Thursday, May 29, 2014

Mengapa Harus Rokok?

Saya benci rokok. Saya selalu kesal dengan perokok yang dengan santainya merokok di tempat umum, terutama di dekat saya. Saya juga selalu senewen saat orang-orang dekat saya dengan santai mengeluarkan rokok lalu menyalakan api untuk membakar rokok yang ada di mulutnya. 

Saya benci rokok. Benci asap rokok. Benci perokok. Benci. 

Seperti selalu, saya diingatkan Tuhan untuk tidak membenci secara berlebihan dengan cara-cara yang tak disangka-sangka. Saya dipertemukan dengan sebuah buku merah di perpustakaan daerah. Membunuh Indonesia: Konspirasi Global Penghancuran Kretek. Itulah judulnya. 

Sampul yang unik dan ringannya buku itu membuat saya tertarik. Kata mutiara untuk tidak melihat buku dari tampilannya saya abaikan saat itu. Saya baca sampul bagian belakang dari buku itu. Oalah, buku pembelaan tentang rokok sepertinya. Saya merasa tertantang untuk membaca. Meskipun saya benci rokok, tapi rasanya menarik bila melihat sudut pandang yang berbeda dari apa yang saya yakini. 

Membaca prolog dari Noe "Letto" membuat saya tercenung dan penasaran. Isi buku ini sepertinya berbeda dengan apa yang yakini sebelumnya. Lembaran demi lembaran saya baca. Benar saja. Buku ini berisi kritik kepada pemerintah Indonesia yang dengan mudahnya mengamini berbagai aturan yang diusung oleh pihak asing. Buku ini juga menceritakan banyak hal. Mulai dari masa-masa jaya Indonesia sebagai produsen minyak kelapa (dengan bahan kopra bukan kelapa sawit), gula, garam, jamu dan kretek hingga upaya pihak asing untuk mematahkan semua bisnis yang menghidupkan Indonesia. Buku ini menyuarakan penolakan terhadap diskriminasi yang dilakukan pemerintah terhadap pengusaha rokok kretek asli Indonesia baik pengusaha besar maupun kecil.   

Kretek berbeda dari rokok putih. Kretek hadir karena kreativitas anak bangsa bernama Haji Djamhari. Di awal kehadirannya kretek adalah obat batuk dan hanya ada di toko obat. Campuran tembakau, cengkeh dan berbagai perisa yang disesuaikan dengan selera pasar membuat kretek menjadi primadona. Kebiasaan mengunyah sirih pinang di Indonesia tergantikan dengan mudahnya. 


Kretek berbahan dasar tembakau yang ditanam di Indonesia (walau memang bukan tanaman asli Indonesia), cengkeh yang ditanam di Indonesia (walaupun sempat impor dari luar saat jumlah produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi permintaan pasar), dilengkapi dengan saus kretek yang dikreasikan oleh orang Indonesia. Hal ini membuat industri kretek bisa dikatakan tahan banting terhadap fluktuasi kondisi ekonomi dunia. Kretek membantu perekonomian Indonesia di masa-masa kritis Soekarno maupun Soeharto. Kretek adalah salah satu bisnis asli Indonesia yang lebih lama bertahan berdiri ditengah gerusan keserakahan manusia barat. Kretek juga menjadi saksi asal mula permusuhan warga pribumi dengan Tionghoa. 


Gerakan kampanye anti rokok tersebar secara masif karena didukung oleh kucuran dana dari multi-milyarder dari negeri Paman Sam sana. Agenda bisnis lebih besar ada dibelakang semua upaya anti rokok. Pengusaha kretek di negeri ini dibasmi satu persatu dengan regulasi yang dibuat pemerintahnya sendiri. Saham perusahaan kretek besar di Indonesia diakusisi hingga bisa dengan mudah dikuasai. Rencana bisnis dibalik runtuhnya industri rokok berjalan dengan baik. Kemudian keuntungan dari keberhasilan bisnis mereka dengan mudahnya dikucurkan untuk perang Israel melawan Palestina. Sedih rasanya membaca halaman demi halaman yang ada. 

Buku ini mengingatkan saya untuk tidak gegabah memutuskan menyukai dan membenci sesuatu, termasuk rokok. Buku ini juga mengatakan bahwa penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan karena rokok tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah hasilnya. Sayangnya, buku ini tidak memberikan dampak apa saja yang MEMANG BENAR-BENAR akan didapatkan para perokok rokok kretek bila terus menerus mengkonsumsinya. Menurut buku ini, bila alasan gerakan anti rokok adalah untuk kesehatan, rasanya makanan restoran cepat saji dan minyak kelapa dari kelapa sawit lebih berbahaya dari rokok kretek.

Oh ya, buku ini dilengkapi dengan kaset CD berisi animasi yang meringkas pembahasan di dalam buku. Seru sekali menontonnya. Tidak membuat bosan. Masih menahan diri untuk tidak membaca?

Nb: karena bukunya asik untuk dibaca, saya bantu promosi walaupun ternyata sudah keluar sejak tahun 2011. 
Read More

Monday, May 26, 2014

Dream Project

Ceritanya saya kembali teringat mimpi yang pernah saya tuliskan. Menulis sebuah buku. Buku apapun. Saya memutar otak. Tulisan seperti apa yang harus ada dalam buku saya nantinya. Saya menghitung waktu yang harus saya habiskan untuk menulis. Aih, lama sekali rasanya. Apalagi ide saya hanya berkisar itu-itu saja. Jarang membaca membuat tulisan-tulisan saya mudah ditebak. Baiklah, strategi pencapaian harus diubah. Tiba-tiba saya teringat rencana dengan teman-teman se-angkatan. Membuat kumpulan cerita tentang skripsi yang telah kami susun ratusan hari. Yap! Cara baru menulis buku sudah kutemukan, tepatnya menyusun buku. Saya meminta teman-teman untuk menceritakan kisah perjalanan penyusunan skripsi mereka. Tak perlu menggunakan bahasa antah berantah yang tak bisa kuprediksi benar atau salah. Penggunaan bahasa biasa yang mudah dipahami rasanya lebih mengasyikkan.

Perjalanan tak selalu mulus. Rencana #dreamproject-ku pun tak berjalan mudah. Hanya satu dua orang saja yang merespon pengumuman yang kupampang di wall grup facebook angkatan. Satu bulan berlalu, tak ada satu tulisanpun yang masuk ke emailku. Api semangat dan cahaya asaku mulai pendar. 

Dua bulan berlalu, semangatku meletup kembali. 

Kutulis ulang pengumuman di facebook. Hanya beberapa jempol yang mampir di pengumuman yang kutuliskan. Hem, harus padamkah mimpi itu?

Memang rasanya egois memaksa orang lain mengikuti apa yang kita inginkan. Teringat ucapan Nyoman Anjani, "expect low, aim high."

Mimpi ini tak boleh mati bahkan meredup lagi.

Menjemput bola. Kuhubungi satu persatu teman yang aktif di jejaring sosial media. Asumsinya, mereka yang aktif di sosial media berpeluang lebih besar mengirimkan tulisannya karena adanya kuota internet. Tak perlu uji hipotesis dengan berbagai macam rumus statistika, nyatanya dugaanku tak sempurna benar adanya. Banyak yang menolak secara halus dengan alasan pekerjaan yang belum selesai hingga belum ada mood untuk menuliskan cerita. Tak apa, saya senang mereka dengan terbuka menyampaikan kesediaannya.

Hasil meminta tulisan secara door to door akhirnya membuahkan hasil, sudah terkumpul sekitar lima tulisan yang ada di email-ku. Proses edit-mengedit sedang kulalui. Kuabaikan sebentar laporan penelitianku bersama salah seorang dosen yang akan dijadikan artikel untuk dikirim ke jurnal nasional. Mimpiku mendapatkan tambahan sumbu. Targetnya, akhir bulan depan mimpiku ini tercapai. Semoga benar-benar terjadi. Amin.
Read More

Sunday, May 25, 2014

Oleh-oleh Jobfair

I'm the jobseeker!

Para pencari kerja tentunya tidak merasa asing dengan sebuah event dimana berbagai perusahaan ada, ya jobfair alias pameran bursa kerja. Untuk teman-teman yang belum tahu apa itu jobfair, saya akan jelaskan sedikit. Jadi di kegiatan ini para pencari kerja dan perusahaan yang mencari pekerja berkumpul. Jangan dilupakan ada event organizer yang mencari para pencari kerja maupun perusahaan yang sedang mencari pekerja. Biasanya, kegiatan ini mewajibkan para pengunjungnya membayar sekitar 15-25ribu rupiah. Mungkin saja lebih, tapi saya tidak pernah ikut jobfair yang HTM-nya lebih dari 25ribu. Penyelenggara jobfair juga biasanya menetapkan biaya sewa booth untuk perusahaan yang akan tebar pesona di jobfair tersebut. Ya, simbiosis mutualisme lah yaa...

Keputusan saya menolak tawaran pekerjaan dari satu dua perusahaan dengan alasan menuruti kemauan orang tua, nyatanya bukan tanpa konsekuensi. Konsekuensinya adalah hingga kini saya harus aktif mencari lowongan pekerjaan. Saya sih senang-senang saja. Toh ikut jobfair itu seru-seru-sedap. Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari setiap jobfair yang saya ikuti. Mulai dari betapa sangat biasanya CV yang saya serahkan ke perusahaan hingga betapa mudahnya saya dapat oleh-oleh dari jobfair yang saya ikuti. 

Sebagai pecinta gratisan, saya merasa senang dengan hadiah-hadiah tak terduga dari booth perusahaan yang melakukan bagi-bagi kenang-kenangan. Kalau kata teman saya, "ngupahan kalau tidak diterima" (ngupahan itu apa ya, terjemah bebasnya supaya tidak sedih kalau tidak diterima di perusahaan itu). Semenjak saya ikut jobfair 2 bulan yang lalu, saya sudah dapat teh botol kotak dari berniaga.com, tumblr dari Kemenkeu RI, facial foam dari Wardah, permen dari PJTKI, sampai lip balm dari PT. Mandom. Hahaha.

Oleh-oleh ilmu yang saya dapat dari jobfair juga beragam. Mulai dari tampilan CV, tampilan fisik, datang sepagi mungkin sampai pilih-pilih perusahaan. 

Mungkin kedengarannya tidak mungkin ada perusahaan bodong yang ikut jobfair. Saya memang belum menemukannya, tapi perusahaan yang membelotkan jobdes kita nantinya saat diterima di perusahaan selalu ada saja di setiap jobfair. Jadi, saran saya, cek ricek dulu deh perusahaan yang ikut jobfair. Sayang kaaann uang daftarnya kalau memang isinya perusahaan gak jelas doang. 
Read More

Tuesday, May 20, 2014

BANGGA

Minggu lalu saya sah menjadi enumerator penelitian sebuah NGO di Indonesia. Penelitiannya bertujuan untuk melihat pengaruh pelatihan pengaturan usaha yang diberikan kepada masyarakat beberapa waktu silam. Mereka sudah melakukan dua pelatihan dan bekerjasama dengan organisasi lokal untuk penyelenggaraan pelatihan tersebut. Pembagian tugas lapangan disesuaikan dengan wilayah domisili enumerator. Saya dengan lima orang lainnya terpilih menjadi enumerator penelitian ini di Bandung. 

NGO ini bekerja sama dengan salah satu BMT untuk menyelenggarakan pelatihan yang saya ceritakan diatas. Hebatnya, BMT ini bekerjasama juga dengan BMT lainnya yang tersebar di segala penjuru Bandung. Mulai dari Lembang, hingga Majalaya bahkan Cipatat. Hebat bukan? 

Excited? Exactly YES!!!


Ini kali pertama saya bekerja di sebuah NGO dengan tugas sebagai pengumpul data lapangan alias enumerator. Jadi, tak usah diceritakan betapa tertarik dan penasarannya saya dengan penelitian ini. 

Waktu terus berlalu. Naik turun gunung, blusukan ke gang-gang hingga menyisir jalan yang sama berkali-kali dalam satu hari saya lalui. Respon berbeda dari setiap responden sangat menarik.

Dari sekian banyak responden yang saya temui, Bu N adalah ibu yang paling menarik untuk diceritakan. Ia lahir tahun 60-an. Saat Facebook bahkan internet belum ada di dunia. Saat saya datang ke rumahnya, ia sedang duduk menonton televisi. Saya melewati warung kelontong kecil di teras rumahnya. Ia menjual berbagai macam makanan hingga kebutuhan sehari-hari. 

Awalnya saya berpikir Bu N seperti responden-responden saya lainnya. Nyatanya saya sudah salah duga.

Ia sangat antusias dan bersemangat ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan. Tak ragu memperlihatkan banyak kreasi cemilan yang ia ciptakan setelah berpikir matang-matang.

"Ibu teh mikir gini neng, kalau ibu jualan seperti orang lain, ya warung ibu gini-gini aja weh, tapi kalau ibu jualan yang berbeda dengan orang lain, orang-orang akan datang kesini dengan sendirinya," jelasnya.

Ia bercerita banyak hal. Berbagi banyak pesan-pesan kehidupan. Wanita tua yang ditinggal mati suami tapi menolak untuk terlena dalam kesedihan. 

Bu N cukup beruntung, ia dikaruniai tiga orang anak yang mengerti kondisi kehidupan mereka.

"Ibu mah kaget waktu si Aa (panggilan untuk anak tertuanya) mau bawa jualan ke sekolahnya waktu dia masih SMP. Si Aa bilang: biar Mah, Aa bantuin jualan, biar Mamah dapat uang."

Tiba-tiba suara Bu N bergetar. Menahan tangis yang membuatku terheran-heran. Saya menahan diri berkomentar, hanya ber-hem-hem ria alias melakukan nudging probe. Bu N mengusap air matanya dengan telapak tangan.

Ternyata anak tertuanya itu mematrikan rasa bangga tak terkira di hati ibunya. Bu N bercerita panjang lebar tentang anak tertuanya itu. Setelah sekolah di MTs terdekat dari rumahnya, anak tertua Bu N melanjutkan sekolahnya ke pesantren modern di Jawa Timur hingga berkuliah dan lulus S1 disana. Tuhan tak pernah bermain dadu. Anak tertua Bu N mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah pascasarjana di Kairo, Mesir. 

Senyum ibu itu membuatku berhitung dan berpikir, "hal membanggakan apa yang pernah saya lakukan dan bisa membuat ibu dan ayah saya bangga hingga menangis bahagia?"

Penelitian ini bukan saja memberi saya pengalaman, tapi juga pemahaman hidup yang sangat mendalam. Terimakasih Bu N, semoga saya bisa merasakan membuat bangga orangtua dan menjadi orangtua yang bangga pada anaknya.
Read More

Monday, May 12, 2014

Hampir Tertipu

Sebagai job seeker ya pastinya senang bila ada panggilan interview ataupun tes lanjutan dari pekerjaan yang saya lamar. Lalu kapan saya dilamar? Astaga, skip. Oke salah fokus. Haha.

Jadi begini, ceritanya saya mendapatkan balasan email dari HR Recruitment instansi yang saya pinang menjadi tempat saya bekerja. Info yang saya dapat itu menurut saya berasal dari situs yang kredibel untuk urusan cari-mencari pekerjaan. Tanpa cek ricek lebih lanjut, saya percaya itu adalah perusahaan asli. 

Saya orang yang sulit menghapal jalan, tempat dan rute kendaraan umum. Oleh karena itu saya putuskan mencari tempat tes lanjutan di google map. Hanya 5 menit saja waktu yang dibutuhkan. Setelah itu saya tracking jalanan yang harus saya lalui nanti. 

Lowongan pekerjaan yang ada di website tidak memberikan definisi tentang perusahaan. Maka saya mencari tentang perusahaan tersebut. Nyatanya, alamat perusahaan yang ada di website dan alamat perusahaan tempat saya diminta untuk datang berbeda. Baiklah, perasaan saya mulai tidak enak. 

Ini kali kedua saya mendapatkan balasan tipuan. Em..apa memang saya dimaksudkan lahir di dunia untuk ditipu? #curcoooll...

Nah, temuan demi temuan mulai muncul. Taraaaa....saya sukses dibohongi dan itu perusahaan bodong. Wkwkwkwk. Lucunya temuan yang saya temukan dibawah ini. Perhatikan nama pengirim di foto di bawah ini yaa....




Nah, unik kan? Hahaha

Jadi, bagi teman-teman yang mendapatkan atau tergiur dengan lowongan pekerjaan di PT Tunas Muda Management, pikirin lagi deh. Biasanya mereka memasang range gaji yang besar (minimal 5 juta rupiah).
Read More

Monday, May 5, 2014

Dilematis (?)



Berita yang berseliweran di depan mata saya akhir-akhir ini sangat menyeramkan. Mulai dari sexual abuse pada anak dibawah umur hingga celotehan anak ABG yang enggan bangkit dari duduknya. 

Mulai dari pelecehan seksual pada anak dibawah umur. Korbannya adalah salah seorang (atau lebih) anak yang bersekolah di sekolah internasional. Wih, label 'internasional'nya saja sudah membuat saya jerih mendengar kasus itu terdengar disana. Sekolah yang kabarnya pernah menjadikan predator seksual tingkat internasional sebagai staff pengajar. Seram. 

Baru-baru ini saya menandatangani petisi dari seorang ibu yang khawatir terhadap 'berkeliaran'nya para 'mantan' pelaku kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur. Menurutnya, kita bisa saja lupa orang-orang jahat yang pernah merusak kehidupan banyak anak beberapa tahun kedepan saking banyaknya. Ia mengusulkan orang-orang yang pernah terkait kasus seperti itu ditulis, dibuat daftar dan pastinya dipublikasikan. Mereka juga sebaiknya tidak dijadikan tenaga outsourching. Wiih..

"Mau kerja apa mereka nantinya?"

Itu pertanyaan yang terlintas di pikiran saya. Tapi saya juga setuju dengan usulan ibu yang resah tadi (ya iyalah, wong saya tandatangani petisi). Saya juga resah dan khawatir anak saya nantinya menjadi korban dari salah satu penjahat itu. Na'udzubillah. Tapi apa ya harus sampai segitunya ya? Mereka kerja apa nantinya? Akan tinggal dimana jika nama dan wajah mereka dikenal sebagai orang yang pernah melakukan tindakan kriminal? Tapi, saya juga tidak mau berada di dekat-dekat mereka. Ya ya ya, dilematis (?).

"Pembinaan di penjaranya seperti apa ya? Apakah kebebasan mereka nantinya menjamin bahwa proses pembinaannya selesai?"

Pertanyaan itu membuat saya bergidik sendiri membayangkan saya menjadi pembina mereka. Takut duluan saya. Payah. -_-

Selanjutnya tentang celotehan ABG berinisial D. Dodol. Hehe.

Si Dodol memang dodol. Ia pasti tahu ungkapan kekesalannya di media sosial itu dapat membangkitkan kemarahan massa. Berbagai label dengan sukarela diberikan banyak orang kepadanya. Tuna empati, gak punya hati dan lain sebagainya. Tak ketinggalan segala sindiran berformat jpeg atau jpg bertebaran di internet. Jelas saja sindiran-sindiran itu sekejap menyebar kemana-mana. Sekarang, siapa yang tak tahu D?

Malang benar nasib anak itu, kakinya sakit diminta tempat duduknya oleh ibu hamil. Sial pula nasibnya, berkeluh kesah di media sosial malah didamprat habis-habisan. Saya sangat setuju tindakan D tidak baik. Kalau saya ada di dekat dia saya dengan senang hati menjitak kepalanya. Tapi benarkah 'dampratan' yang kita layangkan padanya juga benar? Cyber bullying bukan sih? Kalau saya jadi D sudah desperado rasanya. Malu setengah mati. Dilematis (?).

Nah, tambahan. Saya terkaget-kaget saat melihat hasil penelitian dimana saya menjadi salah satu enumeratornya. Dari 200-an responden, sekitar 97% berniat untuk mengikuti pemilihan presiden tahun ini, sisanya memilih tidak ikut pilpres alias golput. Alasannya: ingin tegaknya khalifah Islamiyah di Indonesia, calon-calon yang ada dirasa tidak jujur, kompeten, dsb (padahal belum ada calon pasti ya? yaa selain jokowow, ARZ dan HTX). Berbeda dengan pileg kemarin, 71% mengikuti pileg, sisanya tidak. Alasannya didominasi oleh: waktu libur yang pendek dan merasa tidak ada sosialisasi tentang dibolehkannya para perantau untuk memilih di TPS terdekat setelah jam 12.00. Alamaaaaakkk, rasanya dunia internet sudah sangat canggih, cobalah cari info bukan nunggu dikasih info terus. Dilematis (?).
Read More

Apa Kesuksesan Terbesar dalam Hidupmu?

"Apa kesuksesan terbesar dalam hidupmu?"

Satu kalimat tanya yang saya tertegun untuk beberapa waktu. Pertanyaan itu sederhana namun mendasar. Saya putuskan untuk bertanya kepada teman-teman yang sedang online di jejaring sosial facebook. Cukup banyak orang yang saya tanya. Mulai dari teman-teman di sekolah, kampus, komunitas hingga dosen-dosen saya ketika saya masih berkuliah.

Pertanyaan ini direspon dengan berbagai macam respon. Ada yang menjawab langsung, ada yang bertanya terlebih dahulu untuk apa pertanyaan tersebut dilayangkan.

Manusia memang menarik. Jawaban demi jawaban yang terkumpul lebih dari sekedar menarik. Kata sukses mungkin bermakna ganda. KBBI mengartikan sukses dengan beruntung atau berhasil. 

Seorang teman menjawab bahwa sukses menurutnya adalah hidup tenang, sholat 50 rakaat sehari dan kerjanya bisa bermanfaat bagi banyak orang. Teman yang lain menjawab tidak ada sukses terbesar karena tercapainya setiap keinginan dan tujuan adalah kesuksesan. Berbeda juga teman yang satu lagi, ia berkata bahwa kesuksesan terbesarnya adalah ketika ia kuat bertahan dari sakitnya pasca kecelakaan, melihat ibunya tersenyum dengan kesembuhannya dan melihat anak-anak panti asuhan dimana ia menjadi relawan tersenyum bahagia. Salah seorang dosen saya menjawab, menurutnya sukses terbesar dalam hidupnya adalah saat ia merasakan rangkulan Tuhan yang selalu ada untuk hamba-Nya. Adik tingkat saya menjawab sukses terbesar dalam hidupnya adalah saat ia menemukan passionnya. Ah, banyak sekali macam sukses terbesar menurut orang-orang. Haha.

Sukses disini saya padankan dengan bahagia. Bahagia karena keberuntungan dan keberhasilan yang dicapai. Bahagia dengan takaran yang berbeda-beda. Semua jawaban yang saya terima menyiratkan hal-hal yang membuat mereka bahagia. Lalu apa yang membuat saya bahagia?

Saya mudah merasa bahagia. Saya bahagia lulus agak terlambat tapi sempat mengestafetkan semangat kepada orang lain. Saya bahagia lulus dengan nilai tinggi walau harus mengambil banyak kelas perbaikan. Saya bahagia bisa bekerjasama dengan orang-orang yang memiliki satu visi di beberapa organisasi. Saya bahagia bisa belajar mendengarkan caci maki. Saya bahagia bisa belajar memilah banyak informasi. Saya bahagia bisa belajar istiqomah walau masih alpa memraktekkannya. 

Saya senang berkumpul dengan banyak orang, dimana kami bisa membicarakan, merencakanan hingga mengeksekusi kegiatan yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Membuat mereka senang, membuat mereka tahu, membuat mereka bahagia. 

Lalu apa kesuksesan terbesar dalam hidupku? Bisa melakukan banyak hal yang membuat saya bahagia dan mengajak orang lain untuk ikut berbahagia bersama.





Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)