana diterima oleh orang lainnya atau bagaimana kebaikan itu diartikan, kembali ke pribadi masing-masing.

Setelah konsolidasi kosma, yang kurasakan lebih baik adalah mushola kami. Jika beberapa waktu lalu aku jarang menemukan barisan orang-orang berjamaah bersama, kini dengan mudah dan hampir selalu kulihat banyak dari teman-teman menyengajakan diri untuk sholat berjamaah. Aku tak bisa mengklaim ini adalah hasil dari konsolidasi kosma, terlepas dari hal itu, aku bersyukur rumahNya sekarang lebih ramai dengan rapatnya barisan jamaah daripada sebelumnya. Segala puji dan syukur hanya tercurah pada-Mu, ya Rabb.

Kalimat demi kalimat dalam tulisan ini hanya subjektivitasku saja. Aku benar-benar bersyukur dipertemukan dan disatukan dengan teman-teman hebat di bidang 2 : Rita Rosita, Geni Wilandari, Kirani Anjasmara, Hanna Hanifah, Indra Gunawan. Mereka mengajarkanku tetap berkontribusi dengan langkah kecil namun bermakna. Mereka mengajakku untuk selalu tersenyum, menyapa dan memberi salam kepada setiap orang yang kutemui. Mereka mengajakku pada kebaikan. Mereka membuatku benar-benar senang berteman dengan orang-orang seperti mereka yang baik tiada dua.

Terimakasih teman, kalian mengingatkanku untuk terus menjadi lebih baik dengan cara yang Tuhan telah beritahukan. Semoga segala upaya kita dibalas dengan yang lebih baik oleh-Nya. Amin
Tuhan, rencana-Mu selalu manis ya.


Read More

PEMAIN, PELATIH, SUPPORTER DAN KAMI


GOL!!! Teriakan demi teriakan semakin membuat pengang telinga. Sungguh, tak ada yang membahagiakan selain melihat perjuangan teman-teman kami dilapangan yang tidak hijau di depan sana. Kurang dari dua puluh orang berlarian kesana kemari, mengejar benda bulat kecil bernama bola. Sikut sana sikut sini biasa terjadi. Aih, betapa gemasnya melihat gawang lawan sulit sekali dijebol. Betapa menegangkannya melihat gerombolan lawan mendekat ke gawang kami.

Aku hanya bisa menonton mereka yang berjuang membawa nama Fakultas Psikologi UIN Bandung. Aku tak bisa bermain futsal, bola ataupun permainan olahraga lainnya. Aku hanya supporter abadi yang hanya bisa berteriak menyemangati.

Tabuhan drum semakin bertalu-talu, membuatku hanyut dalam semangat bersama supporter lainnya. Sungguh, Aku tak pernah sesemangat ini!

Yeah! Tim kami lolos ke babak berikutnya. Sebenarnya aku tak begitu peduli apakah kami menang atau tidak, karena menurutku yang penting adalah prosesnya. Menang dan kalah hanyalah bonus tambahan atas proses persiapan yang dihabiskan setiap timnya. Walaupun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa setiap tim pasti mendambakan kemenangan.

Semangat bersatu begitu kentara di lapangan sana. Semangat untuk menjadi yang terbaik begitu terlihat disana. Semangat membuktikan eksistensi begitu lekat adanya. Kau tahu, semangat itu menular kepada para supporter, termasuk aku.

Terimakasih tim futsal Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN SGD BDG yang tak bisa kusebutkan satu-satu namanya disini. Kalian benar-benar membuat kami bangga dengan segala perjuangan dan kerja keras kalian. Terimakasih telah menularkan banyak semangat positif yang tadi kusebutkan kepada kami. Terimakasih telah mau berbagi kebahagiaan bersama kami. Terimakasih telah mengharumkan nama Psikologi UIN Bandung dengan berani bertanding dengan kampus lain yang mungkin lebih tenar daripada kampus kami. Terimakasih untuk segalanya. Maaf kami belum bisa mengapresiasi lebih banyak daripada yang kalian terima. Maaf bila penerimaan kami jauh dibawah apa yang teman-teman harapkan. Maaf bila semangat kalian seakan bertepuk sebelah tangan. Inilah kami dengan segala keterbatasan. Walau aku tak suka memaklumi sesuatu, tapi kali ini kuharus berkata, mohon maklumi segala keterbatasan ini. Kami sudah berbuat banyak untuk mengoptimalkan kemampuan kami, tapi bila ternyata kurang, maka inilah yang dinamakan keterbatasan.

Terimakasih pelatih kami : Om Aep Sofiana. Terimakasih telah mengajarkan kami arti ikhlas, berkorban tanpa perhitungan dan juga komitmen terhadap tanggung jawab pribadi. Kami banyak belajar darimu, om. Terimakasih kami ucapkan sebanyak-banyaknya.

Terimakasih para supporter yang sudah melebihi para penabuh genderang perang dan para cheerleaders yang selalu ceria dan setia menemani perjuangan teman-teman para pemain tim kami. Suatu kebanggaan bisa bertemu orang-orang penuh semangat seperti kalian.

Terimakasih para orang hebat di bidang olahraga dan seni SMF Psikologi UIN SGD BDG : Achmad Fikri Heriyadi, Hafidz Fahmil Haq, Tsani Hudaya, Isnaeni Febriyanti, dan Nur Aprilia Noviani. Terimakasih tetap berkontribusi dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Tetap semangat kontribusi teman-teman! Mengutip kalimat seorang teman senior nan jauh disana, “Selagi menjadi mahasiswa, mari mengabdi untuk Indonesia!”

Saat kalian berlomba mencetak gol, saat para supporter berteriak riuh memberikan semangat dan dukungan, saat pelatih dan kakak-kakak senior mengarahkan para pemain, saat itulah kami tahu bahwa semangat kami tak boleh mengendur sedikitpun. Semangat untuk mengabdi lebih banyak, SEMANGAT AKTIF-KONTRIBUTIF!

Read More

MEMBANTU, DIBANTU, BANTUAN


Untuk apa pintar bila tak mau dan mampu untuk berbagi? Untuk apa mampu bila tak bisa dan tak mau mengabdi? Untuk apa ada di dunia bila tak bisa membantu orang lain? Untuk apa ada SMF Psikologi di Fak.Psikologi UIN SGD BDG bila tak mampu mengabdikan diri pada masyarakat dan tak bisa membantu orang lain yang tertimpa musibah?

Bandung kami tertimpa musibah. Bandung selatan terendam tiada ampun setelah diguyur air hujan tiada henti. Kami resah. Hati teman-temanku tergerak untuk cepat memberikan bantuan. Tapi dengan wujud apa? Dana kemahasiswaan kami tersendat tutup buku. Saku para pengurus sudah kosong untuk berbagai acara sebelumnya. Kemudian kami tersadar, di dunia ini kami tak sendirian. Kami mencoba mengetuk hati setiap orang di setiap elemen fakultas Psikologi untuk ikut membantu masyarakat Bandung Selatan khususnya Soreang.  Hasilnya, baju-baju layak pakai, selimut hingga lembaran demi lembaran uang terkumpul. Sungguh, kami percaya Kau takkan membuat kami tinggal diam melihat saudara kami disana kesusahan.

Rencana awalnya, kami akan berangkat kesana bersama beberapa volunteer yang kami rekrut secara bebas. Sayangnya, tak semua rencana berjalan seperti apa yang kami rencanakan. Karena satu dan lain hal, pemberangkatan kami batalkan dan kami titipkan amanah masyarakat psikologi ke Lembaga Swadaya Masyarakat Kampus Peduli.

Kendala itu mengilhami kami untuk mempersiapkan diri lebih awal. Terlebih keinginan ini didukung penuh oleh dosen kami : Witrin Gamayanti, S.Psi., M.Si., Psikolog. Beliau dengan semangatnya mendukung kami untuk merealisasikan pembentukan kelompok peduli bencana. Terimakasih bu, semangat ibu menular dengan hebatnya. Kami akan mencoba secepat mungkin merealisasikannya. Kuyakin, ditangan orang-orang luar biasa teman-teman bidang 6, kami bisa mewujudkan itu semua.

Terimakasih atas sigapnya teman-teman bidang kerjasama, penelitian dan pengabdian masyarakat : Ahmad Fajar Shiddiq, Ibnu Mahbub, Herdiansyah, Listiya dan Ernawati. Semoga kedepannya kita bisa lebih cepat berlari menuntaskan semua kewajiban yang menjadi amanat kita. Karena adanya teman-teman, aku bisa mengenal lebih dalam lika-liku membantu, dibantu dan bantuan itu sendiri.

Terimakasih Tuhan, karena izin-Mu kami bersatu dalam sebuah irama yang tak bisa kami tebak nada tinggi dan rendahnya. Semoga kami bisa terus mengabdi, meneliti dan bekerjasama dengan berbagai pihak yang membutuhkan untuk dapat menjaga stabilitas melodi yang melantun dalam kehidupan ini. Peluk kami dalam rahmat-Mu. 
Read More

LOGIKA DAN LOGISTIK


Tumpukan kardus makanan kecil tertata rapi di sekretariat kami. Beberapa orang sibuk membentuknya menjadi kardus cantik pembungkus makanan. Beberapa yang lain sibuk memasukkan makanan kecil dalam setiap kardusnya. Peluh keringat mereka tak pernah mereka hiraukan. Betapa konsentrasinya mereka memastikan pelayanan terbaik yang dapat mereka berikan untuk para pelanggan. Mereka memanfaatkan peluang yang ada. Peluang yang bisa menghasilkan uang untuk menjalankan program kerja SMF Psikologi UIN SGD BDG kedepannya. Mereka itu pahlawan kami, orang hebat yang terkumpul dalam sebuah wadah bernama bidang kewirausahaan.

Praktikum Psikodiagnostika menjadi salah satu ladang dimana mereka bisa mencari celah itu. Sayangnya, aku tak bisa banyak membantu.

Hari minggu pagi tiba. Pasukan kardus berisi makanan berat dan makanan ringan siap untuk diedarkan. Namun ternyata pengiriman pesanan tak semulus yang dipikirkan. Tapi terlepas dari semua itu, pelanggan tetap mendapatkan pelayanan terbaik yang kami punya.

Tak cukup dengan membantu para praktikan dalam pengadaan konsumsi, bidang wirausaha merangsek menjadikan bisnis penjualan pin dengan berbagai bidang sebagai lahan lain dalam pengembangan kewirausahaan. Mimpi kami, bisa menghidupkan kewirausahaan di fakultas Psikologi UIN SGD BDG.

Logika tak akan jalan bila tak ada logistik. Begitulah beberapa orang berkata. Tapi tidak dengan kami. Kami masih bisa terus berjalan walau logistik dan pemenuhan kebutuhan kami tersendat tiada dua. Salah satu buktinya, bidang 7 yang digawangi oleh Muhammad Farid, Ilham Shiddiq, Naila dan Jayadi Sastra serta Yayang Syarifah ini bisa terus menjalankan berbagai aktivitas tanpa terganggu dengan masalah sepele yang esensial ini.

Terimakasih telah memberikan contoh konkrit untukku agar terus bergerak tanpa harus memikirkan berbagai keterbatasan. Terimakasih telah membuatku merasa bangga berastu dengan orang-orang hebat seperti kalian. Terimakasih telah membuat SMF Psikologi lebih baik dengan merambah ke dunia usaha.  Semoga Tuhan menggantikan segala hal yang telah dikorbankan dengan yang lebih baik. Amin. 

Read More

KAJIAN ILMIAH DI RUMAH KAMI


Puluhan sorot mata terpaku ke depan. Seorang pembicara dengan lugas merangkai kata menjelaskan tentang materi yang mereka sampaikan. Aih, sungguh aku tak tahu mengapa rasa bahagia karena berkumpul di majelis ilmu ini begitu meluap. Anggukan pendengar yang memberikan arti ambigu, antara mengerti dan sebaliknya. Tapi itu tak penting, yang penting adalah bagaimana usaha dan niat baik para punggawa dibalik kegiatan ini bekerja. Yang penting adalah bagaimana mereka begitu berusaha menciptakan iklim akademik dan keilmuan di rumah kami. Yang penting adalah bagaimana ilmu-ilmu yang dibahas oleh para pemateri benar-benar menambah wawasan baik pendengar maupun penyelenggara. Yang penting adalah, kami tahu yang kami selenggarakan adalah hal penting yang penting untuk dipentingkan.

Kegiatan ini kami beri judul, kajian ilmiah. Kegiatan yang diprakarsai oleh 5 orang hebat dari bidang pengembangan intelektual SMF Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini adalah awal langkah menumbuhkan kembali kecintaan mahasiswa untuk gemar berbincang tentang keilmuan. Betapa banyak teman kami yang berbincang tentang hal-hal yang tidak esensial dan tak bermanfaat. Impian kami, perbincangan yang membumi di rumah kami adalah perbincangan keilmuan, perbincangan kemajuan intelektual, perbincangan mendalam tentang hal-hal yang menambah kapasitas diri untuk jadi lebih baik.

Terimakasih kepada para pemateri : Irfan Fahmi, S.Psi, M.Psi, Psikolog, Witrin Gamayanti, S.Psi., M.Si., Psikolog, Ismoro Reza Prima Putra dan masih banyak lagi pembicara-pembicara yang expert di bidangnya yang belum kami hadirkan di kegiatan ini. Kubisikkan sedikit kabar gembira, waiting list pembicara kami di kajian ilmiah ini adalah orang-orang yang expert di bidangnya. Tapi untuk kejelasan siapa mereka dan apa materi yang akan mereka sampaikan, akan kami kabarkan nanti.

Terimakasih kuucapkan untuk lima orang hebat di Bidang Pengembangan Nalar dan Intelektual SMF Psikologi UIN SGD BDG yang sedari tadi kusebut : Dian Herdiyani Komariyah, Ismoro Reza Prima Putra, Muhammad Ajian, Dini Fitrotul H, Andi Ahmad S, yang telah meluangkan waktunya untuk mengabdi dan membuat kegiatan yang positif seperti ini. Semangat kalian, membuatku malu untuk mundur walau selangkah.
Terimakasih pula untuk para peserta kajian ilmiah yang sempat hadir di acara kami ini. Hari sabtu seharusnya menjadi hari santai kalian, tapi kalian rela untuk menggantikan waktu santai itu dengan ikut kegiatan kami. Hadirnya kalian, membuat semangat kami bertambah puluhan kali lipat. Adanya kalian, membuat impian kami rasanya seperti lebih dekat.

Semoga semua pengorbanan kalian menjadi berkah yang memudahkan segala aktivitas dikemudian hari. Tuhan, Kau selalu tahu apa yang terbaik untuk kami. Maka berilah balasan terbaik untuk mereka semua. Amin.

Tuhan, kami titipkan mimpi kami. Rumah kami, fakultas Psikologi UIN SGD BDG menjadi rumah yang nyaman untuk menimba ilmu. Rumah yang menyenangkan karena banyak eksplorasi keilmuan disana. Rumah yang selalu hidup oleh cahaya ilmu pengetahuan. Amin. 
Read More

BELAJAR DARI RAKORNAS ILMPI KE-II


Entah kalimat apa lagi yang harus kutuliskan disini. Yang jelas, kata “terimakasih” saja sudah menggambarkan betapa bersyukurnya aku bisa menjadi bagian dari kepanitiaan rapat koordinasi nasional (RAKORNAS) Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) yang ke-II. Aku, kami, mahasiswa Fak. Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung benar-benar bahagia dan bangga bisa menjadi bagian dari ILMPI. Mengapa? Karena disini kami bisa bertemu dengan mahasiswa Psikologi di berbagai Universitas di Indonesia. Disini kami bisa merasakan bagaimana dinamika organisasi yang sarat dengan perbedaan kultural. Disini kami bisa merasakan bagaimana kami sebagai mahasiswa psikologi dapat berpengaruh secara nasional. Disini kami menjalin silaturahmi secara personal dan lembaga yang mungkin saja tidak dapat ditemukan di tempat lain. Disini kami merasa kami satu keluarga.

Acara nasional yang kami persiapkan dengan waktu yang teramat singkat ini membuat kami banyak belajar. Belajar mengorganisasikan kepanitiaan dan hal-hal yang berkaitan dengannya secepat kilat. Belajar berkoordinasi dengan pengurus nasional yang tak ada di dekat kita. Belajar untuk mengerti bahwa setiap orang sudah berusaha secara optimal walau mungkin menurut kita itu belum optimal. Belajar membedakan antara keras dan tegas. Belajar menjadi manusia dengan memahami manusia. Belajar untuk mengerti.

Walau ternyata banyak sekali kekurangan dalam kepanitiaan kami, tapi itu tak mengurangi rasa bangga kami kepada seluruh panitia RAKORNAS ILMPI KE-II. Sungguh, bekerjasama dengan kalian adalah kesempatan emas yang mahal harganya. Kalian membuktikan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tidak pantas untuk dianggap remeh. Kita sama dengan universitas lainnya. Kapasitas kita sama dengan kampus manapun. Kita, mahasiswa UIN SGD BDG, tak bisa dipandang sebelah mata!

Acara demi acara bergulir. Kekurangan demi kekurangan bermunculan. Tapi semua itu seharusnya dapat membuat kita belajar, jangan pernah sama dengan sebelumnya. Harus menjadi lebih baik, bila tidak kita hanya menghabiskan jatah beras di bumi saja!

Dengan acara nasional ini, teman-teman termasuk aku juga harus kembali tersadar. Menjadi organisatoris yang baik tidak cukup dengan konsep-konsep memukau, tapi juga harus dilengkapi dengan praktek di lapangan. Maka penciptaan wahana pengalaman harus segera diperbanyak, agar tak ada panitia-panitia prematur yang canggung dengan hak serta kewajiban kepanitiaan.

Tak usah saling menyalahkan, karena setiap orang dalam kepanitiaan ini punya proporsi membuat kesalahan yang hampir sama. Tak usah saling menuduh, karena setiap orang dalam kepanitiaan ini punya probabilitas yang sama untuk dituduh. Tak usah saling menjatuhkan, karena setiap orang dalam kepanitiaan ini tak ada yang sempurna. Yang membahagiakan adalah dalam kepanitiaan ini tak ada yang saling menyalahkan, tak ada yang saling menuduh, tak ada yang saling menjatuhkan, tak ada yang mengeluh, tak ada yang mencaci kekurangan dan tak ada yang melontarkan kalimat-kalimat pesimis. Inilah yang membuatku bangga menjadi bagian dari kepanitiaan ini. Suatu kehormatan bisa bergabung bersama kalian, teman.  

Acara nasional ini adalah langkah awal kita membuktikan eksistensi kita sebagai bagian dari mahasiswa psikologi di Indonesia. Tak usah canggung mengakui hal itu, karena kita memang pantas untuk mengakuinya.
Terimakasih kepada seluruh teman-teman ILMPI yang sudah memberikan kami kehormatan menjadi tuan rumah di RAKORNAS ke II ini. Terimakasih atas kesempatan belajar secara langsung dalam event nasional yang diberikan teman-teman. Terimakasih telah memberi kami pelajaran yang sangat berharga. Terimakasih telah menjadikan kami bagian dalam keluarga mahasiswa psikologi Indonesia. Terimakasih, kami merasa dihargai J

Tak ada kata yang pantas kami ucapkan selain (lagi-lagi) terimakasih untuk berbagai pihak yang membantu kami dalam penyelenggaraan ini. Terimakasih atas dukungan tiada henti yang membuat kami malu untuk mundur walau selangkah. Terimakasih atas doa-doa untuk kelancaran acara. Terimakasih atas pinjaman dan pengorbanan material untuk terselenggaranya acara ini. Terimakasih, kami tak bisa menyelenggarakan acara ini tanpa bantuan kalian.  Mohon maaf atas segala kekhilafan yang kami lakukan sebelum, setelah dan selagi acara berlangsung.

Tuhan, terimakasih Kau benar-benar tahu kami mampu untuk menyelesaikan kewajiban ini. Mampukan kami dalam menyelesaikan kewajiban kami yang lainnya termasuk kewajiban akademik kami. Mampukan, mudahkan dan kuatkan kami, Tuhan. Puji dan syukur selalu kami panjatkan kehadirat-Mu. 
Read More

TERIMAKASIH AKU BAHAGIA


Bahagia itu sederhana, sesederhana kehadiranmu. Denganmu, semua hal bisa menjadi sebab kebahagiaan. Karenamu, semua hal kecil yang biasa menjadi luar biasa. Bersamamu, hari-hari yang berlalu dengan membosankan berubah menjadi menyenangkan. Intinya, bila ada kau, kadar bahagiaku bertambah.

Kau tahu, diammu saja dapat membuatku tenang. Senyummu saja dapat membuatku terbang. Tawamu saja dapat membuatku mabuk kepayang.

Entah bagaimana sederhananya kau mempengaruhi kehidupanku. Pengaruhmu seperti pasir dari letusan gunung merapi. Datang tiba-tiba dengan kuota yang berlebihan.

Sayangnya, aku tak tahu mengapa kau datang pada saat ini, dengan cara seperti ini dan mempengaruhiku seperti ini. Negatifkah? Positifkah? Aku tak tahu. Apalah yang kutahui tentang kau. Aku tak tahu apa-apa. Sayang, kau seperti riak ombak yang datang bergerombol lalu kemudian pergi sedikit demi sedikit. Andai kubisa mengandaikan kau dengan lebih baik, sayangnya kutak bisa karena ku tak tahu arti semua sikapmu. 

Tapi sungguh, hadirmu banyak memberi arti baru, pelajaran baru, kebijaksanaan baru. Tak lupa, rasa menyenangkan yang baru. Ah, Tuhan. Aku tak bisa membahasakan lagi bagaimana kau begitu membuatku bahagia.

Tunggu dulu, aku yakin ini bukan cinta. Sungguh. Yang kurasakan hanya kekaguman yang berlebihan. Yang kuselami hanya kumpulan kebahagiaan yang kuciptakan sendiri. Hanya kesenangan-kesenangan temporer yang bisa hilang seiring berjalannya waktu. Aih, tahu apa aku tentang cinta, hahahaha.

Terimakasih telah menjadi kejutan menyenangkan di akhir tahun ini. Terimakasih telah memberi semangat tambahan untuk menjalani hari. Terimakasih telah menularkan semangat berbagi tiada henti. Terimakasih atas banyaknya ilmu yang tak pernah kau ragu untuk membaginya. Terimakasih telah percaya padaku. Terimakasih atas pertemanan yang menyenangkan dan membahagiakan. Terimakasih, aku bahagia! J J J
Read More

Sunday, November 25, 2012

JAGALAH, TUHAN

Entah mengapa, tiba-tiba setelah membaca ini itu sekilas rasanya tak tahan ingin menulis pendapatku tentang hal itu. Apakah hal yang kumaksud? ah, kau pasti tahu apa itu. Sesuatu yang bisa membuat kau tiba-tiba bahagia, sedih, marah bahkan kecewa. Sesuatu yang bisa membuatkau lupa daratan. Sesuatu yang membuat kau terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Membuat kau tenggelam dalam lautan luka dalam. Membuat kau tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Membuat kau menjadi butiran debu. Kau tahu apa itu? Ya, tak salah lagi. Benar-benar tak salah. Sesuatu yang membuat kau merasa orang lain akan lebih bahagia bila bersamamu. Sesuatu bernama cinta.

Dulu, aku berpikir cinta itu seperti kutukan. Tak bisa diprediksi kapan datang dan perginya. Cinta mana yang membuat kita bangun? Semua cinta membuat kita jatuh karena ketidakbisaannya untuk diprediksi. Maka lahirlah istilah jatuh cinta.

Oh dear, cinta selalu membuat kita berubah dari biasanya. Cinta juga yang membuatku berpikir kembali tentang kebenaran yang kuyakini, kebenaran tentang cinta sebagai kutukan. 


Lama aku menelaah pelbagai kejadian, berbagai orang hingga macam-macam tulisan. Tapi yang kusetujui itu rasanya satu saja. Cinta itu memang fithrah dan wajar bila kita merasakannya, tapi menjaganya hingga kita resmi terikat dalam hubungan resmi yang agung adalah pilihan terbaik yang bisa kupilih. 

Kau tahu, keyakinan tentang paragraf diatas tak selalu teguh adanya. Kadang aku berniat untuk mengikisnya sedikit demi sedikit. Tapi Tuhan masih sayang. Ia mungkin lebih tahu betapa jatuh terlena dalam hal ini akan berdampak rumit luar biasa. Tuhan rasanya lebih paham, aku tak mampu bertahan lama dalam idealisme ini bila aku terjatuh dalam kubangan nista berwujud surga. Tuhan masih mau menjagaku dan naif rasanya bila aku menafikan penjagaan itu. Tuhan, terimakasih.

Cinta oh cinta. Bila cinta bersahutan dan tak bertepuk sebelah tangan, apa yang harus kulakukan? Dulu pertanyaan itu begitu membuatku yakin bahwa saling menunjukkan rasa cinta adalah solusi terbaik. Tapi pencerahan tiba juga, sama-sama mencintai bukan artinya untuk saling memiliki. 

Oh dear.. berapa orang yang menjalin cinta kemudian mereka berpisah karena ketiadaan cinta? Berapa orang yang menjadikan perbedaan saat mereka bersatu dan menjadikan perbedaan juga sebagai alasan mereka berpisah? Berapa orang yang menyatakan "aku cinta kau" dan "kau juga cinta aku" yang kemudian dengan mudahnya berkata "aku benci kau" dan "kau benci aku" seperti tak pernah ada cinta diantara mereka?

Hidup penuh pilihan. Pilihan untuk menjadi baik atau menyamarkan pilihan agar terlihat menjadi baik. Aku memilih untuk mencintainya bila memang nanti kita sudah resmi bersama. Aku tak tahu dan tak mengerti apa yang menjadi pilihan kalian. Pilihanku mungkin tak bisa jadi pilihanmu. Tapi ijinkan aku berbisik, "Tuhan tak akan pernah salah menentukan aturan." 

Tuhan, jaga aku dari cinta-cinta yang datang dan pergi. Jaga aku agar definisi cintaku sesuai dengan cinta Mu. Jaga aku dari sikap mengumbar cinta yang dapat mengundang cinta yang tak pantas untuk dicintai. Jaga aku.. jaga kami, Tuhan. Jaga cinta kami. Amin



Read More

Wednesday, November 21, 2012

KELUARGA KAMI

Dua puluh sekian hari setelah hari pelantikan kami. Entah mengapa semangat ini tetap menggebu. Entah kenapa rasa kekeluargaan semakin terasa setiap harinya. Entah mengapa optimisme tak harus dipupuk, tapi tetap terjaga. Keluarga ini keluarga baru. Keluarga yang harus bahu membahu satu sama lain. Keluarga yang bukan hanya berkumpul untuk tertawa hahaha hihihi. Keluarga yang diakhir kepengurusan nanti harus bisa menghasilkan jejak nyata kebermanfaatan untuk sesama. Keluarga yang terasa rasa kekeluargaannya. Keluarga itu bernama Senat Mahasiswa Fakultas Psikologi Periode 2012-2013.

Beberapa rangkaian acara sudah kami jalani. Mulai dari rapat kerja, pengiriman tim futsal di event olahraga se-Bandung Raya, pembekalan pengurus, penyebaran SMS tausiyah, tahajud call, pembentukan sekaligus launching Psychology Journalism Community, catering untuk praktikum dan beberapa yang terdekat yaitu penyaluran bantuan ke kab.Bandung, kajian ilmiah, rapat koordinasi nasional (RAKORNAS) ILMPI dan juga seminar nasional bertema "Kesenjangan antara realita dan harapan S1 Psikologi". 



Dua puluh empat jam rasanya kurang. Tapi ini mengasyikkan sekaligus menyadarkan bahwa kita hanya bagian kecil dari luasnya jejaring yang maha luar biasa. Tuhan, Kau selalu tahu kami butuh ketidakmampuan untuk tetap bersandar pada-Mu. 

Kebingungan demi kebingungan datang silih berganti. Masalah kecil maupun besar rasanya tak bosan menghampiri. Tapi ini tak boleh jadi masalah yang serius karena biasanya masalah yang serius itu masalah kecil yang terlalu dianggap sakral keberadaannya. 

Walau tegapnya tubuh keluarga ini berusaha menahan dan mengatasi semua hambatan yang ada, tetap saja tak memuaskan untuk banyak orang. Ini tak jadi masalah. Yang jelas, saya hapal mati apa yang keluarga ini lakukan. Semua berusaha dengan optimal. Semua menginginkan terealisasikannya kebaikan. Semua terus berupaya untuk lebih baik lagi ke depannya. 

Tuhan, satukan kami dalam kebaikan. Satukan kami dalam kuatnya persatuan. Satukan kami dalam kasih sayang-Mu. 
Read More

Hei Malam

Hei malam. Aku ingin berteriak padamu. Aku yakin apa yang kulakukan bermanfaat. Aku yakin apa yang kulakukan bisa mengundang berkah Tuhan. Aku yakin apa yang kulakukan kini bisa membuat orang lain ikut berhenti memaki kegelapan.

Hei malam. Aku tak pernah bicara bahwa kegelapan selalu bersanding denganmu. Aku juga tak pernah berpikir bahwa gelap selalu harus jadi bagianmu. Aku tahu, disudut dunia sana, ada tempat dimana kau tak pernah datang. Tapi itu tak pernah baik.

Hei malam. sampaikan pada gelap aku selalu membuatuhkannya. Membutuhkannya karena ia yang selalu membuat dunia ini sempurna. Apa jadinya bila terang menguasai jagad raya?

Hei malam. Malam ini kutitipkan gelap dan terang dalam satu frame yang sama. Frame impian untuk terus berbuat kebaikan. Aku tahu, semua ini tak cukup hanya diamini saja, tapi harus dieksekusi dengan segera.

Hei malam. Aku tahu kau selalu ada :)
Read More

Sunday, November 11, 2012

SAMA SAJA

Hei kau yang ada disana, laiknya seperti seorang teman aku ingin menyapamu namun tak bisa. Tak bisa karenaku tak mau. Jadi apakah ingin dan mau itu berbeda?

Hei kau yang ada disana, seperti seorang rekan inginku tersenyum padamu namun tak terlaksana jua. Tak terlaksana karena ku tak ingin. Mungkin ada kaitan antara tak terlaksana dan tak ingin.

Hei kau yang ada disana, memang dunia takkan runtuh bila kau tak ada disana. Tapi cerita diri ini tak akan sama bila kau tak pernah ada disana. Masihkah kau disana?

Hei kau yang ingin kubisikkan romansa-romansa tak bernama, masihkah telingamu disana? Ah, ya.. siapa aku memerintahmu dengan pertanyaan seperti itu.

Hei kau yang ada disana, kutitipkan rindu pada angin, langit, bulan, bintang bahkan hujan agar mereka menyampaikannya padamu. Tapi kau tetap bergeming seakan tak menerima titipan itu. Apakah titipanku kau abaikan? ataukah mereka yang tak pernah mau menyampaikannya padamu?

Hei kau yang ada disana, saat jalan kita memang nyata berbeda kumohon pergi dengan cepat dan menjauh sebisa kau menjauh. Walau kutahu kau tak pernah bisa menjauh.

Hei kau yang ada disana, jangan kau melihatku seperti kumelihatmu. Aku sadar cermin yang membuat kita saling menatap. Cermin yang membuat kita tak bisa saling berjauhan. Cermin yang membuat aku sadar, kau adalah aku yang tak bisa kupecah begitu saja. Kau dan aku sama saja.


Read More

Friday, October 26, 2012

HARUS!

Resistensi pasti terjadi. Ada yang suka, ada yang tak suka. Ada yang percaya ada yang tak percaya. Ada yang mau membantu, ada yang mau mencibir. Resistensi pasti terjadi, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Resistensi pasti muncul ke permukaan, tapi semoga tak ada barisan sakit hati hanya karena perekrutan yang jelas-jelas subjektif. Kawan, kau tahu apa itu objektif? objektif itu subjektivitas yang disetujui oleh banyak orang, setidaknya begitu menurut dosenku.

Bagimu yang tak percaya, mari lihat mereka yang tak kau percayai bekerja beberapa bulan ke depan. Bila mereka sesuai dengan apa yang kau tuduhkan, aku akan memperbaiki secepat mungkin. Bagimu yang malah tak percaya padaku, mari bersama merealisasikan kebaikan. Aku bukan orang baik sempurna. Tapi juga bukan orang jahat seutuhnya. Kau juga begitu, aku tahu kau lebih baik dariku atau dari siapapun yang kau anggap lebih rendah darimu. Alangkah baik bila keyakinan itu diamini dengan kontribusi pasti.

Bagimu yang ingin berkontribusi dalam perubahan. Bagimu yang ingin menciptakan kedamaian. Bagimu yang ingin menyatukan pergerakan. Mari merapat untuk kebaikan. Semoga orang tak baik ini bisa mengubah sedikit sikap tak baiknya.

Apalah aku tau yang mana baik yang mana buruk. Kau pasti lebih tahu kawan. Yang jelas kau harus tahu, ada Tuhan yang bisa menegurku lewat hati ini saat aku terus menerus berbuat tak baik. Percaya kawan, ada Tuhan untuk kita semua.

Perjalanan ini belum berupa langkah nyata, baru semangat dan energi penuh kebaikan. Tolong jangan sakiti kami dengan tuduhan yang berasal dari asumsimu. Tolong simpan itu semua beberapa bulan ke depan. Tolong kami. Kau tahu tak ada yang lebih baik dari menyimpan itu semua.

Langkah ini akan dimulai dihari senin nanti. Saat sumpah diucapkan. Saat kepercayaan dan harapan diberikan. Saat para undangan datang. Saat itulah kami harus meneguhkan hati, kami berada dalam satu ritme, satu nada dan satu frekuensi. Mampukan kami Tuhan. Kami tahu Kau Yang Maha Kuat, maka dengan izin-Mu kami bisa menjadi kuat.

HARUS KUAT! HARUS SEMANGAT! HARUS BISA DIANDALKAN! HARUS!
Read More

Saturday, October 20, 2012

KAU AKU

Kau tahu? aku perlu sayap untuk sampai pada penghujung harapan yang kau lambungkan. Aku perlu banyak energi yang kubuang untuk menggapai semua impian yang kau sematkan. Aku perlu banyak nafas dan sendiri untuk berkontemplasi dengan jiwaku sendiri

Kau tahu? aku perlu diriku untuk kuat. Aku perlu kau, kau yang tak lain diriku.
Read More

Wednesday, September 19, 2012

Perjalanan Matahari

Kagum betul aku pada matahari. Ia kuat, sumber cahaya, dan menjadi pusat tata surya. Tapi pastilah aku lebih kagum pada penciptanya. Tapi bukan itu yang akan kubahas disini. Seperti judulnya, perjalanan matahari, ini ceritaku tentang perjalanan rutinku setiap harinya yang rasanya "berkejaran" dengan matahari.

Meski tak selalu, aku sering beranjak dari rumah menuju kampus sebelum matahari terbit sempurna. Masuk kelas ini itu hingga matahari hampir tenggelam disana. Sibuk mencari dan masuk kelas yang bisa menjanjikanku pulang beberapa menit setelah sholat ashar dilakukan. Karena jika tidak demikian, aku bisa sampai di rumah saat matahari sudah tak bersinar lagi, saat rembulan yang selalu terlihat menawan itu muncul diantara bintang-bintang.

Perjalanan setiap hariku kuberinama perjalanan matahari. Bukan ekspedisi ataupun perjalanan menantang lainnya. Ini hanya perjalanan rutin yang selalu kulalui hampir setiap hari dari rumah ke tempat yang katanya disebut tempat kuliah.

Banyak hal baru yang bisa kusukai dengan cepat dalam setiap potongan perjalanan matahariku. Bila aku berangkat dipagi buta, barisan ibu-ibu membawa alat yang dianyam dari bambu serta sehelai kain yang dibentuk sedemikian rupa melengkapi "seragam" mereka. Barisan ibu-ibu itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya padaku saat berpapasan dengan mereka. Aih, betapa ramahnya manusia di pagi buta ini. Aku suka keramahan pagi.


Lain pagi lain juga siang hari. Entah berapa jumlah kendaraan yang mengantri di jalan kecil yang rasanya tak kunjung usai pembangunannya. Siang hari biasanya dihiasi dengan supir angkutan umum yang ugal-ugalan, atau bahkan sebaliknya, enak sekali berhenti dimana ia suka dengan alasan menunggu penumpang yang barang kali saja lewat. Tapi beberapa siang ada yang sangat berbeda. Misalnya siang dimana seorang anak kecil berusaha mati-matian menghapal surat al-kautsar saat penumpang yang lain berusaha mati-matian mengeluh karena kemacetan yang mengular. Duhai, siang yang indah. Apalah artinya kemacetan siang ini dibanding dengan "pelajaran" berguna dari bocah kecil ingusan yang duduk dipangkuan ibunya. Aku suka "keramahan" siang.

Selain siang dan pagi, aku juga suka suasana menjelang malam. Saat itu adalah saat tersering aku sampai dirumah dengan selamat, Alhamdulillah.

Suasana menjelang malam selalu membuatku terpukau. Terpukau pada gerombolan perempuan tua dan muda memakai mukena saat seruan kerinduan bercakap dengan Tuhan diserukan. Terpukau pada wajah-wajah lelah di angkutan umum yang entah mengapa beberapa terlihat gelisah saat sebagian yang lain tersenyum bahagia. Terpukau pada kemacetan yang perlahan mengurai. Terpukau pada terangnya langit yang belum sempurna hitam. Terpukau pada setiap settingan indah yang Kau atur sedemikian rupa.

Tak jarang aku pulang malam. Saat langit sudah tak terang lagi. Saat bulan dan bintang benar-benar berkuasa di langit sana. Saat para tukang ojek langganan sudah beristirahat dirumah mereka masing-masing. Saat itu, aku dengan langkah gontai kecapekan terlalu sering merutuki nasib yang kurang baik sehingga melupakan keindahan malam yang Kau hamparkan untuk kusyukuri.

Sejujurnya, aku suka malam bila aku bisa pulang ke rumah  dengan atau tanpa adanya tumpangan berbayar kesana. Aku suka malam bila heningnya malam bisa kunikmati secara sempurna tanpa alunan lagu dangdut norak tiada dua. Aku suka malam karena memang malam patut untuk disukai walau tanpa alasan yang jelas. Aku suka malam meskipun tak dilengkapi syarat-syarat yang kusebutkan sebelumnya. Bingung bukan? jangan terlalu dipikirkan, akupun sama bingungnya dengan kau.

Perjalananku perjalanan matahari. Perjalanan yang dimulai sebelum matahari sempurna terbit dan berakhir setelah tenggelamnya matahari. Perjalanan matahari ini rasanya terlalu remeh bila diisi dengan kesia-siaan.Perjalanan matahari ini rasanya terlalu berat bila diakhiri dengan keterlambatan kelulusan. Perjalanan matahari ini rasanya terlalu tak berarti bila hanya dihabiskan dengan ketawa ketiwi. Semoga kebaikan dan keberkahan selalu melingkupi kita semua. Amin.
Read More

DANGDUT DI TELINGAKU

Dangdut, musik yang katanya berasal dari negeri ini rasanya sudah tak bisa kutolerir lagi susunan kata di dalamnya. Aku memang buta dengan dunia industri musik, tapi aku bisa membedakan mana musik yang berkualitas mana yang tidak. Ya ya ya, aku yakin kau juga pasti bisa melakukannya.

Seingatku, dulu saat Rhoma Irama mempelopori dunia perdangdutan, isi lagunya penuh dengan ajakan-ajakan berbuat baik dan larangan berbuat hal yang tak diperbolehkan karena merusak diri sendiri. Dulu saat penyanyi-penyanyi dangdut wanita masih "beradab" enak sekali rasanya mendengar lagu dangdut dinyanyikan. Ah, aku lupa. Mungkin ukuran "beradab" dulu dan sekarang telah berbeda. Mungkin aku tak tahu pasti bagaimana para penyanyi dangdut lainnya yang mungkin saja "tak beradab".


Kini setiap kudengar lagu remix yang tak jelas dengan suara penyanyi mendayu-dayu yang juga tak jelas dilengkapi dengan lirik yang lebih-lebih tak jelas sudah dapat kutebak dengan jelas itu musik norak yang katanya ber-genre dangdut. Sedih bila kudengar lagu dangdut yang liriknya tak jauh dari proses atau hasil reproduksi. Coba kau hitung berapa banyaknya. Kabari aku bila kau menemukan kurang dari lima lagu dan buang saja datamu bila kau menemukan lebih dari sepuluh lagu "bernadakan" tema-tema seks.

Aku tahu sekarang jamannya kebebasan berkarya, tapi karya yang seperti apa? Kebebasan akan berbatas bila bertemu kebebasan orang lain.

Dangdut ditelingaku, kini tak lebih dari lagu-lagu norak tiada dua. Penyanyi dangdut dimataku, tak ubahnya dari sosok iblis berwujud manusia. Pekerja industri musik dangdut dimataku rasanya kini sama saja dengan para germo.Penikmat musiknya kini sama saja seperti para pembaca majalah porno. Apapun alasannya, apapun sebabnya, apapun rasionalisasinya, aku tak pernah setuju "dangdut dulu" berubah menjadi "dangdut kini"

Maafkan aku atas kebencian yang tak membuatku adil. Kebencian itu tidak kuutarakan untuk kau -para penyanyi dangdut atau orang-orang yang terlibat dalam industri musik dangdut atau juga para penikmat dangdut yang sopan dan tak seperti itu- tapi untuk mereka yang kusebutkan ciri-cirinya sebelumnya. Mohon tak usah kau marah dan sibuk berdebat denganku bila kau tak setuju karena ini hanyalah dangdut menurut mata dan telingaku.

Dangdutku dulu, tak begini... :(
Read More

Sunday, September 9, 2012

TEMAN LUAR BIASA

Aku tergugu membaca kata demi kata yang tertulis disana. Disana, ditempat salah satu temanku mencurahkan segala apa yang ia pikirkan tentang banyak hal. Disana, di area dimana kami menjadi akrab. Di blog pribadinya. Semua yang tercurah disana hampir membuatku menangis. Kata-katanya sungguh biasa, tapi karena ditulis dari hati dengan segenap perasaan yang melingkupinya, tulisan itu lebih dari berharga. Bahkan tak pernah berharga karena terlalu berharga.

Disana ia menceritakan dirinya. Ia seorang wanita yang membuatku belajar banyak hal. Berani mencoba sesuatu yang baru serta tetap memimpikan sesuatu yang rasanya dimimpi saja tak mungkin terjadi.

Ah, dia teman yang terlalu baik dan kurang tepat bila disebut teman biasa. Dia temanku yang luar biasa.

Entah bagaimana caranya ia selalu ingin menyapa orang lain, membuat semua hal menjadi simple dan mudah dimengerti, membuat semua gerak-gerik anehnya terlihat menyenangkan walau terkadang mengundang cubitan-cubitan dan decak aneh dari banyak orang.

Kembali ke tulisan di blog pribadi temanku itu. Disana ia menceritakan banyak mimpi yang ia susun ia ingkari sendiri. Banyak ambisi yang ingin ia raih, ia lepaskan sendiri. Banyak motivasi yang ia berikan kepada orang lain akhirnya memukul telak dirinya sendiri. Ia meratap. Ratapan yang tak pernah muncul selama aku kenal dengannya. Artinya, perubahan itu terlalu membuatnya tergoncang. Tapi aku tak perlu khawatir. Entah bagaimana ceritanya nanti, kupikir ia bisa dengan mudah melewati semua goncangan itu. Entah bagaimana caranya nanti, kuyakin Tuhan selalu mengamini semua keinginan dan ambisinya. Entah kapan waktunya, kupercaya ia akan bisa meraih semua hal yang ia impikan. Mengapa? karena ia telah dengan mudah menularkan semangat-semangat itu tetap berkobar dihati kami.

Naif memang merelakan mimpi diraih oleh orang lain. Tapi itu yang terjadi. Ia merelakan sebagian besar mimpinya untuk dinikmati dan dicapai oleh orang lain. Ah, Tuhan.. kami tahu Engkau selalu adil dan kami terlalu bebal untuk mengerti.

Temanku satu itu, melihatnya saja sudah seperti melihat timeline impian yang harus kami susun sedemikian rupa. Mendengarkan keinginannya yang segudang saja sudah membuat kami membayangkan lebih dekat apa yang sebenarnya kami inginkan. Berkenalan dengannya lagi-lagi menambah banyak pelajaran yang sangat membantuku selama ini. Salah satunya saat kutanya mengapa ia sangat suka sekali melakukan sesuatu yang baru. Ia hanya menjawab, "Mumpung kita mahasiswa, Ki. Enggak ada salahnya mencoba." Mungkin bagimu kalimat itu biasa saja, tapi tidak bagiku yang sangat ketakutan untuk mencoba hal baru.

Ah, teman.. semoga Tuhan selalu bersama kita dan memberikan jawaban terbaik dari seluruh doa yang kita panjatkan pada Nya. Amin :)
Read More

TEGURAN INDAH

Sore itu, entah pasal apa  menjadi kelam sekelam-kelamnya senja yang pernah ada. Mukaku terlipat ratusan lipatan. Bibirku manyun puluhan milimeter. Langkahku gontai bukan kepalang. Tas ransel yang selalu kubawa kemana-mana bak parasut itu juga terasa seperti karung beras berton-ton beratnya. Sungguh, moodku sore itu membuatku lebih lelah dari biasanya. 

Aku berjalan sendirian seperti biasa. Menyusuri jalan yang cukup dilewati dua mobil secara bersamaan bagiku saat itu seperti lari bolak balik bukit shafa dan marwah. terlalu hiperbolis memang, tapi begitulah adanya. Lelah, penat dan sebal mengelilingiku. Rasanya aku bisa mendengar suara tawa para setan yang sedang memperingati hari bahagia mereka. Hari dimana salah satu hamba Tuhan luput bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Nya.

Suasana hatiku tak menjadi lebih baik. Apalagi setelah melihat antrean kendaraan yang tidak ada habisnya berjajar bak ular di jalan raya. 

"Ah, lagi-lagi macet!" keluhku.

Aku terdiam beberapa saat. Berusaha menikmati banyak hal yang bisa kunikmati sore itu. Harum masakan dari deretan rumah makan berbagai spesialisasi masakan. Pekikan klakson dari berbagai penjuru jalan raya yang seolah menunjukkan mereka tak akan berhenti memencet benda bising itu kecuali mereka mempunyai sayap. Angin sepoy-sepoy yang membawa wangi aneka parfum dari toko parfum yang ada di belakangku. Tapi sayang, semua itu tak bisa membuatku benar-benar menjadi baik suasana hatinya. 

Tiba-tiba, pekikan klakson deretan kendaraan yang sejak tadi mengantri itu saling bersahutan. Aku menengok ke arah rambu lalu lintas. Aih, ternyata warna merah berganti warna menjadi hijau. Pantaslah mereka berebut menyalakan klakson seperti mereka berebut untuk datang ke rumah lebih cepat daripada siapapun di dunia. Puluhan kendaraan sudah banyak berlalu melewatiku yang masih diam berdiri dipinggir jalan. Mobil angkutan umum berwarna coklat itu belum datang juga. Rasanya hari ini aku sungguh sedang sial.


Tapi kalimat terakhir dalam paragraf diatas rasanya harus kukoreksi karena suatu hal. Sebuah motor vespa berjalan perlahan di jalan raya. Terjebak kemacetan yang kembali mengular setelah lampu hijau berganti merah kembali. Ada sosok yang membuat semua suram sore itu menjadi kebalikannya. Sosok yang ada di atas vespa kuning yang terlihat terawat. Ia duduk ditengah. diapit oleh dua orang dewasa yang kusinyalir sebagai orang tuanya. Gadis itu gadis kecil berambut keriting. Memakai topi kotak-kotak yang selaras dengan baju yang ia kenakan. Karenanyalah sore hari itu menjadi sore hari paling berharga bagiku. 

Yang ia lakukan hanya satu. Tersenyum. Saat gadis kecil itu tersenyum, jalan raya ini seperti dipenuhi pelangi. Senyum gadis itu membuatku tak bisa menahan diri untuk membalas senyum sambil sedikit menganggukkan kepala. Ah, gadis itu melakukan satu hal yang aku lupakan.

Aku pernah mendengar, bahwa apa yang diberikan dari hati akan sampai ke hati juga. Entah darimana aku mendengarnya. Lupa. Dengan segera aku mengklaim bahwa senyuman gadis itu adalah senyuman dari hatinya. Aku berpikir itu peringatan kecil dari Tuhan. Betapa hal kecil seperti senyum dapat membuat orang lain merasa senang dan gembira. SOre itu, aku masih sibuk dengan diriku sendiri. masih sibuk dengan urusan pelik yang kubuat sendiri. Dengan kesusahan-kesusahan yang kubuat sendiri dan tersadarkan hanya dengan senyuman dari seorang gadis kecil bertopi kotak-kotak. 

Hei, kawan. Jangan mengiraku yang bukan-bukan. Aku juga heran mengapa hanya karena sebuah senyum moodku bisa cepat membaik. Rasanya mungkin lebih baik gadis kecil itu yang menyampaikan teguran Tuhan itu padaku. Bagaimana jadinya bila lelaki muda nan tampan yang melakukan itu semua? Aih, rasanya aku tak bisa tidur berbulan-bulan. Hahaha. 

Kawan, sejak sore itu, aku tahu bagaimana rasanya sebuah senyuman, hal kecil yang sederhana dan bisa dilakukan siapa saja itu membuat hariku lebih baik daripada sebelumnya. Semoga aku bisa melakukan hal serupa (kalau bisa dengan skala yang lebih besar) dengan gadis kecil bertopi kotak-kotak itu. Terimakasih Tuhan, Kau menegurku dengan cara yang sangat indah! :)
Read More

Absurd kembali

Beberapa malam yang lalu, aku kembali menyusuri riwayat beberapa orang dari akun sosial media di dunia maya. Ada yang senang luar biasa karena berbagai targetannya tercapai. sebagian bersedih dan menyesali kehidupan. Sebagian yang lain bertanya-tanya apakah mereka masih normal atau tidak. Sebagian lain yang lain lagi sedang meratapi berbagai targetan yang tak bisa digapai namun kemudian menyadari bahwa ratapan itu tak penting. Kau tahu kenapa tak penting? karena ada yang lebih penting dari meratap, yaitu melewati saat-saat dimana kita bisa meratap dengan tindakan yang menjadi lawannya. Optimis, percaya diri dan terus yakin kita bisa melewati rintangan itu, bahkan mungkin rintangan lainnya.

Kawan, aku rasanya tak benar-benar tahu bagaimana optimis, percaya diri serta yakin pada kemampuan melewati rintangan bisa membuatku melewati rintangan. Aku tak pernah benar-benar optimis tanpa binar-binar wajah mereka yang menjagaku agar tetap optimis. Aku tak pernah benar-benar percaya diri pada kemampuan diriku sendiri bila tanpa dukungan (aku lebih mengenalnya sebagai harapan) yang begitu luas yang mereka berikan untukku tanpa dibayar seperserpun. Aku benar-benar tak pernah bisa meyakini aku mempunyai kemampuan bila tak pernah ada mereka di dunia ini.



Kau bertanya-tanya siapakah mereka yang kumaksudkan? jangan tanya itu kawan.Aku terlalu bingung untuk menyebutkannya. Padahal rasanya selama aku hidup 20 tahun lebih ini tak ada yang tak memberiku pengaruh selama hidupku.

Aku berangkat dari rumah yang diisi oleh banyak orang. Setiap orang dari mereka memberiku pelajaran yang bermacam-macam yang terkadang aku lupa apa yang telah kupelajari dari mereka. Aku berangkat menuju kampus juga menemui banyak orang. Di kampus bertemu banyak orang. Bahkan dalam perjalanan pulangpun aku bertemu banyak orang yang mungkin lebih banyak dari pada saat aku berangkat kuliah. Mereka semua yang memberiku pengaruh. ah, aku tak tahu sebenarnya kenapa tulisan ini ada. baiklah, mari kita akhiri keabsurdan ini :)
Read More

Saturday, September 8, 2012

ONLINE LAGI

Well, setelah sekitar lebih dari satu bulan tiada akses terdekat yang bisa menghubungkanku dengan dunia maya. Itu artinya, aku tak bisa meng-update status-status galau, kicauan tak berguna dan juga pastinya cerita tak berarti di blog ini. Tanpa jaringan internet aku tak bisa menelusup mengamati beberapa orang yang perlu kuamati. Tanpa jaringan internet aku tak bisa sibuk bercanda ria hahaha hihihi tanpa kendali. Tanpa jaringan internet, aku tak bisa curhat semauku di blog ini. Tapi rasanya dengan demikian dosa atas penghamburan waktu di dunia sedikit berkurang.Hahaha semoga.

Tapi malam ini, taraaaaaaaaaaaaa... aku bisa berada dalam jaringan alias daring alias online lagi. Well, ternyata kecanduan internetku tak berkurang. hahahaha

Malam ini, akhirnya, online lagi...... :D


Read More

Friday, July 27, 2012

MENCERDASKAN ANAK BANGSA ITU TIDAK MUDAH

Sore itu, disalah satu hari Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) yang kuikuti, belasan anak duduk disekitarku. Beberapa diantara mereka mengeja satu persatu huruf hijaiyah yang ada di buku tipis bernama Iqra'. Beberapa yang lain sibuk menulis materi. Mata mereka berbinar ingin tahu. Senyum mereka merekah setiap ada bacaan huruf yang salah. Entah karena malu, entah karena apa.

Aku termasuk orang yang kaku. Sulit mencairkan suasana dan cair dalam suasana. Tapi tatapan mereka, senyuman mereka, semangat mereka untuk belajar memaksaku cair dalam suasana yang bisa mendukung mereka belajar. 

Kukira menjadi guru itu mudah. Nyatanya, sangat diluar dugaan. Banyak yang harus kukuasai sampai anak didikku benar-benar paham apa yang kuajarkan. Banyak yang harus kupelajari hingga mereka menggangguk karena mengerti. Banyak yang harus kudalami, salah satunya adalah cara mendengarkan.

Kenapa harus mendengarkan?

Karena anggukan belum tentu berarti memahami. Karena senyuman belum tentu berarti mengerti. Karena binaran mata belum tentu berarti menguasai. 

Jangankan hal yang rumit, mengajak anak-anak mampu untuk membedakan huruf hijaiyah yang satu dengan yang lainnya saja masih sulit. Rasanya tak adil bila mengharapkan murid yang cerdas dari guru yang tak cerdas. Karena itulah, mencerdaskan anak bangsa itu perlu dilakukan oleh guru yang cerdas pula. 

Saat itu, aku beserta temanku berjibaku memikirkan cara terbaik membantu mereka mudah membaca Al-qur'an dikemudian hari. Satu hingga tiga hari cara itu ampuh. Tapi tidak dengan hari keempat dan kelima. Mungkin karena bosan dengan metode yang itu-itu saja, atau entah karena apa.

Hari kelima berlalu tanpa ada kemajuan berarti dari adik-adik kami. 

Malam itu kami merencakan banyak metode pembelajaran yang dapat menarik minat mereka kembali. Tapi sayang, kabar kurang enak didengar harus kami terima keesokan harinya. Pengajian untuk sementara diliburkan selama 2 minggu untuk persiapan peringatan Isra' Mi'raj. Mereka akan menampilkan kreasi seni dan menurut penyelenggara pengajian, jadwal mengaji sore hari akan mengurangi waktu istirahat mereka. Baiklah, siapalah kami? toh kami didatangkan untuk membantu penyelenggara pengajian setempat. 

Waktu demi waktu berlalu dengan cepatnya. Tak terasa dua minggu seperti dua hari. Akhirnya kami kembali mengajar disana. Sayang, seluruh program yang kami rancang tidak bisa terlaksana secara sempurna. Hari berganti, maka targetan pencapaian materipun ikut berganti. Program yang kami susun kebetulan hanya cocok untuk materi pengenalan makhorijul huruf. Jadi, saat lahir keputusan dari ketua kelompok KKNM untuk menyamakan materi yang disampaikan disetiap masjid, kami mengamininya.

Adik-adik kami itu memang tidak buta huruf Al-qur’an. Tapi banyak dari huruf hijaiyah yang mereka tahu itu keliru cara bacanya. Misalnya, huruf “fa” sering kali dibaca “pa” dan banyak lagi contoh lainnya. Ini memang kesalahan kecil, tapi cukup mendasar dan akan mempengaruhi cara baca Al-qur’an mereka nantinya. Sayang, targetan kami tak tercapai seluruhnya.

Satu pelajaran penting bagi kami, bagiku khususnya. Kecerdasan lain yang harus dimiliki para pendidik di dunia ini adalah kecerdasan mengatur waktu. Kecerdasan ini yang tak kami kuasai sehingga target kami berantakan.

Teringat pada salah satu dosen favoritku, serumit apapun materi yang beliau sampaikan pada kami, entah bagaimana caranya selalu berakhir sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Hebatnya lagi, hampir seluruh mahasiswa yang ada di dalam kelas itu mengerti apa yang beliau sampaikan.

Suatu saat beliau pernah bertanya pada kami, “Apa yang kalian rasakan saat belajar mata kuliah saya?”
Beberapa orang dari kami menjawab senang, merasa tertantang dan lain sebagainya. Beliau kemudian berkata, “Alhamdulillah, berarti doa saya dikabulkan oleh Allah.”

Kami terperangah. Doa?

Ah ya, rasanya doa pantas menjadi pamungkas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh para pendidik.  Usaha tanpa doa itu sombong. Sedangkan doa tanpa usaha itu bohong. Doa beliau membuat kami lebih mudah memahami materi.

Intinya, mencerdaskan bangsa itu tidak mudah. Perlu usaha, kemauan untuk mendengar, cerdas mengatur waktu dan juga doa dari para pendidik untuk pemahaman yang terbaik.

Satu lagi tambahan penting dari seorang teman, “bila apa yang kita berikan itu berasal dari hati, maka hal itu akan sampai ke hati yang dituju.” Mari berkontribusi menggunakan hati. Bukan karena impian untuk naik jabatan, naiknya gaji atau naiknya nilai anak-anak. Itu semua hanya dampak dari seluruh usaha yang kita jalani. 

Mari mencerdaskan anak bangsa karena mencerdaskan anak bangsa itu tidak mudah!
Read More

Tuesday, July 24, 2012

[IM-HAN] SEPUCUK SEMANGAT YANG MENGGEBU


Salam. Hai anak Indonesia. Bagaimana kabar kalian disana? Kakak harap selalu sehat dan semangat untuk menimba ilmu.

Adikku..
Andai kalian tahu betapa bertemu kalian adalah anugerah dari Tuhan yang tiada dua. Andai kalian tahu betapa setiap senyum dan langkah kalian adalah berkah yang membuat semangat kami berkobar. Andai kalian tahu, membayangkan bisa mengajak kalian belajar adalah godaan terindah sepanjang masa.

Betapa banyak keuntungan dan karunia Tuhan yang kalian terima hari ini. Kalian masih bisa melihat hamparan sawah, laut, gunung dan danau diberbagai penjuru Indonesia. Kalian masih bisa merasakan hebatnya pengalaman belajar dengan guru-guru terpilih. Kalian masih bisa merasakan betapa indahnya menuntut ilmu.

Kakak punya sedikit cerita tentang teman kalian yang pernah kakak temui di Bandung. Sebut saja namanya Rina. Rina adalah anak jalanan yang bertempat tinggal dibawah kolong jembatan dekat mall besar di Bandung. Sore itu, kakak bertemu dengannya di atas jembatan sedang duduk lemas. Kakak bertanya padanya, “Apa yang sedang kau lakukan?” Ia meringis dan berkata, “Sedang menahan lapar, kak.”

Kebetulan kakak membawa sepotong roti yang masih tersisa di tas. Ia menerima roti itu dengan tatapan berbinar. Seperti belum makan 3-5 hari lamanya. Setelah itu ia mulai bercerita tentang cita-citanya. Bercerita tentang impiannya. Bercerita tentang sebab musabab ia bisa tinggal dikolong jembatan.

sumber : http://h41-zone.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

Dulu, Rina sempat bersekolah hingga kelas 3 SD. Ia dan ibunya diusir dari kontrakan kumuh dekat jembatan yang ia tempati sekarang karena tak bisa membayar uang sewa kontrakan berbulan-bulan lamanya. Sejak saat itu, Rina dan ibunya tinggal dibawah kolong jembatan. Rina putus sekolah. Mengubur cita-citanya menjadi guru dan berkeliling Indonesia. Pagi hingga malam hari Rina berkeliling Bandung untuk mengamen. Tak jarang dipukuli oleh pengamen lain dan dipalak oleh para preman.

“Andai bisa kerja yang lain, Kak. Gak enak ngamen gini, badan kena tonjokan terus. Belum lagi uang penghasilan yang sedikit. Saya senang belajar, Kak. Setiap ada mahasiswa yang ngajak belajar bersama, saya selalu ikut. Pokoknya, saya ingin jadi guru.”

Adikku...
Yuk, belajar lebih giat. Ilmu seperti lautan luas yang harus kita selami dengan benar. Tanpa ilmu, kita hanya makhluk yang tak jauh berbeda dengan binatang. Tanpa ilmu, kita mudah dibohongi orang. Tanpa ilmu, kita sulit menolong diri kita dan orang lain. Tanpa ilmu, kita selalu jadi yang terbelakang. Dulu, para pendiri negara ini adalah orang-orang yang berilmu. Orang yang tak berilmu hanya menjadi kacung-kacung tak berdaya para penjajah.

Adikku...
Yuk, berusaha lebih keras lagi. Orang-orang seperti kita hanya punya mimpi yang harus diwujudkan. Indonesia takkan merdeka tanpa perjuangan dan usaha ekstra para pejuang. Kitapun demikian, akan menjadi orang yang biasa-biasa saja bila tanpa usaha lebih dari orang kebanyakan.

Adikku...
Yuk, berdoa lebih khusyuk. Tuhan selalu bersama hamba-Nya yang taat dan berserah diri pada-Nya. Usaha tanpa doa itu sombong. Sedangkan doa tanpa usaha itu bohong. Tuhan selalu suka diminta banyak hal oleh hamba-Nya yang mau berusaha.

Adikku...
Mari berkeliling dunia. Mari tegakkan cita-cita. Mari kibarkan kembali bendera Indonesia. Mari maju bersama untuk kebangkitan bangsa. Hanya ditangan kalian bangsa ini bisa maju. Jadi, jangan ketinggalan untuk ambil kesempatan menjadikan impian itu nyata.

Surat kakak rasanya sudah terlalu panjang. Salam hangat untuk keluarga kalian di rumah. Semoga suatu saat kita bisa bertemu dalam kondisi yang berbeda. Disaat kalian sudah menjadi ilmuwan, guru, bahkan mungkin presiden. Terus bercita-cita dan bermimpi setinggi yang kau bisa. Jangan pernah menyerah pada keadaan. Kakakmu disini selalu mendoakan yang terbaik bagi kalian semua. Sukses untuk kita semua. Terus berjuang, anak Indonesia! Ayo kita kembalikan kejayaan tanah air kita! Ayo jadi tuan di negeri sendiri! Ayo buka gembok potensi yang kalian punya! Ayo berkarya!


Salam hangat dari kakakmu di Bandung


Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)