Sunday, August 24, 2014

Enaknya Jadi Recruiter

Recruiter. Panggilan singkat untuk para HR Recruitment Staff di perusahaan saya. Dulu saat masih berkuliah, saya cukup sering menjadi tester alias fasilitator tes psikologi untuk seleksi peserta didik baru di suatu sekolah. Saya pikir pekerjaan saya tidak akan jauh berbeda dengan pengalaman saya terdahulu, nyatanya tidak sepenuhnya betul. Daripada membahas tidak enaknya menjadi recruiter, asyiknya sih membahas yang enak-enak dari posisi ini.

Jadi recruiter itu asyik. Saya jadi banyak tahu perusahaan yang ada di negeri ini. Tentunya dengan spesifikasi produk dan sasaran pasar mereka. Para kandidat dengan senang hati menceritakan perusahaan yang menjadi rumah mereka terdahulu. Saya menikmati berbagai informasi yang saya dapat tentang perusahaan itu. Tentang strategi, konflik, kompensasi bahkan rahasia-rahasia yang dengan tidak sengaja terkuak saat sesi wawancara terjadi. Selain tahu tentang perusahaan, saya juga tahu apa yang para kandidat kerjakan di posisi mereka terdahulu. Intinya, saya jadi tau job description dan job scope seseorang. Bentuk perusahaan yang beraneka ragam melahirkan jobdesc yang beraneka ragam pula. Saya banyak belajar.

Jadi recruiter juga seru. Menemukan banyak manusia dengan segala tingkah khasnya. Saya seringkali tertipu oleh kandidat. Saya sering menemukan kandidat dengan pembawaan kalem, cool dan tenang, nyatanya lebih riak dari ombak lautan. Heboh cyiiiin. Hahaha. Sebagai recruiter, don't ever judge people by their face, attitude and CV. CV sering juga menipu. Jadi, hati-hati dengan 'topeng' seseorang. B-)

Jadi recruiter itu terlatih patah hati. Sering sekali saya mengundang banyak orang untuk ikut psikotes dan wawancara untuk posisi yang mereka lamar tapi mereka tidak datang. Padahal tak jarang satu dari sekian banyak kandidat yang tidak datang adalah mereka yang saya harap bisa menjadi bagian dari perusahaan yang saya tempati ini. Patah hati? Jelas. Tapi tenang saja, jadi recruiter itu pantang patah hati. Satu tak datang, seribu kandidat kami undang kembali. Gitu aja repot.

Jadi recruiter itu tempat berlabuhnya harapan. Hingga saat ini, saya selalu mendapatkan wajah-wajah penuh harap dan ungkapan-ungkapan berupa permohonan untuk dapat diterima dan bekerja mengisi posisi kosong yang kami iklankan. Semua orang yang mengikuti proses seleksi berharap nasib baik menyapa mereka setelah kedatangannya ke tempat ini. Semangat bekerja dan optimisme kandidat itu tak jarang menjadi teguran bagi saya yang masih moody dalam bekerja. Karena recruiter itu tempat berlabuhnya harapan, maka sebagai recruiter saya tidak pantas hilang harapan. 

Oh ya, berkat jadi recruiter, seseorang yang sudah lama hilang saya temukan dalam sekejap mata. Laki-laki yang dulu sering bertingkah aneh saat kami SD muncul dengan surat lamaran dan riwayat hidup lengkap. Saya tidak tahu nama lengkapnya, namun merasa familiar saat membaca berkas itu. Cukup terkaget-kaget saat membaca riwayat pendidikannya. Dia....teman SD saya. Ah Tuhan memang pandai membuat kejadian lucu yang tak terduga. Kenangan demi kenangan lucu saat SD muncul tak terduga. Pertanyaan-pertanyaan tentang kelanjutan hidup lelaki itu terjawab sudah. Padahal belasan tahun sudah tak pernah ada cerita tentang dia. Karena kejadian ini saya tahu nama lengkapnya dan saya tahu ia tidak bisa lolos ke tahapan selanjutnya karena tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan. Profesional. Saya hanya mencoba bekerja sebagai profesional. Kalau tidak jadi recruiter, mungkin saya tidak akan tahu nama lengkap laki-laki itu setelah belasan tahun berlalu.

Ah, tulisan ini terlalu tak jelas ujungnya. Intinya, saya bersyukur masih bisa merasakan potongan berbeda di dalam kehidupan saya, masih bisa menjadi potongan berharga atau tidak berharganya kehidupan seseorang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya, masih bisa belajar bahwa hidup di dunia bukan hanya tentang saya saya dan saya saja.
Read More

Saturday, August 23, 2014

Serba Serbi Pasca S.Psi

Setelah menyandang gelar S.Psi alias sarjana psikologi, hari berlalu dengan cepatnya. Beberapa hari setelah dinyatakan lulus melalui sidang munaqosyah, saya mendapatkan telepon dari salah satu perusahaan garmen yang pasarnya sudah merambah 5 benua. Menarik. Baru lulusa beberapa hari, sudah disodorkan tanggungjawab lain. Sebagai anak mamah dan papah (pake H ya!) yang baik, saya menceritakan itu semua kepada kedua orangtua saya. Ayah langsung menolak. Ibu juga. Saya? Sedih. Hahaha. Menurut saya tawaran itu keren sekali. Tawaran pekerjaan pertama di hari ketiga pasca menyandang gelar sarjana. Akhirnya saya menolak pekerjaan itu. Ada yang menarik dibalik penawaran itu. Sang empu pekerjaan mendapatkan CV saya dari sebuah biro psikologi. Saya pernah melamar menjadi tester alias fasilitator tes psikologi disana. Tidak ada jawaban dari biro itu, jawaban datang dari pihak lain. Kocak. Saya tidak akan pernah menyangka cerita 'hoki' ini akan muncul karena potongan cerita lain yang tak pernah disangka-sangka. Pesan nomor 1: cerita hidup kita itu terkadang seperti efek domino. Salah satu kisah bisa mengubah kisah lain setelahnya. 

Pasca penolakan, saya iseng-iseng mengikuti banyak jobfair di Bandung. Berbagai jobfair saya coba. Berbagai situs untuk job hunter saya buat akun disana. Saya ingin bekerja. Mimpi untuk melanjutkan kuliah ditunda dulu karena satu dan lain hal. 

Sebulan setelah lulus, panggilan interview dan psikotes berdatangan. Uniknya, tidak ada satu panggilanpun yang berasal dari jobfair. Tapi saya tetap rajin mengunjungi jobfair karena mendapatkan banyak item gratisan yang kalau dihitung-hitung lebih dari tiket masuk jobfair yang saya beli. Hahaha. Gretongan lovers. Pesan nomor 2: dimanapun Anda berada, manfaatkan kesempatan dan cari item gratisan. :-D

Bulan berganti bulan. Saya belum mendapatkan pekerjaan. Sebetulnya saya tidak sepenuhnya menjadi pengangguran. Di bulan pertama dan kedua setelah lulus, saya menyibukkan diri sebagai salah satu freelancer di perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Kerjaan saya tentu saja bertolak belakang jauuuuuuuh sekali dari disiplin ilmu yang saya tekuni. Cari pengalaman saja lah. Bulan ketiga dan keempat saya ikut penelitian dari sebuah LSM dan juga penelitian yang diadakan pihak kampus. Sebagai seorang freelancer, tentu saja saya masih bolak-balik kampus. Padahal teman-teman seangkatan sudah malu sampai mampus kalau ke kampus. Saya sih cuek saja, saya lupa saya masih punya malu atau tidak. Hahaha. Karena saya sering ke kampus itulah, saya mendapatkan informasi tentang proyek penelitian dari kampus ini. Dengan PD tingkat dewa saya menawarkan diri ikut serta dalam penelitian itu langsung ke koordinator enumerator. Taraaa, diterima :-) Pesan nomor 3: bergerak itu kebutuhan, bukan kewajiban.

Proyek penelitian selesai, kerjaan sebagai freelancer mulai muncul tenggelam. Saya menebar pesona melalui CV yang cukup menarik hati (setidaknya menurut saya). Saya rajin ikut jobfair kembali, bersama seorang teman yang juga aktivis jobfair. Lagi, tak pernah ada tanggapan positif dari begitu banyak perusahaan yang saya lamar. Bagaimana nasib saya yang belum dilamar? *apaini!!!!

Saya menghabiskan hari dengan mengajar di sekolah dekat rumah dan mengikuti aktivitas sosial dari komunitas yang saya ikuti dengan teman-teman seangkatan. Bulan keempat adalah bulan dimana saya sangat sering meminta uang untuk bepergian kepada Ibu. Ibu saya komplain. Pengeluaran saya selama mahasiswa lebih sedikit daripada setelah tidak menyandang gelar kehormatan itu lagi. Akhirnya saya mengurangi aktivitas keluar dan kembali aktif menjadi aktivis pesbuk, blog, twitter dan sosial media lainnya. 

Tiba-tiba seorang kakak tingkat saya mengirimkan informasi tentang lowongan kerja di suatu tempat yang entah ada dimana. Salah satu syaratnya bisa berbahasa inggris secara aktif. Alamak, saya sadar diri. Saya putuskan untuk tidak melamar kerja disana. Iklan itu berlalu. Saya tidak mau tahu. Kakak tingkat itu mengirim pesan singkat melalui pesbuk. Ia minta CV. Saya berikan CV ketje yang menurut saya memesona tadi. Urusan diterima atau tidak, urusan belakangan. 

Hari minggu saya menghabiskan waktu bersama teman-teman dengan jalan-jalan ke puncak gunung Rakutak. Perjalanan itu sukses membuat saya tidak bisa berjalan seperti orang normal pada umumnya. Persis seperti anak lelaki yang baru disunat. Senin pagi saya mendapat telepon dari seorang wanita, katanya saya diundang ikut psikotes dan interview di Bekasi. Saya bilang saya akan datang kesana. Orangtua saya sedang pergi ke luar kota untuk sebuah acara. Saya mengirimkan pesan ke Ayah. Meminta izin dengan bahasa yang tidak bisa dibalas tidak olehnya. Dengan kondisi kaki pengkor tak normal, saya pergi ke Bekasi. Dengan uang sisa proyek penelitian saya nekat pergi. Bekasi kota dimana teman-teman saya yang baik hatinya bertebaran disana.

Di perjalanan menuju Bekasi, ada telepon dari nomor kantor. Saya angkat telepon itu dengan malas-malas-merpati. Ternyata itu adalah undangan untuk ikut interview dari CV yang saya titipkan lewat kakak kelas saya. Singkat cerita, saya putuskan untuk tidak melanjutkan proses seleksi di Bekasi (padahal tinggal interview user) dan menerima pekerjaan di perusahaan yang menelepon saya di angkot tadi. Banyak kekurangan perusahaan ini, tapi selama saya bekerja disini (baru saja satu bulan lebih 2 hari), saya merasa tempat ini cukup tepat untuk membuat saya berkembang dan teraktualisasi. 

Pesan nomor terakhir: Tuhan tidak bermain dadu. Bila tidak diterima di sebuah perusahaan atau terpaksa menolak pekerjaan karena orangtua tidak mengizinkan,  bukan berarti harapan kita harus terputus saat itu juga. 

Setelah hampir 5 bulan setelah Februari 2014 melanglang buana (ceileh bahasanya) mencoba berbagai kesempatan yang bisa dicoba, akhirnya saya sah menjadi karyawan swasta di salah satu perusahaan di Bandung. Semoga dimanapun kita ditempatkan kita bisa berkembang dengan maksimal. 


Cheers.
Read More

Friday, August 8, 2014

Kepala

Bagian penting dari tubuh manusia itu bernama kepala. Tempat dimana muka berada, salah satu bagian yang bisa membuat manusia lain tergila-gila, bagian yang membuat banyak orang berusaha menjadi tambah rupawan, bagian yang membuat banyak manusia hilang kepercayaan terhadap diri dan kemampuan. Kepala juga tempat dimana otak bersembunyi. Bagian organ vital manusia yang bekerja tanpa henti. Memroses segala informasi dari kanan dan kiri, depan dan belakang, dan kabar-kabar lain dari semua penjuru negeri. 

Kepala. Bagian ini bisa membuat manusia menjadi makhluk paling bejat seantero alam, namun juga bisa membuat manusia menjadi makhluk paling bijaksana se-alam raya. Bagian yang bisa membayangkan masa depan, masa dimana tak ada satu orang pun yang bisa memastikannya. Kepala, tempat dimana bayang-bayang orang kesayangan bisa bertengger tak tahu masa, tempat dimana hati berpindah dan membuat buntu segala perhitungan logika. 
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)