Saturday, January 17, 2015

One Hundred Foot Journey

Ini film India juga. Saya curiga sebentar lagi saya akan menyukai film-film India. Durasi film ini sama panjangnya dengan film-film India pada umumnya. 150-an menit. Sebetulnya ini bukan film India, hanya saja menceritakan tentang keluarga India. Film garapan Lasse Hallstom ini memang oke punya.

Ceritanya, ada sebuah keluarga dengan 6 anak yang hampir seluruhnya suka dan bisa masak. Film ini diawali dengan suasana pasar tradisional di India. Semua ibu-ibu mendekati tukan ikan dan berebut untuk membeli bulu babi. Entah bagaimana rasanya, saya juga jadi ingin mencoba masakan bulu babi ini. Hehe. Pertarungan pembelian bulu babi itu dimenangkan oleh Hassan, seorang anak laki-laki yang menurut penjual ikan 'mengetahui rasa'. Naas, keluarga Hassan harus pergi dari India karena mereka diserang dan rumah mereka dibakar oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ibu Hassan meninggal dalam kebakaran itu.



Film ini menggambarkan perjalanan keluarga imigran India ke Eropa. Menggambarkan pula keindahan wilayah pegunungan Perancis yang sangat memukau. Asli lah, keren pisan!

Film ini memiliki plot cerita yang sangat menyenangkan, tenang dan berakhir dengan happy ending. Perjalanan Hassan dan keluarganya menghadapi tetangga yang memiliki restoran Italia, kisah cinta Hassan dan Marguerite, kisah cinta ayahnya dan nyonya pemilik restoran Prancis, Madamme Mallory, dan sebagainya dan sebagainya.

Dari film ini saya belajar satu hal, bibit yang baik akan berkembang baik bila memiliki tempat untuk berkembang yang sesuai dengan potensinya. Hassan seorang lelaki India bisa menjadi chef terkenal di Perancis yang terkenal dengan keangkuhan rasa masakannya itu dengan menggunakan bakat serta ketekunannya dalam mendalami ilmu masak memasak.

Setelah nonton film ini, kok saya jadi ingin bisa masak yaaaaaaaaa....
Read More

PK

Film India ini sama seperti film India pada umunya. Panjaaaaangg durasinya, 150 menit, Bo! Saya sempat bosan dan menanti kapan film ini berakhir, walaupun memang tidak dapat dipungkiri film PK, seperti film Amir Khan lainnya, menginspirasi dan saya rekomendasikan untuk ditonton. 

Alkisah ada seorang makhluk dari planet antah berantah yang berprofesi sebagai astronot di tempat asalnya. Ia turun ke bumi karena misinya untuk meneliti planet yang kabarnya mirip dengan planetnya, layak huni. Planet itu adalah bumi. Ia terdampar di bumi dan tidak bisa kembali karena remote kontrol pesawat terbangnya dicuri di padang pasir India, maafkan saya tidak tahu apa namanya. 

Alur ceritanya unik dan lengkap dengan nyanyi-nyanyi dari tarian khas film india lainnya. Film ini tentang pencarian pertanyaan-pertanyaan yang pada awalnya didasarkan pada pertanyaan PK, "bagaimana ia bisa menemukan remote controlnya dan pulang ke planet asalnya?". 

Pertanyaan sederhana itu kemudian mengantarkan PK terhadap pertanyaan paling fundamental dalam hidup manusia, pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan dan bagaimana berkomunikasi dengannya. Diangkat pula isu-isu sensitif seperti banyaknya manusia yang berbisnis atas nama Tuhan. Ah ya, ketakutan manusia terhadap hal yang tidak jelas tepatnya, bukan Tuhan. Tuhan terlalu agung untuk dijadikan alasan bisnis makhluk-Nya. 

Diangkat pula betapa banyaknya cara beribadah pada Tuhan dan betapa berbedanya manusia satu dengan yang lain dalam masalah ini. Ada satu hal yang menggelitik saya, hanya keyakinan sajalah yang bisa dimiliki oleh setiap manusia. Tidak ada yang bisa menganut lebih dari 1 agama dalam hidupnya. Bagi yang tidak beragama pun memilih 1 pilihan dalam hidupnya. Tidak bisa seperti memilih kekasih ataupun pekerjaan yang bisa dimiliki lebih dari satu *apalahini.




Namun film ini juga agak absurd menurut saya. Shafaaraz yang seorang muslim dan Jaggu yang seorang Hindu berencana menikah di Gereja di Belgia saat mereka bersekolah disana. Absurd. Idenya terlalu pluralism. Ini menurut saya ya. Pendapat Anda terserah Anda. 

Selain itu, betapa suka jogetnya makhluk di planet PK karena untuk menghilangkan sedih saja mereka berjoget dengan gerakan yang mirip senam SKJ. Hahaha. 

PK atau dibaca pikey yang artinya pemabuk ini benar-benar mengisi ruang di hati saya. Saya suka, saya suka, begitu kata Mei Mei dalam film Upin Ipin. 

Diakhir cerita, PK pergi ke planetnya dengan membawa banyak kaset yang berisi suara Jaggu. Ia memilih melepaskan untuk mencintai. FIlm ini ditutup dengan suksesnya Jaggu menulis buku dan kembalinya PK ke India dengan membawa rombongan dari planetnya. Menurutku, film ini ada di rate 8 dari 10. Keren! Recommended, bro!
Read More

Sunday, January 4, 2015

Aalst, Belgium #9

Halo 2015! Semoga tahun ini semua yang super bisa terjadi. 

Lanjut cerita saat saya melipir ke Aalst, Belgia. 

Malam itu memang akan ada christmas market ya kalau di Indonesia mah seperti bazar lebaran gitu deh. Setiap kota di Eropa memang biasanya menggelar CM. Kebetulan sekali, kota Aalst menggelar CM sehari sebelum aku harus pulang ke Bandung. So, ini waktunya menyadari bahwa kota ini memiliki penduduk yang banyak! hahahaha. 

Saya meutuskan keluar bersama partner saya itu sekitar jam setengah 5 sore. Biasanya, yang kami lihat di jam-jam itu adalah jalanan yang lenggang walau ada satu dua orang yang berjalan kaki dengan cepat disana. Tapi sekarang banyak orang yang jalan kakiiii! Senangnya bisa lihat manusia di Aalst. 

Trotoar disana dihiasi dengan semprotan pilox silver bergambar malaikat kecil sedang memegang keranjang berisi tanda love dan bintang. Lucu deh. Selain itu tiang-tiang lampu yang bertebaran di jalanan kota dibuat seakan tongkat loli pop dilengkapi bintang dan hiasan lainnya. Aih, cantik deh kotanya!

Selain itu, ehem ini adalah bagian paling menyenangkan, hampir semua toko buka hingga jam 10 malam. Walaupun gak akan belanja belanji, saya bisa lihat sebetulnya ada apa saja di kota nyempil kayak upil satu ini. 

Sepanjang CM kita akan disuguhkan pada beragam atraksi yang dilakukan oleh masyarakat Aalst, ada yang nari api kayak Belda di acara pencarian bakat di Indonesia, ada juga yang naik sepeda beroda satu hingga ada yang berkostum seperti boneka apa ya yang dikendalikan oleh jari dan benang si empunya. Apa ya namanya? yah itulah pokoknya.   

Saya pergi ke toko coklat dan membeli beberapa kotak coklat untuk keluarga saya yang bejibun banyaknya. Selanjutnya mencari barang yang bisa dijadikan motivasi teman-teman untuk terus bermimpi dan berusaha datang ke negara penuh bangunan antik ini, postcard. 

Sulitnya perjalanan mencari postcard itu seperti sulitnya Sung Go Kong bertemu Budha. Aalst bukan kota wisata, jadi susah menemukan pernak-pernik untuk oleh-oleh para turis. Sampai kaki gue lecet, baru deh ketemu walaupun kurang bagus postcardnya. Setelah mendapatkan barang yang diinginkan saya dan partner saya memutuskan untuk makan di restoran Turki terdekat. Alhamdulillah banyak restoran Turki bertebaran disini, walaupun cuma nemu seorang ibu-ibu yang pakai jilbab selama 6 hari disana. Saya makan dengan porsi kuli tapi habis, mwahahahaha. Ada hal yang paling menjijikan yang dirasa biasa di Eropa. Mereka itu sehabis makan sangat biasa sekali mengeluarkan ingus dengan suara yang kencang membahana. Tak peduli ada orang lain yang masih makan di meja sebelahnya. Parah!!! Mungkin si markicong kalau diajak kesini akan berhenti makan seketika. Kalau gue sih enggak. Haha. 

Setelah makan di resto Turki, gue keliling-keliling ke banyak sisi di pusat kota. Eh kok jadi gue ya? Ganti lagi saya ah. Saya iseng memotret anak-anak kecil yang unyu di lapangan. Jahatnya, anak-anak itu gak saya kasih permen, saya hanya bilang terimakasih dan dadah-dadah. Pas udah agak jauh saya lihat tukang permen, jadi ngerasa bersalah juga gak dikasih permen, pas nengok ke belakang, anak-anaknya udah gak ada di tempat mereka tadi. Ah, yasudahlah. 

Setelah beli waffle berbentuk pohon cemara dan minum kopi yang pahitnya naudzubillah, saya dan partner saya ini memutuskan untuk pulang ke hotel dan beristirahat. Partner saya itu kebetulan orang yang tidak tahan dinginnya Aalst, jadi dia menggigil gak karuan. Padahal saya merasa udara disana 11-12 dengan Lembang atau Ciwidey atau Pangalengan, ya walaupun saat melihat termometer yang ada di depan salah satu toko menunjukkan suhunya hanya 6 derajat Celcius. Gak rendah-rendah amat sih. 

Saya sebetulnya merasa bersalah ke partner saya itu, ia sudah mau saya ajak kesana kesini walaupun dia lebih sering masuk ke toko untuk menghangatkan badan dan saya sibuk foto ini itu. Tapi saya malah kesal karena satu dua hal kecil dan sempat memilih diam. Partner saya jadi kesal juga ke saya. Yasudah deh kita kesal-kesal-an. Tapi saya jadi malu kan. Jadi saya minta maaf karena dia sebetulnya sudah baik sekali ke saya. Yah, kenapa jadi mellow gini ya? hahaha. 

Intinya, CM di Aalst itu indaaaaaah. Banyak manusia di pusat kota. Banyak wajah-wajah bule yang ganteng dan cantik disana. Semakin saja saya enggan untuk punya teman hidup dari benua yang berbeda. Tapi kalau memang sudah takdirnya mah gimana mau nolak atuh?

Kembali ke kehidupan di Aalst. Keesokan harinya ternyata Aalst masih ramai. Ada pasar kaget di pusat kota. Persis seperti di Indonesia. Bedanya disana lebih rapi walaupun gak rapi-rapi amat. Harga barangpun relatif bersaing. Karena saya tidak bekal banyak uang, saya tidak beli apa-apa di pasar kaget itu. Hanya menikmati hari terakhir disana. Aalst indah, apalagi Brussels dan Bruges ya? Jadi ingin kesini lagi. 

Jam 10 pagi saya dan partner saya tersebut kembali ke hotel karena jadwal berangkat kami ke bandara adalah jam 11 siang. Jadi, kami harus menunggu Ria, sopir hotel, di lobi. Jam 11 kurang, Ria sudah datang dan kami berangkat. Saya menarik nafas panjang. Kapan saya bisa kembali kesini? Pasti nanti ada waktunya, bersama orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. 

Cerita kocak tak berhenti di Aalst malah berlanjut di Brussels. Di bandara saya merasa kehilangan dompet saya..


Read More

Thursday, January 1, 2015

Ceritanya Tahun Baru

Tanggal 31 Desember 2014 berlalu seperti biasanya dengan kegiatan seperti biasa. Saya masuk kantor dan mengerjakan banyak hal. Eh tapi ada beberapa yang cukup diluar kebiasaan. Hari ini salah satu teman kantor saya memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Tidak ada lagi yang saya riweuhin mintain tolong ini itu, nanya ini dimana dan itu dimana, minta pendapat tentang hal ini atau itu. Saya merepotkan dia dengan banyak hal dan orang itu selalu sabar menghadapi saya. Saya sendiri juga heran mengapa saya selalu menyebalkan seperti ini. Hufft. 

Sedih-sedihan mewarnai hari itu. Satu persatu orang pergi. Satu persatu zona yang sudah nyaman bergerak ke tidak nyaman lagi. Ah, lagi-lagi kubilang, aku benci dekat dengan orang lain. Aku benci perpisahan. Tapi apa mau dikata, kedekatan tak bisa dielakkan. Semua selalu seperti itu. 

Di malam tahun baru itu ada yang tak biasa dalam hidup saya. Biasanya, di malam tahun baru saya tinggal di rumah dan tidur. Tapi malam tadi saya bergabung di hiruk pikuk keramaian tahun baru di Bandung. Mulai dari mesjid agung hingga ke Gasibu. Sungguh, saya sangat menikmati keramaian di mesjid agung, tapi sebaliknya dengan gasibu. Saya mengantuk, terlalu ribut dan ternyata begitu saja toh yang namanya pesta kembang api? Bagus sih.

Para penonton kembang api sibuk berfoto dan memoto kembang api. Dentuman kembang api paling keras disambut dengan suara takjub penonton. Percikan warna warni kembang api, disambut blitz maupun ponsel para penonton. 

Saya masih gagal paham indahnya kembang api. Bagaimana sesuatu yang indah meninggalkan asap yang mengganggu penciuman? 

Semua hal di dunia memang sepertinya selalu seperti itu. Begitupun dengan perasaan. Begitupun dengan banyak hal yang ada di hidup kita.

Awalnya semua hal serasa bedentuman dalam satu waktu. Membuat terkejut karena mengajak kita menghadapi situasi yang tidak biasa. Saat dentuman itu berlalu, maka percikan api yang diakibatkan banyak hal mulai memancar. Membuat segala hal menjadi indah walau beberapa hal membuat kita terbakar. Lalu, ini yang paling dramatis. Semua keindahan itu hilang dan hanya meninggalkan asap pekat dengan bau terbakar. Walau terkadang butuh waktu, semua hal terasa begitu cepat. Hanya butuh waktu sekejap mendapatkan asap setelah warna warni indah di langit pekat sana. 

Terimakasih 2014. Di tahun ini saya sudah merasakan, menikmati dan menyesap banyak hal baik yang berguna ataupun tidak. Terimakasih Tuhan sudah memberikan banyak hal menarik di tahun itu. Dimana perubahan status dari mahasiswa menjadi mbak-mbak kantoran. Dimana banyak pergolakan terjadi baik yang positif maupun negatif. Dimana kaki ini bisa menjejak belahan bumi nun jauh disana. Dimana orang ini masih merasakan kasih sayang orang-orang yang sayang. Dimana manusia ini lagi-lagi sering patah hati walau sudah terlatih patah hati. Menakjubkan. Tahun ini sungguh menakjubkan. Terimakasih Tuhan. 

Bandung, 1 Januari 2015


Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)