Friday, April 27, 2012

KAYAK ANGKOT

Tadi siang, ditengah angin sepoi-sepoi yang melambai-lambai nyiur di pantai, eh maksudnya di mushola kampus tumpangan yang indah memesona, gue chit-chat dengan dua orang teman yang kebetulan ada jadwal kuliah yang sama jam 4 sore yang notabene masih 2 jam lagi.

Gak ada yang spesial sih dari chit-chat kita siang itu. Tapi gara-gara secuil kalimat yang gue abadikan di twitter saat perjalanan menuju kampus tadi pagi, kita kompak senyum-senyum dan mengangguk-ngangguk lalu bernyanyi trilili..lili..lili..lili... 

Kalimatnya singkat --> Cinta itu kayak angkot :)

Sebenarnya bukan angkotnya sih, tapi lebih tepatnya supir angkot dan penumpang angkot. Bingung ya? orait, gue jelaskan.

Gini, Cinta itu kayak supir angkot. Ada yang ngetem lamaaaaaaaa sekali, ngumpulin penumpang sampai penuh tak bersisa ruangan sedikitpun, kemudian baru menuju tempat tujuan. Padahal tak jarang penumpang yang sampai akhir perjalanan hanya satu orang saja. Seperti halnya cinta. Banyak orang lama berhenti di satu masa, sibuk memenuhi hati dengan banyak "stok" untuk dipilih kemudian hari, padahal hanya satu orang saja yang pastinya nanti akan berakhir menemaninya di pelaminan dan seumur hidupnya :)

Sebaliknya, ada saja supir angkot yang tetap narik tanpa ngetem sedikitpun. Ada atau tidak penumpang, dia tetap maju terus pantang mundur. Mungkin ini bisa jadi analogi orang-orang yang masa bodoh ada orang yang suka sama dia atau tidak. Yang jelas, ia harus terus maju dengan atau tanpa orang tersayang yang memenuhi kebutuhan disayang dan dicintainya.



Ada lagi tipe supir angkot yang berupa perpaduan antara kedua tipe sebelumnya. Jalan terus dan sering ngetem. Entah bagaimana pendiriannya, terlalu rumit dipahami. Dan jangan tanya gue tentang tipe supir aneh bin ajaib seperti ini :P

Cinta itu kayak penumpang angkot. Ada yang suka naik angkot yang ngetem dan ada yang sengaja jalan dulu untuk naik angkot yang tidak ngetem. Bahkan, ada penumpang yang inginnya naik angkot yang satu, malah keburu ditinggal pergi dan dengan berat hati menumpang angkot yang lain dengan jurusan yang sama. Untuk tipe penumpang angkot, ya..tak jauh beda lah ya sama supirnya. Terjemahkan saja sendiri, gak akan masuk penjara kok :)

Pecinta itu terkadang seperti supir angkot. Kalau ongkos yang diberikan kurang, selalu menagih dan bila kelebihan diam saja kemudian ngeloyor pergi. Sama seperti pecinta. Jika cinta yang ia dapatkan rasanya kurang, pasti mengomel tak tentu arah, siap memarahi pasangan dengan kalimat sakti "Kamu gak pernah ngerti aku". Tapi kalau cinta yang didapat berlebihan, mereka diam dan tak jarang pergi meninggalkan. 



Ah, cinta. Lucu-lucu gak lucu. Unik-unik gak asik. Apapun itu, rasanya terlalu mengundang senyuman nyinyir bila disamakan dengan supir angkot, penumpang dan bahkan angkotnya sendiri. Biarlah cinta tetap menjadi cinta. Intervensinya cukup karena Tuhan saja. Bukan karena ingin terlihat laku lalu mengumpulkan stok sebanyak-banyaknya. Bukan karena ingin terlihat memesona, lalu mati-matian mengejar cinta yang kita harapkan ada (walaupun ternyata antara ada dan tiada). Cukup karena Tuhan dan untuk menyempurnakan ibadah pada Tuhan. Semoga cinta dan cita kita hanya karena-Nya. Amin.
Read More

Monday, April 23, 2012

BOHONG

Bohong itu gak enak ya?

Bikin deg-deg-an, bikin merasa bersalah. Bikin dimana-mana serba tersudutkan. Satu kali bohong, dua tiga kali bohong siap menanti. Itu sebabnya hidung Pinokio tak pernah memendek, malah sebaliknya.

Kali ini, rasanya gue benar-benar kapok bolos kuliah. Semester ini, semester pertama dan terakhir (amin) gue bolos kuliah hanya untuk jalan-jalan sama teman. Bukan jalan ke mall sih, tadabbur alam lebih tepatnya, tapi di waktu yang tak tepat.



Ya ya ya, bohong itu rasanya tak pernah baik, walau niatnya luar biasa mulia. Tetap saja, sekali bohong, tetap bohong, apapun alasannya.

Efek jangka pendek dari berbohong itu hanya rasa bersalah, tapi efek jangka panjang dan abadinya, luar biasa membebani sang pelaku kebohongan. Mulai dari hilang kepercayaan dari orang lain sampai masuk neraka.

Aku selalu benci bila dibohongi, tapi aku masih tetap berbohong. Naif. Munafik.

Tuhan, serius, aku tak pernah ingin lagi berbohong. Bantu aku ya?
Read More

Wednesday, April 18, 2012

Seem like a game

THis is my first englih post. I never think that i can write it even just one post. I think, it so difficult and i can express what i felt as detail if i write it ini my mother language (Bahasa Indonesia). So, what topic that i can discuss it to night?

An extreme topic which always hang around in my own mind, a death.

If i could take a perspective about life, i see a life is just like a games. At least, life is seems like The Sim' Game. I awake in the morning, doing many routines, going to campus, back to home in the night, arrive safely (alhamdulillah), and then, sleep tight. 

So, how about death? is it like a game? Sometimes, it is yes and sometimes it's not.

Death is like shock therapy. It's perfectly specialist of trigger of an awkward moment, sad episode, and also unbeliveable fact. 



Imagine, when lose someone you love him so much, can you feel that he/she always around you for a weeks or a months? 

It is like a game without extra life or blood. It isn't because we never can't replay our life. 

A call a death as an extreme topic, because every time i think about a death, i just can let many tears from my eyes. I haven't do anything useful while my life and it's so hurt and painful :(

finally, our life and death, is just a simple thing for God to finish or begin it. With life and death, He show his power and authority as God of this universe. Thank's God, you are not a player of the game but the creator of these all. Thank's for being a awesome God for me :)


Read More

STATUS

Hari ini sebenarnya hari yang kurang tepat untuk bahas masalah status. Hari ini kakak dari emak gue meninggal, tepatnya sih kemarin sore. Tapi dikuburkan hari ini dekat rumah gue. Ya, ada penguburan berarti ada kumpul keluarga dan kerabat yang sedang berduka. Dan dengan demikian akan banyak juga pertanyaan ataupun doa yang sama sekali tak cocok dengan alasan mengapa mereka berkumpul dan berduka disini.

Di satu sisi, gue seneng sih bisa ketemu sanak saudara yang oke dan keren. Di sisi lain, gue harus berusaha menampakkan ekspresi sebiasa mungkin saat ada celetukan atau pertanyaan bernada gurauan tentang kapan status lajang akan berakhir.


Kalau gue harus jawab semua itu dengan jujur, gue juga mau nikah cepat. Tapi minimal 2 tahun lagi. Heloooo, umur gue masih 22! masih muda, men! sarjana aja belom >,<

Santai aja napa sih? Gue mau kok nikah. Tapi nanti. Bukan sekarang. Di-cie-cie-in dikit aja gue udah ilfil, apalagi ditanya-tanya kapan kawin! argh, urusan ini urusan kapiran!

Well, lanjut ke pembahasan status. Kata sesepuh di keluarga besar gue yang kebetulan udah lulus s3 dan mengaku pembelajar sejati, anak Psikologi itu susah nikahnya, lama. Katanya, karena mempelajari ilmunya jadi banyak pertimbangan. 

Apakah itu benar?

Entahlah, kalau kata gue sih, emang belum jodohnya aja kali. Lagian, ngapain juga mikirin orang lain kapan nikah? mereka nikah dan gak nikah (bisa jadi belum mau menikah) kan urusan mereka sendiri. 

Rasanya, salah satu alasan kenapa gue kembali ambisius pengen kuliah di luar negeri itu ya masalah ini. Pengen bebas dari pertanyaan-pertanyaan yang bikin gue senyum setengah bibir. Ya, walaupun bakalan tetap ditanya lewat komunikasi cara lain, tapi setidaknya gak face to face. Pengen ngerasain enaknya kondisi yang gue nikmatin tanpa intervensi apapun. Satu lagi sih, gue gak mau kalau nikah hanya karena umur yang makin lama makin bertambah, bukan karena cinta, bukan karena keinginan diri sendiri.



Intinya, target gue sih (ini sudah program percepatan), usia 24 tahun a.k.a 2 tahun lagi. Gue juga punya mimpi kok tentang hal itu, tentang bagaimana belajar "rasa" dengan partner hidup selamanya. Gue juga punya rencana-rencana konyol yang entah terlaksana atau tidak jika nanti sudah berdua. Gue juga punya harapan baik gimana calon suami gue nantinya.Singkatnya, gue masih normal, masih ingin hidup berumah tangga, masih tertarik dengan lawan jenis, masih punya hasrat biologis. Jadi please, jangan tanya apapun tentang ini. This is my privacy. 

Status oh status, kata siapa sih diatas 20 tahun harus udah nikah? tugas perkembangan? di update dong milestone tugas perkembangannya! rata-rata sekarang keinginan menikah itu jadi molor 25 tahun bukan 20 tahun, apalagi lulus SD, yaaa walaupun memang masih ada sih :(

Pliiiiss, jangan siksa gue dengan pertanyaan "Kapan nikah?"

Kalau gue tahu pasti kapan gue nikah, pasti gue jawab dengan tersenyum manis. Toh, masih hidup esok hari saja harus sudah bersyukur!
Read More

Wednesday, April 11, 2012

PILIHAN

"Apakah hidup ini soal pilihan? Karena jika hidup hanya sebatas soal pilihan, bagaimana caranya kau akan melanjutkan hidupmu, jika ternyata kau adalah pilihan kedua atau berikutnya bagi orang pilihan pertamamu."

Pilihan. Selalu sulit menyatakan kau memilih A atau B, C atau Z, bahkan memilih untuk menulis disini atau tidak sebenarnya perlu waktu yang relatif panjang.

Aku tak begitu mengerti tentang pilihan. Yang aku tahu, saat orang memilih, artinya ia sudah kebal dan siap menerima dampak yang selanjutnya akan muncul. 

Aku tak begitu yakin dengan pilihan yang telah kupilih, karena kutahu, suatu saat, pilihan ini akan berada pada posisi yang tak pantas untuk dipilih.



Kembali ke kalimat pembukaan tulisan ini. Memilih orang lain menjadi pilihan pertama tak selalu berbuah sebaliknya. 

Apalah kewajiban mereka untuk memilih kita menjadi yang pertama dalam pilihannya? Bukankah mereka juga punya hak memilih orang lain menjadi pilihan pertama saat kita memilih mereka menjadi yang pertama?

Ah, pilihan rasanya seperti cinta. Persoalan kapiran yang tak habis dibicarakan. Persoalan penting-penting-tidak yang tak habis diceritakan. Persoalan yang tak pernah lekang di telan waktu yang katanya mempunyai tugas menyembuhkan.

Lagi-lagi tentang pilihan. Baru-baru ini aku mengambil sebuah pilihan yang menurutku cukup sulit kulakukan. Aku memilih untuk menjauhkan diri dari berbagai interaksi dengan lawan jenis yang bersifat intens.

Kenapa?

Entah, aku juga tak tahu kenapa. Yang jelas, saat itu, pilihan itulah yang kupilih. 

Bila bicara alasan normatif, bisa saja aku memberi alasan karena memang tak seharusnya begitu dan aku tak ingin suamiku tak seperti itu. Aku terlalu yakin pada janji bijak "yang baik untuk yang baik, dan sebaliknya"

Dan aku belum baik.
Ah, sudahlah, lupakan masalah itu. Kembali pada topik tentang pilihan.


Memilih hampir selalu kurang menyenangkan. Tapi memilih yang kita sukai itu menyenangkan :)

Masalahnya, apakah mereka juga akan memilihmu? ah, lagi-lagi tak pernah jelas jawabnya. Jika mungkin memilih, jadi pilihan keberapakah dirimu? 

Ya, ya, ya.. aku tahu, kelanjutan dari tulisan ini sudah dapat diprediksi lagi. Rasanya hanya keikhlasan dan kelapangan dada saja yang bisa menerima semua kenyataan. 

Biasanya, kau akan berkata lirih, "Biarlah, toh cinta tak harus selamanya memiliki"

Memilih, dipilih, tak ada bedanya, sama-sama persoalan kapiran.  
Read More

Friday, April 6, 2012

GARA-GARA KANCIL

Si Kancil anak nakal,
Suka mencuri ketimun,
Ayo lekas dikurung,
jangan diberi ampun,

Sekilas rasanya tak ada yang menarik dan aneh dari rangkaian baut i lagu si Kancil ini.  Tapi tiba-tiba terlintas di kepala gue pikiran yang tak lazim.



"anak nakal --> dikurung"

Wah, rasanya gue tau kenapa akhir-akhir ini anak-anak nakal ramai-ramai dikurung orang tuanya. Pasti orang tuanya terinspirasi dari lagu si Kancil.

Kayaknya sih gitu. Hehe.


Selesai
Read More

Thursday, April 5, 2012

ANGKOT DE TELENOVELA

Akhirnya, gue menemukan satu tempat dimana banyak sekali hiburan dan cerita bisa gue dapatkan dengan singkat. Hampir separuh waktu hidup gue, gue habiskan di sebuah angkutan umum bernama angkot. Maklum, boi, Trans Metro Bandung belum bisa se-hebat Trans Jakarta yang bisa merangsek hingga bagian terujung dari Jakarta. 

Menurut gue, angkot itu tak jauh berbeda dari kumpulan episode telenovela yang dituturkan seperti seseorang sedang mendongeng. Misalnya, suatu hari supir angkot yang gue tumpangi bercerita tentang prahara rumah tangganya. Memang sepertinya gampang saja bercerita, tapi apakah ia tak malu? itu kan masalah keluarganya? aib, bukan? kenapa diumbar dnegan mudahnya hanya karena berlandaskan kalimat "kita semua dalam satu angkot itu tak saling mengenal satu sama lain" ? Ah, orang dewasa memang sulit dimengerti!


Di angkot, orang dengan mudahnya bertegur sapa hanya karena bayi mungil babling mencari perhatian. Di angkot, orang dengan mudahnya bersekongkol mengomeli pak supir yang jalannya ugal-ugalan. Di angkot, orang dengan mudahnya tidur menikmati perjalanan seperti yang sering gue lakukan. 

Ya, angkot bak sepotong kehidupan manusia yang terkotakkan dan hanya bisa berisi 12 orang. Angkot miniatur kehidupan dengan sample yang benar-benar random. Kisah dalam angkot, tak ubahnya kisah-kisah telenovela yang kadang memesona dan kadang mengundang murka.

Angkot, setting kecil dimana Tuhan menunjukkan eksistensinya dengan skenario-skenario yang dibawa oleh setiap orang yang menumpang bersama.
Read More

KATEGORIAL

Entah dari kapan, gue sangat ingin sekali menulis postingan ini.Ada beberapa kategori tukang ojeg dan tukang becak yang gue tahu hingga saat ini. Oh ya, kategori-kategori ini murni subjektifitas ya. Jadi jangan diambil pusing :)

Golongan pertama, adalah tukang becak dan tukang ojeg yang baik. Baik disini berarti dia tidak banyak bicara ngalor ngidul dan tak banyak bertanya ngalor ngidul. Menurut gue, kenikmatan perjalanan itu saat gue bisa diam tak banyak bicara dan menikmati setiap detik perjalanan gue tanpa diganggu, termasuk sang pengarah perjalanan alias tukang ojeg dan tukang becak. Serius, gue kurang suka ngobrol dengan orang asing di perjalanan, kecuali gue yang mulai :)


Golongan kedua, golongan sok asik. Golongan ini dipenuhi dengan tukang ojeg dan tukang becak yang gaul teknologi alias melek teknologi, tapi sayangnya merugikan penumpang dan pengguna jasa. Pasalnya, suatu hari gue pernah naik sebuah becak yang pengemudinya sedang asik bluetooth-an dan becak yang gue tumpangi hampir nyusruk di selokan pinggir jalan. Benar-benar sesuatu. 

Lain tukang becak, lain pula tukang ojeg. Motor yang gue tumpangi tiba-tiba goal-geol tak jelas arahnya karena sang pengemudi sibuk sms-an. Oh my lady, kalau misalkan mereka kehilangan kontrol laju kendaraannya, bisa-bisa gue gak bisa "melahirkan" tulisan ini. Golongan sok asik yang gak asik.


Golongan terakhir adalah golongan kepo. Ciri-ciri mereka sangat jelas dari namanya, yang kalau kata bahasanya buyutnya buyut gue itu "want to know only" :D

Segala hal ditanyain, mulai dari kuliah dimana sampai bayar kuliahnya berapa persemester. Mulai dari alamat rumah sampai ngobrol-ngobrol gak penting. Tak lupa dilengkapi dengan kepulan-kepulan asap rokok yang menurut mereka keren tapi sama sekali gak keren sedikitpun menurut gue. Alamak, habis lah waktuku menikmati alam hanya untuk meladeni pertanyaan yang membuat rasa tak nyaman benar-benar menyeruak.

Tapi, dimanapun golongan mereka berada, tanpa tukang ojeg dan tukang becak, mungkin kaki gue membengkak sebesar kaki pemain bola. Pasalnya, hingga kini, karena merekalah proses pulang ke rumah gue menjadi lancar, aman dan sampai ke tujuan. 



Read More

LENGKAP ITU TERASA DI SETIAP DETIK


Komunikasi itu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Bisa satu arah ataupun dua arah. Masalah terjadi bila komunikasi yang tadinya ditujukan untuk komunikasi dua arah, ternyata bertepuk sebelah tangan karena berbagai hal, salah satunya karena jaringan kurang bisa diandalkan. Dan gue adalah salah satu “korban” miskomunikasi sebagai tumbal dari jeleknya jaringan.

Suatu hari, gue jadi panitia acara yang lumayan besar dan prestisius. Seperti selalu, dimana ada kepanitiaan, pasti ada koordinasi antar panitia. Disinilah kisah gue dimulai. 



Percekcokan bermunculan hanya karena SMS “penting!” tak terbalas. Kenapa gue katakan SMS “penting!”? karena diakhir pesan selalu tertulis kata “Penting!” Padahal rasanya semua SMS “penting!” itu sudah terbalas, tapi ternyata semua jawaban tersangkut di outbox.

Lain SMS, lain pula telepon. Mayoritas rekan kerja gue mengeluh handphone gue susah dihubungi. Padahal gadget itu selalu on tanpa pernah off selama masa koordinasi yang kacau balau itu.

Cyber meeting, gagal. Lagi-lagi karena jaringan. Mengharap akses kilat Internet, blogging, BBM, FB, bahkan twiter saja seperti mengharap hujan di gurun Sahara. Ah, semua kemajuan teknologi tak bisa terasa sedikitpun bila jaringan mulai bermasalah.

Dari berbagai pengalaman kurang mengenakkan itu, komunikasi yang bisa membuat gue benar-benar berkomunikasi dimanapun gue berada adalah komunikasi yang terasa di setiap detik selama 24 jam dalam 7 hari setiap minggunya. Komunikasi bebas seharian itu komunikasi yang bisa diakses sesuka hati dan bebas dari kendala yang mengakibatkan miskomunikasi.

Masih sulit berkomunikasi bebas seharian? Kayaknya lo harus berpikir cepat untuk mencari provider yang menawarkan kelebihan itu, siapa lagi kalau bukan Indosat :)


Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)