Friday, February 17, 2012

TERKAIT

Beberapa hari yang lalu, aku menulis tentang bulan ini. Bulan yang ter-ter-ter entah ter apa. Dan lucunya, semua itu rasanya bukan kebetulan semata. Bulan ini aku kehilangan sahabatku. Sahabat jauh yang baru kuakui sebagai sahabat karena ia yang mulai mengakuinya di akhir hidupnya. Haha, lucu ya? sangat lucu sekali. Sampai aku tak bisa berhenti tersenyum sambil menangis. 

Baru kali ini rasanya jerih melihat profil social network seseorang yang telah tiada. Tolong jangan tanya kenapa, karena aku tak tahu dengan pasti apa sebabnya.

Hem..berkali-kali kucoba tahan sesak di tenggorokan karena ingin menangis dan berteriak. tapi lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum sambil menangis. Senyum yang jerih. Senyum yang akan jadi alat untuk mengikhlaskan semua ini sebelum diikhlaskan.

Ah, aku tak suka kata sabar dan kini bertambah menjadi tak suka kata tabah. Mungkin kata ikhlas lebih baik, meskipun sama-sama abstrak. Sama-sama absurd. Sama-sama tak ingin kuucapkan untuk orang lain.

Kau tahu, daripada aku mendengar kata sabar, tabah atau mungkin kata ikhlas, aku lebih suka mendengar kata hiburan seperti "semangat" "bangkit" "fighting" atau apapun yang membuatku tak bersahabat dengan derita yang kurasa. Tapi sekarang, rasanya sudah cukup menentang semua. 


Aku tak suka sabar, karena aku tahu aku tak bisa sabar dan sikapku yang demikian tak mencerminkan rasa sabar walaupun aku sendiri merasa aku sudah bersabar. Haaahh..sabar..kumenghela nafas panjang-panjang untuk memaknainya walau tetap tak termaknai. Ya ya ya..kata bukan terkait makna saja, karena banyak makna yang terkait dalam satu kata. 

Kau tahu, aku rasa kejadian kemarin dan tulisanku sekarang memang menguntai satu keterkaitan yang aku sendiri sadar tapi sulit untuk menjamahnya. 

Keterkaitan yang absurd tapi nyata. Keterkaitan yang membuatku bertanya mengapa dan mengapa. Keterkaitan yang membuatku mengangguk saat beberapa pertanyaan terjawab dengan sendirinya. Keterkaitan yang masih berkaitan dengan kejadian sebelum dan sesudahnya. 

Ah, rasanya Carl Gustav Jung dengan teorinya tentang keterkaitan keadaan sekarang dengan sebelum dan sesudahnya itu benar adanya. 

Aku tak tahu apa arti keterkaitan ini. keterkaitan yang tak ubahnya gelombang di lautan lepas sana. Pasang surut tiada henti. mendekat ke daratan lalu menjauh. menggulung lalu terpecah. 

Yang jelas aku percaya. Semua keterkaitan ini pasti tertuju pada maksud yang lebih dalam lagi daripada ini semua. Sang pengait cerita itu Maha Tahu apa yang terbaik untuk desain kehidupan seseorang. Terkait, dikaitkan, berkaitan. Kait. K-A-I-T.
Read More

Damai kau bersama-Nya

Hey, kau yang seharusnya hari ini berjamaah di masjid terdekt disana. Bagaimana kabarmu? Tuhan pasti sedang senang ya, hamba baik nan sabarnya datang kesana menemui Nya.

Titipkan rasa terimakasihku untuk Nya, ya far?

Terimakasih banyak telah mengirimkan sosok baik sepertimu ke duniaku. Padahal caranya sangat-sangat aneh. Sangat singkat. Sangat tak terprediksi. Tapi meninggalkan kenangan yang membuatku hampir selalu menangis karenanya.

Hey, far.
Kau bilang cowok bule itu bau ya? hem, aku pilih bule yang rajin mandi kalau begitu :D

Entah kenapa, aku jadi semakin ingin ke negeri kangguru yang ada makhluk bernama koala sepertimu :D
Haha, obsesiku dan melati itu mungkin terlalu bodoh. Tapi aku heran, kau yakin sekali dan selalu mengatakan "Jadi pemimpi itu harus berani!"

Jujur, dulu aku pernah berpikir, rasanya kau saja yg harus pergi dari kehidupan melati dan nadien, supaya tak ada yang tersakiti. Tapi itu dulu, far. Sungguh. Demi apapun. Aku tak pernah ingin kau pergi tanpa bisa kembali lagi.

Far, andai doraemon itu nyata, aku mau pinjam laci lorong waktu supaya saat kau yang masih bandung setelah menemui melati beberapa bulan yang lalu itu bisa kutemui.

Oh ya, bagaimana rasanya tanah di Meulborne, far? lebih nyaman ya?



Semoga kau damai disana..damai bersama Nya.

Beruntung ya, kau dulu sering bertanya dan membaca solat-solat sunnah yang ada. Semoga itu semua benar-benar menjadi penolongmu disana.

Suatu saat, aku dan melati akan ke Meulborne. Menemui kau disana. Menabur bunga di persinggahan terakhirmu. Membaca doa dan bercerita pada disana tentang berbagai hal seperti biasanya.

Far, beberapa hari sebelum kau pergi. Entah kenapa aku selalu menunggu kabarmu, kabar melati, kabar tentang pernikahan yang akhirnya batal itu. Tapi aku bingung. Takut salah kata dan salah makna. Jadi kuurungkan niatku bertanya padamu.Bodoh ya? padahal bila saja aku bertanya, kau pasti dengan senang hati menjawab dengan senang hati tanpa melupakan panggilan "alien pluto"

Aku tak pernah marah loh dengan panggilan aneh itu. Aku memang aneh, tapi kau lebih aneh karena mau berteman dengan orang aneh. haha

Far, aku tak pernah menyangka kalau status "malam terakhir di bandung" benar-benar malam terakhirmu untuk selamanya. Ah, far..andai kau tak bicara demikian, apakah benar itu malam terakhirmu?

Apapun akhirnya, yang terpenting saat terakhirmu kau bebas dari jeratan kabel yang tak terlihat itu, bukan? Sampaikan salam sayangku pada Tuhan. Aku sangat ingin ke syurga Nya. Semoga Ia berkenan memasukkan aku kesana.

Koala, damailah kau bersama Nya. Ia sebaik-baik penjaga karena Ia yang menciptakan dan menjaga segalanya yang ada di dunia. Eh, apa kau disana juga sholat jum'at? Sampaikan salam pada malaikat terganteng disana ya? :D

Kalau kau disana bertemu kakek dan nenekku, sampaikan salamku pada mereka, ya? aku sayang kalian semua. Aku semakin penasaran kapan waktuku akan tiba.

Sampai jumpa, fardiaz..semoga Allah menerima iman, islam, amalan dan semua kebaikanmu. Semoga Allah mengampuni dan memaafkan kekuranganmu. Cintamu akhirnya kembali pada Sang Pecinta karena memang Dialah pemilik cinta.

Allahummagfirlahu, warhamhu, wa'afihi, wa'fu'anhu.

Rest In Peace Fardiaz Raihan Zachny- 16 Februari 2012 pukul 19.05

nb: far, lagu di blogku gak akan aku ganti :P
Read More

Sunday, February 12, 2012

SAYA, GUE, AKU, ANE..

Beberapa temanku terheran-heran dengan banyaknya penggunaan kata ganti orang pertama di blog ini. Terkadang aku, saya, gue sampai ane (tapi perasaan aku tak pernah meng-ane-kan diri). Tak konsisten. Tak indah. dan tak tak lain yang menurut mereka tak cocok atau apalah komentarnya.

Aku juga bingung mengapa itu terjadi. Hehe

Sungguh, aku hanya mengikuti bagaimana jariku memilih tuts keyboard. Ya, pastinya dengan koordinasi dari otak. Ketika kurasa tulisan ini harus memakai kata "aku" maka kupakai "aku" sejak awal. begitupun dengan saya, gue, dan ane.

Tapi bila itu membuatmu enggan untuk membacanya dan membuat blog ini semakin rancu saja, yasudahlah..tak usah lihat dan kunjungi lagi. Toh aku akan tetap mengisinya jika kumau. Toh ini tetap blogku walau kau mengomel tentang penggunaan kata yang salah atau menurutmu tak tepat. Toh aku juga menerima masukanmu bila kupikir itu cocok denganku. Toh jika kau ingin orang lain menulis seperti apa maumu, kenapa kau tak menulis untuk dirimu?

Yang selalu kupegang, mau itu aku, gue, saya, ane, tak pernah ada kata yang merujuk ke arti yang lainnya. Sama-sama untukku. untuk saya. buat gue. buat ane.

Kalau kau pikir penggunaan "saya" lebih baik daripada yang lainnya, coba kau buat banyak-banyak tulisan penuh dengan kata "saya". begitupun dengan yang lainnya.

Aku selalu heran pada orang yang menganggap penggunaan kata "gue" adalah bagian dari orang-orang yang A-Z. Sudahlah. semakin sebal saja aku membahas tentang keanekaragaman ini. yang jelas lagi-lagi kutekankan, semua AKU, SAYA, GUE, ANE sama-sama kata pengganti orang pertama. Selesai.
Read More

TER-TER-TER

Bulan Februari, eh Pebruari, ah bagaimanapun tulisannya, kau pasti mengerti maksudku adalah bulan kedua dari 12 bulan yang ada. Bulan kedua di tahun ini memberi banyak coretan berharga di hidupku yang berjalan ke usia 22. Ih, tua :D

Terlepas dari betapa tuanya diriku ini, yang jelas bulan ini bulan yang sangat berharga. Bulan dimana aku hampir lebih dari 15 jam memandang monitor yang tak pernah berupa bentuknya. Bulan dimana sms-sms penting yang kukumpulkan raib karena terkantuk-kantuk saat membaca pesan dari seorang teman dan akhirnya tertekan perintah "hapus semua". Bulan dimana aku pertama kalinya ditolak menjadi bagian dari kepanitiaan hanya karena suatu hal yang meurutku tidak esensial.

Ah, bulan ini memang bulan yang ter-ter-ter- ter apa aku tak tahu!

Bulan ini postingan di blogku juga meluap seperti banjir. bagiku, 11 postingan dalam satu bulan itu luar biasa :D ya, walau dengan banyak kekurangan didalamnya, tetap saja. Ini blog-ku. Diari virtualku. Tapi aku sedikit sangsin bila ini disebut diari. Diari menurutku barang pribadi yang sangat banyak tersimpan privasi di dalamnya. Oh ya, aku lupa. Privasi sudah sangat tipis batasannya karena teknologi :D

Ya ya ya..
Bulan ini adalah bulan yang ter-ter-ter-ter entahlah ter apa..


Read More

Tuesday, February 7, 2012

RASANYA TAK PERLU KECEWA

Haha, hari ini menemukan sesuatu yang sejak lama kucari. Sesuatu yang bukan seperti Alhamdulillahnya Syahrini. Sesuatu yang nyatanya tak se-membahagiakan seperti yang aku bayangkan ketika kutemukan. Sesuatu yang,,yaa begitulah. 

aku girang bukan kepalang. Seperti menemukan tumpukan uang. Oh, atau bahkan rasanya seperti menemukan air ketika dunia beranjak siang. Intinya, pada awal kumenemukannya, aku bahagia.

Sayang disayang, semua itu bak tamparan yang nyata. Ada hal lain yang membuatku kecewa. Hal yang tak biasa. Hal yang berharga. Berharga karena sebelumnya tak pernah ada.

Ya, ya..kenapa pula harus kecewa? saat rasa senang dan bahagia hanya karena begitu lama aku mengaharapkan menemukannya. 

Kenapa pula harus kecewa? karena ternyata memang sebenarnya tak pantas kecewa. Bahkan untuk apa berharap pada yang jelas-jelas bisa dengan mudah mengecewakan?

Ya, ya..rasanya tak perlu kecewa. Dan akhirnya aku tersadar, bila kekecewaan dan kebahagiaan itu bak air dan udara, tak jelas batasannya, tak jelas sekatnya, tak jelas berbaliknya. Untuk saat ini, kurasa cukup untuk kecewa. 

Kembali semangat sudah bukan pilihan yang berbanding dua. Mau apalagi? Bisa apalagi? Mari menerima.

Rasanya, tak perlu lagi aku kecewa :D
Read More

Sunday, February 5, 2012

ARTI MENJAUH (Part 2)


Aku tak tahu apakah aku harus menyesal atau bergembira, untuk kedua kali dengan rentang waktu yang begitu panjang, ia kembali mengirimkan sebuah pesan padaku. pesan yang senada dengan pesan sebelumnya. pesan yang bermaksud satu, tentang perasaannya padaku. 

“All I did, just want to know how my feel to you, and now I knew exactly how.. I love you.”

Pesan itu diakhiri dengan kata-kata yang sama, “Tak usah membalas pesan ini, aku hanya ingin kau tahu perasaanku.”

Lagi, setelah semuanya terjadi, ia menghilang bak ditelan bumi. Menjauh perlahan tapi pasti.Meninggalkanku yang masih (lagi-lagi) tergoncang seperti menjadi bagian dari tsunami.

Ah, Tuhan..begitu rumitkah kisahku? ataukah aku yang terlalu membuat ini semua menjadi rumit?

Aku tak pernah berpikir aku akan kehilangan asa bila tanpanya. Aku tak pernah merasa aku akan gagal menghadapi cita hanya karena masalah cinta. Aku tak pernah percaya, bahwa sebenarnya aku juga mempunyai perasaan yang sama. Hatiku membalas semua pesannya sebagaimana pesan yang ia kirimkan padaku walau aku tak pernah membalas pesan-pesan itu. 

Hidupku mulai tak seperti biasa. Bila boleh meminjam kosa kata anak zaman sekarang, mungkin apa yang kurasakan sekarang adalah “kegalauan” yang tak bisa kumengerti sendiri. Cerita mulai mengalir saat temanku terlihat siap mendengarkan semua keluh kesah yang kurasa. Ajaib! ternyata temanku itu sempat mendengarkan ia bercerita tentang alasan kepergiannya.

“Dia terlalu baik buat gue. Gue masih berandal. Gue masih mahasiswa yang hobinya cuma main dan main. Gue emang punya perasaan yang special buat dia dari dulu. Tapi untuk saat ini dia masih sangat terlalu baik buat gue.”


Terlalu baik katanya? Aku? Apa yang baik dariku?

Ah, kawan..
Butuh waktu lebih dari satu purnama untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa itu wujud cintanya padaku. Butuh waktu lebih dari 720 jam untuk percaya bahwa perasaannya bukan hanya ucapan semata. Butuh 30 hari untuk meyakini bahwa anggapan terlalu baiknya bagiku adalah semangat untuknya (dan juga untukku) menjadi lebih baik lagi. Butuh lebih dari puluhan malam untuk kuhabiskan dalam perenungan yang dalam, bahwa cintanya cinta yang berbeda. 

Cinta itu bagiku bukan mendekat, tapi menjauh tanpa sekat. Cinta itu bagiku bukan merapat, tapi melepas layar di malam yang pekat. Cinta itu bagiku bukan melesat dan berapi-api, tapi meredam dan menghilang bak ditelan bumi. Cinta itu arti menjauh. 


-Selesai-
Read More

ARTI MENJAUH (Part 1)

-Cerita ini cerita dari seorang rekan. Rekan yang tak sengaja bercerita tentang kisah manis-pahitnya. Cerita yang berharga, walau mungkin tak berakhir seperti cerita-cerita cinta kebanyakan. Jadi, jangan hanya karena aku menceritakannya disini, lalu semua itu sepertinya aku yang merasakan. Ini hanya aksi plagiasi resmi yang disetujui olehnya. Mohon maaf bila ada kata-kata atau urutan cerita yang ganjil, baru belajar :D-
Selamat membaca

Kawan, bila kau sering mendengar cerita tentang cinta yang berujung pada bersatunya dua sejoli oleh satu landasan yang dikatakan cinta setelah sang pria mengungkapkan perasaanya pada pujaan hatinya, maka disini, dicerita ini, kau akan temukan sebuah kisah yang berbanding terbalik dengan kisah abadi yang sebenarnya tak abadi, kisah Rome-Juliet.

Ini kisahku, kisah dimana aku mendapatkan pencerahan tentang arti cinta yang tak biasa. Cinta yang terasa saat ia menjauh. Cinta yang menjadi tanda tanya setelah ia mengungkapkannya.

Kisah ini berawal dari sebuah bangunan yang disebut sekolah sekitar 8 tahun yang lalu. Saat itu aku tak pernah sadar, ada seorang pemuda pendiam disana yang mengagumiku entah sejak kapan. Pemuda pendiam itu sukses membuat salah seorang sahabatku cinta mati padanya. Setiap langkah kaki pemuda itu, bagaikan rangkaian sugesti dalam hipnotis bagi sahabatku. Setiap senyuman yang tak sengaja yang tersungging dari bibir lelaki itupun bagaikan cahaya aurora di luasnya cakrawala. Ah, pemuda itu terlalu membuat hati sahabatku bertekuk lutut.


Aku tak terlalu peduli apa itu artinya mencintai. Aku tak ingin mengerti apa dampak dari menyukai. Semua itu berubah ketika ia, pemuda itu, pemuda yang disukai sahabatku setengah mati, menyatakan perasaannya padaku.

“Aku hanya ingin kau tahu, aku sayang sama kamu. Tak usah membalas pesan ini. Tak usah dipikirkan. Sekali lagi, aku hanya ingin kamu tahu, aku sayang kamu.”

Kurang lebih, begitu pesan yang ia sampaikan padaku beberapa hari setelah Ujian Nasional di tahun ketigaku duduk di bangku SMP.

Kau tahu, kawan? Pesan itu bak campuran gelegar petir dan sambaran kilat di tengah hari.Semuanya serasa mustahil. Semua seperti hanya mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Ia bukan mimpi buruk itu, tapi perasaannya yang membuat mimpi buruk itu terjadi.

Sebenarnya, bila boleh membalas tepuk, takkan kubiarkan cintanya bertepuk sebelah tangan. Jujur, aku juga menyukainya. Tapi kau tau kan, kawan, sahabatku lebih dari paru-paru dalam tubuhku. Tak layak menyakitinya walau bukan aku yang ingin menyakiti. 

Tak ada alasan untukku membalas pesan singkat yang sebenarnya mendalam itu. Ia menghilang bagaikan ditelan bumi. Tak ada kabar, tanpa alasan.

Hem, sudahlah...yang jelas kenangan itu akan tetap terkenang dan menjadi kenangan yang pantas dikenang.

Empat tahun berlalu begitu saja. Ingatanku tentang kenangan akan dirinya sudah mulai terkikis entah kemana. Kami berpisah. Aku bersekolah disini dan ia entah dimana. Namun takdir mempertemukan kami kembali. Pertemuan yang tampaknya tak pernah kuinginkan, padahal sebenarnya sangat kuharapkan. Pertemuan itu pertemuan aku dan ia setelah terpisah bertahun-tahun lamanya.

Aneh, sungguh aneh. Pertemuan itu berbuah kedekatan antara kami berdua. Kedekatan yang berbeda, kedekatan yang lebih dewasa. Kedekatan yang membuatku merasa nyaman.

Walau demikian, tak lantas kami mengumbar kenangan tentang pesannya bertahun-tahun silam. Kami berbicara, bercanda dan bahkan tertawa untuk berbagai hal, tapi tidak untuk pesan itu. Semua berjalan seperti tak ada hal spesial yang pernah ia katakan sewaktu kami masih berseragam putih-biru. Dan aku merasa nyaman dengan semua itu. 

-bersambung :)
Read More

Thursday, February 2, 2012

MEM-BANDUNG!

Akhirnya, selasa pagi datang. Gue harus siap-siap pulang dan membandung lagi. Oh ya, istilah "membandung" itu sering gue dengar dari orang-orang yang sering berseliweran di facebook, secara gue aktivis fb, jadi harus rajin jadi stalker beberapa teman yang pantas untuk di-stalker-in.

Back to our main topic, pulang ke Bandung. Setelah beberapa jam gue singgah di Bekasi, akhirnya gue harus pulang ke Bandung bareng Yanti. 

Strategi harus gue susun, karena 3 orang sosok menakutkan bisa-bisa menyerang gue dengan omelan-omelan dalam satu waktu. Sosok pertama, sosok bapak-bapak yang meneror gue dengan berkas-berkas yang harus gue siapkan sejak hari Jum'at. Sosok kedua, sosok bapak-bapak tampan yang bijak tapi kalau sedang marah menakutkan na'uzubillah. Sosok ketiga, sosok ibu-ibu yang baik hati tapi kalau marah bisa-bisa bak pecah kongsi antara Amerika dan Uni Soviet. Haaahh, ketiganya sukses bikin gue stress!

Sekitar jam 6 pagi Umi, Ayah dan Jejen mengantar kita ke terminal Cikarang. Bekasi ramai, sebagaimana mestinya kota pusat industri di Jawa Barat. Jarak antara rumah Jejen-terminal memang tidak jauh, tapi terasa agak lebih lama karena kemacetan di jalan raya. Ya ya ya, harus dimaklumi ini pagi hari yang sangat sibuk!

Sampai di terminal, akhirnya gue turun dari mobil, salim ke Ayah ke Umi dan naik bus Primajasa yang berhenti di Leuwi Panjang. Jejen yang sebenarnya sedang sakit, rela mengantar sampai gue + Yanti duduk tenang di kursi baris kedua sebelah kanan. 

Hah, perpisahan yang mengharukan.

Bus berjalan, mengantar gue + Yanti yang masih ngantuk karena merasa kurnag tidur. Well, perjalanan ini sedikit sunyi, karena gue tidur dan Yanti juga tidur. Kita berdua bangun saat ada tukang Donat mampir dan menawarkan dagangannya. Dan tertidur kembali saat ia turun dari bus. Setelah merasa seperti putri tidur yang tertidur karena apel beracun nenek sihir yang jahat, akhirnya kita bangun dan cenghar tanpa ada ciuman dari sang pangeran (garila teuing -_-)

Bangun di tengah perjalanan tak menjadikan suasana menghangat dengan obrolan, mungkin karena capek, gue juga jadi serasa kehabisan energi untuk berkicau kesana kemari. Akhirnya gue + Yanti baca buku yang berbeda selama sisa perjalanan. Tapi sayangnya bakat kebluk gue sudah tertanam dengan kokoh, baru baca 3 lembar, mata gue sudah sayup-sayup tak karuan dan akhirnya tertidur lagi layaknya putri yang nundutan :D

Singkat cerita, kita sampai di Leuwi Panjang. Mata gue masih belum melek sempurna. Kenikmatan tidur serasa tercerabut sekejap mata. Gue turun dengan keadaan antara sadar dan tidak. Disorientas arah, disorientas waktu.Yanti tampak kebingungan ngeliat gue yang kebingungan. Gue pun bingung karena memang sedang bingung, ah membingungkan :(

Dengan segenap kesadaran yang dibantu Yanti, akhirnya gue ngeuh dengan jalan yang harus gue lewati. Gue ke kanan, yanti ke kiri. Gue naik angkot dan Yanti beli manisan, lagi-lagi perpisahan yang kurang berkesan. Kekurangan gue bertambah lagi. Hha

Naik angkot 05 itu agak menakutkan bagi gue. Selain jalannya yang ugal-ugalan, banyak perokok yang bebas merokok disana. GUE BENCI ROKOK!

Dan benar saja, hal tak menyenangkan yang kedua terjadi di angkot yang gue tumpangi. 3 orang sekaligus merokok dalam angkot dan salah satunya adalah bapak-bapak gagah berseragam TNI. Hem, kecewa. Ah, lupakan! Kembali ke topik utama.

Perkiraan gue benar, sosok bapak-bapak di kampus itu berubah nada bicaranya saat gue bilang kalau berkas-berkas itu belum lengkap. Dan gue harus melengkapinya hari itu juga. PARAAAHH!! gimana caranya???

Tanpa harus gue ceritakan secara sempurna, akhirnya semua berkas lengkap tepat jam 3 sore. Gue pulang kerumah dan bersiap menghadapi sosok cantik dan sosok tampan yang sudah siap makan gue hidup-hidup. Tapi diluar dugaan, sosok tampan berupa ayah gue itu tak sedikitpun marah berlebihan, hanya menyesal karena gue gak izin secara langsung (lewat telepon) saat akan menginap sehari lagi. Sayangnya, sosok cantik berupa emak gue yang masih belum bisa dijinakkan. Beliau masih ngomel sampai sekarang. Fyuuhh...

Semoga, setelah membandung ini, dan setelah beberapa hari kedepan ini, sosok cantik itu tak marah lagi. Dan tiba-tiba memberi izin pergi ke Garut untuk menghadiri nikahan salah satu teman disana. Amiiinn...
Read More

DADAH JAKARTA ..BEKASI, I'M COMING!

Ternyata jadi artis dadakan yang sibuk berpose itu melelahkan, ya? tak sadar lebih dari 50 poto diabadikan untuk mengenang pernahnya kita jalan-jalan ke taman Suropati. Taman suropati memang seperti taman kebanyakan, tak ada yang lebih istimewa dari kunjungan ke taman itu bersama orang-orang yang istimewa. 

Sayang, gue harus pulang ke Bandung saat itu juga. Perjalanan taman Suropati-Kampung Rambutan tak semulus yang gue kira. Banjir, macet, berdesakan dibusway mewarnai perjalanan pulang kali ini. Singkat cerita, gue sampai kampung Rambutan sekitar jam 5 sore. Gue sempet mampir ke Mushola untuk sholat disana. Ini yang bikin gue terkaget-kaget. Mushola berada di sebuah ruangan kumuh yang enggan untuk dirawat pemerintah. Tempat wudlu perempuan dan laki-laki jadi satu. Air yang mengalir berbau besi. Ah, untung saja mushola ini punya beberapa mukena yang bisa dipinjam sebagai penghibur hati.

Gue sangka, dengan fasilitas yang menyedihkan itu para pemakai "jasa" mushola dan tempat wudlu akan diberi akses gratis tanpa membayar, ternyata tidak. Tetap dipungut bayaran, walau hanya seribu rupiah. 

Rasa miris bertambah saat gue lihat sekeliling mushola itu, selain kotor, kumuh dan ah...tega-teganya mereka berjudi tepat disamping mushola. Andai gue punya tongkat ajaib Nabi Musa, gue belah terminal ini (sebagaimana Nabi Musa membelah lautan) dan gue kubur mereka hidup-hidup. Gak nyambung sih perumpamaannya, tapi intinya gue benci mereka!

Proses menunggu bis Bandung yang berhenti tepat di leuwi panjang lagi-lagi tak semulus yang dibayangkan. Tak ada satupun bis yang gue tunggu daritadi. Apa ini artinya gue harus menetap lagi di Jakarta? Kalau itu sih, gue juga mau :)

Di pikiran gue terbayang wajah ayah + ibu yang ngomel-ngomel gak karuan kalau seandainya gue gak pulang hari itu juga. Tapi di sisi lain, gue juga takut kalau harus pulang ke Bandung dan sampai kesana lebih dari jam 8 malam. 

Gue coba telepon ayah + ibu, tapi nihil, gak ada satupun yang rela angkat telepon gue. Mungkin mereka sibuk dan  mungkin ini juga yang ngelarang gue buat pulang sore itu. Setelah pemikiran panjang dan memakan waktu akhirnya gue putuskan untuk nginep di rumah Jejen yang ada di Cibitung dengan pertimbangan rumahnya lebih dekat ke terminal. 

Perpisahan yang kurang menyenangkan dan kurang berkesan. Eli pulang naik busway ke kampung Melayu, Fajar naik bus Patas ke Rawa Buaya, sedangkan gue dan Yanti ikut Jejen naik bus Mayasari yang warnanya hijau. Okey, dadah Jakarta, Bekasi I'm coming!!!!

Yup, setelah perjalan sekitar 1 jam-an akhirnya gue sampai ke rumah Jejen. Dengan hebohnya Umi (panggilan Mamanya Jejen) menyambut kita bertiga. Dan akhirnya gue ketemu Ayahnya Jejen yang persis Rhoma Irama! Tiba-tiba diotak gue terputar lagi "JUDI..JUDII Treeettt....."

Duduk sebentar dikamar Jejen yang sejuk (katanya karena habis hujan, jadi sejuk) tiba-tiba disuruh makan malam dan ini adalah berita yang membahagiakan. Umi itu punya warung makan, jadi hamparan menu makan malam bisa dipilih sesukanya -itu kata Umi-. Dan gue gak akan melepaskan kesempatan emas ini, gue pilih ikan dan apalagi ya? lupa. Hahaha.

Sop daging sapi dikirim Jejen ke kamar dan melengkapi makan malam gue bareng Yanti. Hem, yummy! Selesai makan, Umi bilang, "mau bakso, neng? Umi pesenin deh. Ueenaakk banget baksonya!"

Haaahh, Tuhan..gue gak bisa bilang "enggak!" yang ada gue ngangguk-ngangguk bahagia :P

Semua makanan selesai masuk ke perut gue yang tak lagi mirip perut manusia karena saking banyaknya makanan yang gue makan. Yang jelas, bekasi itu tempat transit yang menyenangkan. Yes, sekarang gue punya 3 orang tua! ada Ayah-Ibu (ortu gue), ada Bapak-Ibu (ortu Fajar) dan ada Ayah-Umi (ortu Jejen). Alhamdulillah ya Allah.

Karena perut yang bertolak belakang dengan orang-orang busung lapar, akhirnya mata gue perlahan mulai sayup-sayup gak karuan. Walaupun dulu pernah dengar Kang Ucup mantan ketua BEM KM ITB bilang setelah makan itu untuk bekerja bukan untuk tidur, tapi rasanya gue lebih milih amnesia saat itu. Perut kenyang, hatipun senang ^_^
Read More

TAMAN SUROPATI

Demi apa gue gak pernah mimpi bisa ke Taman Suropati. Tempat yang gue baru dengar saat gue tertarik dengan alat musik biola dari seorang teman. Disana, di Taman Suropati, biasanya komunitas pecinta biola berkumpul dan bermain biola. Disana, semua orang bisa belajar biola tanpa biaya sedikitpun. Bukan gue namanya kalau gak ngiler dengar kata "gratisan" :P

Sebelum jalan ke taman ini, gue sempat dilema karena saat kita berenam keluar rumah, waktu sudah menunjukkan jam 10 pagi, menurut gue sih, jam 10 itu masuk ke siang :)
Dan rencananya, hari itu gue sudah bertekad untuk pulang ke Bandung. Yap, ini bukan pilihan yang mudah. Satu sisi gue nafsu gila jalan-jalan ke taman Suropati, di sisi lain ada bayangan orang tua yang ngomel-ngomel kalau gue terlambat pulang dan disisi lain ada sosok bapak-bapak yang nunjuk-nunjuk gue bawa selembar formulir yang seharusnya gue isi sejak hari jum'at.


Karena dua dari tiga pilihan itu tak menyenangkan, akhirnya gue pilih yang pertama : tetap pergi ke taman suropati. Sayangnya, Jijah gak bisa ikut jalan-jalan karena ada satu dan lain hal. Semangat! 5 orang cewek pecicilan bisa meramaikan dunia #lebay

Perjalanan kita dihibur hujan rintik-rintik sampai hujan deras yang tak terkira sebelumya. Tapi jangan harap semangat berpose dan tertawa bersama kita tergerus oleh derasnya hujan.

Turun dari Busway, kita naik Bajaj, ini kali kedua gue naik kendaraan jaman purba yang masih ada di Jakarta. Gue sebajaj bertiga bareng Jejen + Yanti. Sedangkan Fajar + Eli terpisah di Bajaj yang satu lagi. Ada sedikit percakapan ganjil antara kita bertiga vs Abang Bajaj:

"Mau kemana, neng?" Abang bajaj bersabda.
"Wah, ikutin Bajaj yang belakang deh, Bang." kompakan bertiga
"#$%^&" abang Bajaj mungkin BT tiba-tiba.

Tapi akhirnya, tanpa nyasar kita sampai di Taman Suropati dan disambut dengan hujan yang mengguyur tanpa ampun.

Karena  air hujan bertebaran dimana-mana, akhirnya kita minta abang bajaj untuk menepikan kendaraan mulianya di pinggir sebelah kiri jalan, supaya kita bisa berteduh sebentar di pos polisi depan gerbang kediaman Duta Besar Amerika (ini kalau gue gak salah ya, soalnya ada bendera Amerikanya). Sialnya, baru saja menepi sebentar, pak polisi berkata dengan halus-nya 

"Wah, mbak..maaf ya gak bisa ikut disini, soalnya sekarang lagi ada acara, kalau mau berteduh, disana aja ya.." sambil menunjukkan padepokan yang ada di taman Suropati. 

Lo tahu? Saat mereka (para polisi) bilang seperti itu, hujan sedang deras-derasnya. Well, jangan salahkan masyarakat bila kecewa dengan para punggawa-punggawanya yang hampir tak sungkan menendang saudara sendiri.

Apa mau dikata, permintaan bapak polisi yang hebat itu rasanya mustahil ditolak, akhirnya kita berlima lari-lari menyebrang jalan menuju padepokan di salah satu sisi taman Suropati. Tak buruk memang, tapi tingkah lari-lari di tengah hujan bak para pemain film India itu membuat kami kuyup dengan suksesnya.

Hujan mereda! Yeaahh!! saatnya berpose-ria! segala pose dicoba, segala pose diabadikan, lupakan kejadian diawal kedatangan yang tak mengenakkan!



Read More

TRUTH OR DARE!

Acara konferensi di gedung RRI Jakarta pun selesai sudah. Setelah poto-poto narsis terabadikan dalam kamera pink punya Jejen , akhirnya kita buru-buru keluar menuju lapangan parkir di depan kantor RRI. Disana, Bapaknya Fajan alias Bapak kita semua saat itu sudah menunggu sejak jam setengah 5 sore! padahal kita baru keluar setengah 6 sore! Kontras banget dengan keadaan berangkat ke acara yang terlambat 1 jam dari jadwal yang telah ditentukan. Haduh, ayo kiki lo bisa gak terlambat lagi!!!!!!

Setengah buru-buru, kita belingsatan masuk mobil. Ketika semua orang sudah pada posisi yang nyaman, tiba-tiba Bapak kita semua nyeletuk, "Loh, kok yang dibelakang 3 orang?" 

Yang dibelakang? berarti gue dong? setelah tengok kanan kiri, depa belakang, gue baru ngeuh kalau memang deretan kursi gue yang sedang menjadi topik pembicaraan. And you know what? ternyata ada Jejen + Mamen  sudah ada di sebelah gue. Omaigat, kenapa bisa gak sadar kalau lebih baik jajaran kedua yang dipenuhi 3 orang? karena the power of terlanjur, akhirnya jatah untuk 2 orang dibelakang terpaksa muat-muat saja :D

Sesampainya di rumah Fajar kita buru-buru naik ke lantai atas. Duduk selojoran, ngemil gak karuan. Makan saat dipanggil, ke atas lagi saat sudah membawa sepiring nasi dan lauk pauknya. Benar-benar santai dan standar.

Mamen dan Fajar duduk-duduk di beranda depan rumah di lantai dua, gue ikut-ikutan nebeng duduk-duduk disana sambil bawa sekotak coklat Van Houten yang baru dibuka karena disuruh Fajar, Sang tuan rumah. Agak lama, akhirnya Jejen dan Jijah gabung duduk di depan sambil makan coklat. Hem, enaknya coklat itu..:D


Tiba-tiba ada yang kambuh jahilnya, siapa lagi kalau bukan Jejen. Niat dia nge-bully Yanti sepertinya mendapatkan jalan. 4 (gue, Fajar, Eli, Jijah) bidadari baik hati disana terkelabui oleh ide jahil Jejen. Semua coklat Van Houten yang tersisa disembunyikan, seakan-akan Yanti hanya disisakan satu butir coklat yang terkecil. Gue pikir ide aneh nan biasa ini gak akan sukses untuk ngerjain Yanti, ternyata gue salah, Yanti terkelabui. Dia hanya bisa manyun-manyun gak jelas saat tahu coklat yang disisakan hanya tinggal sebutir. 

Well. saat itu si Jejen-lah biang keladinya :P

Tapi karena sedih ngeliat Yanti yang tiba-tiba lowbat alias lemes, akhirnya kita keluarkan surprise dari tempat persembunyiannya. Bullying selesai. Dan tiba-tiba semua orang yg ada disana berubah jadi malaikat #apa sih?

Selanjutnya, ngobrol-ngobrol terasa garing dan butuh penyegaran, ide main game Truth or Dare keluar dan disetujui begitu saja. Lama kelamaan, semua peserta game hanya memilih truth alias menjawab pertanyaan dengan jujur, oleh karena itu, nama game dengan resmi diganti menjadi "TRUTH AND TRUTH" 

Banyak pertanyaan-pertanyaan tak terduga disana. Pertanyaannya saja tak terduga, apalagi jawabannya? lebih tak terduga lagi.

Beberapa rahasia terbongkar, beberapa cerita tersampaikan, beberapa perasaan terungkapkan. Malam itu penuh dengan cerita tentang impian, cerita tentang hal-hal yang sempat menyakitkan, cerita tentang harapan-harapan, cerita tentang kesalahpahaman dan banyak cerita-cerita yang sebenarnya menjadi jawaban dari banyak pertanyaan yang sempat muncul diawal. Malam itu semua dugaan, asumsi bahkan argumen terluruskan dengan penjelasan yang tak pernah gue bayangkan sebelumnya. Smooth, enak dan tak menyakitkan.

Pembicaraan berakhir menjelang pagi. Ingin rasanya tak pernah pagi, karena malam itu begitu menyisakan banyak kenangan di hati. Glad to see you all, gals :D
Read More

LIBURAN BERSERTIFIKAT PART II

Keputusan gue pindah ke lantai satu itu memang sangat tepat!

Sesi 3 itu diisi oleh Ayu Kartika Dewi dan Leon (gue gak tahu nama panjangnya). Siapa yang gak tahu Ayu Kartika Dewi? Pengajar muda di Indonesia Mengajar yang rela melepaskan karirnya di Singapura demi menyumbangkan ilmu di pelosok Halmahera Selatan sana.Sedangkan Leon, adalah founder Koperasi KASIH Indonesia. Bayangin deh, lulusan cumlaude dari FE UI dan sempat kerja di McKinsey, tapi rela melepas semuanya hanya karena ingin berbagi dengan orang lain? Kalau gue yang ada di posisinya, mungkin gue gak akan senekat itu.

Inti dari sesi ini, BERBAGILAH, KARENA DENGAN BERBAGI ANDA AKAN MENUMBUHKAN INSPIRASI UNTUK BERBAGI. IMPIAN ITU MAHAL, MAKA JANGAN RAGU UNTUK MEMBAYAR MAHAL. 

"It's never too late to be whoever you want to be. Change! or stay the same. I hope you be the best." Ayu Kartika Dewi

"Your life is your choice, God never force you to do these all." Leon

Sesi selanjutnya, sesi para artis dengan tema "terkenal bukan berarti tak peduli". Diawali dengan cerita Marsyanda tentang beberapa kejadian yang menjadi turning point-nya, ada satu hal yang gue catat baik-baik dari sekian lama cerita yang Caca sampaikan, "Butuh lubang yang sangat dalam untuk menjadikan sebuah gunung" Lo tahu kan maksudnya apa? jadi gak usah gue jabarkan panjang lebar :)

Selain Marsyanda, ada Om Ganteng alias Dik Doank yang banyak memberikan inspirasi menarik dan mendalam. Hampir seluruh isi materi yang Dik Doang sampaikan khususnya tentang JurankDoank merasuk ke setiap peserta yang ada di dalam aula RRI Jakarta. Menangis, tertawa, tersenyum kecut, tersenyum aneh, ah terlalu banyak ekspresi yang gue keluarkan satu jam itu. 

YAKIN PADA TUHAN YANG SELALU ADA UNTUKMU. 

Sesi terakhir adalah sesi para pegiat media. Ada dari Tempo sebagai perwakilan media massa, ada dari pegiat social networking, dan  ada dari DaAi TV yang sayangnya gak ada channelnya di Bandung. 

Inti dari sesi ini, GUNAKANLAH MEDIA SEBAGAIMANA MESTINYA, BILA BAIK YANG DISEBARKAN, MAKA BERTAMBAH PULA BANYAKNYA KEMUNGKINAN SANG PENERIMA UNTUK BERBUAT BAIK. JUJURLAH DALAM ARTI KATA SESUNGGUHNYA, JANGAN JUJUR UNTUK SUATU PERKARA YANG ANDA LEBIH CONDONG PAD ASALAH SATU PIHAKNYA. SOCIAL MEDIA ITU BUTUH KEJUJURAN, TAPI TIDAK SEMUA KEJUJURAN YANG ADA ITU BERMANFAAT, JADI PILIHLAH KEJUJURAN YANG AKAN ANDA SEBARKAN.

Sesi terakhir kesadaran gue sudah diambang tombak. Sungguh, sebenarnya banyak nilai yang disampaikan disana, tapi sayang gue kurang konsentrasi. 

Acara ini diselingi dengan dua hiburan di sela-sela sessinya. Ada penampilan band akustik mahasiswa UI yang gue lupa namanya. KEREN! Sungguhan! KEREN PISAN! nyanyi Indonesia Pusaka + Bengawan Solo, lagi-lagi kalau gak salah. Selain itu ada penampilan tari saman dari SMAN 81 Jakarta. Serasa ada di Aceh seketika. DAEBAAK!!! AKU CINTA INDONESIA!!!!

Acara diakhiri dengan pembagian sertifikat di lantai dasar. Yah, konferensi telah selesai, artinya liburan bersertifikat akan berakhir sebentar lagi, tapi ternyata akhir itu bertambah masanya..


Read More

LIBURAN BERSERTIFIKAT

Tujuan gue pergi ke Jakarta itu gak pernah lepas dari dua hal, kunjungan keluarga dan menghadiri suatu acara (walaupun selalu hanya jadi followers saja). Dan kali ini, acara yang harus dihadiri adalah Konferensi Nasional Meet The Leaders yang diselenggarakan oleh Indonesian Future Leader.Kebanyakan peserta yang datang itu anak UI dan anak-anak utusan daerah alias anggota Parlemen Muda. Tapi gak apa-apa, semakin jadi minoritas, semakin mudah diperhatikan, semakin mudah eksis dan semakin mudah "di-ciri-an" hha

Lagi-lagi gara-gara telat bangun pagi, gue harus rela gak ngedengerin keynote speech dari founder IFL alias Iman Usman. Gara-gara telat bangun pagi, gue harus rela duduk di lantai dua which is lantai yg gelap dan ga pernah ditatap sama narasumber bahkan MC sekalipun. Gara-gara bangun telat, gue harus rela memperhatikan Joko Widodo, Anies Baswedan sampai duta besar Uni Eropa untuk Indonesia yang susah banget namanya itu dengan posisi tidak lazim, seperti orang lihat dasar sumur. Yang paling gue sesali adalah, gara-gara bangun telat gue harus rela dua temen gue yang datang lebih awal duduk dibelakang para tamu undangan dan bisa melihat sosok-sosok memesona dengan karyanya yang diakui seluruh pelosok Indonesia. Ya, mereka berdua itu Jejen dan Mamen alias Eli yang sampai akhir acara gak berhenti bangga dengan ke-on-time-an-nya.

Walaupun posisi itu gak menyenangkan sama sekali, tapi getaran kharisma dan semangat nasionalis yang ditularkan para narasumber lebih dari sampai ke lubuk hati yang paling dalam!

Acara itu terdiri dari 5 sesi. Sesi pertama diisi oleh Joko Widodo walikota Solo yang akhir-akhir ini terkenal karena promo mobil ESEMKA. Inti dari sesi ini hanya satu, JADILAH PEMIMPIN YANG MEMPERJUANGKAN HAK RAKYATNYA, YANG MENDENGARKAN KEBUTUHAN RAKYATNYA, YANG CINTA PADA RAKYATNYA BUKAN CINTA PADA UANG RAKYATNYA!

Sesi kedua diisi oleh mereka para pelopor muda yang ingin memajukan Indonesia dari berbagai bidang. Ada pelopor dari KOPHI (koalisi yang fokus pada LSM pecinta lingkungan) Cea (kalau gue gak salah inget nama), ada Leo perwakilan dari Youth Desk UNICEF di Indonesia, ada Christoper orang Perancis yang cinta Indonesia. Inti dari sesi ini, PASSION, DREAM, COMMIT, TAKE ACTION!

Semua gebrakan yang mereka lakukan berawal dari ketertarikan, lalu berubah jadi cinta dan terkokohkan dalam terwujudnya impian tentang cinta dan ketertarikan itu. 

"Keluar dari comfort zone akan membuat anda lebih mudah mencapai impian dan memperkokoh idealisme yang anda bangun" Itu kata-kata Chirs yang sampai sekarang gue.

Sesi ketiga, akhirnya gue berhasil pindah posisi ke lantai satu dan bisa dengan normal melihat narasumber yang berbagi inspirasi di depan. Ternyata keputusan gue turun ke lantai 1 itu luar biasa tepat!

(to be continued)
Read More

JAKARTA, I'M COMING!

Kereta api yag gue tumpangi itu ternyata tepat waktu kalau berangkat, tapi molor sampai di stasiun tujuan (Gambir). Di jadwal yang ada di tiket, gue bisa sampai di stasiun tujuan jam setengah 12 siang lebih dikit, tapi nyatanya, gue sampai jam 12 lebih dikit. Oh, andai saja berangkat yg telat sampai yang tepat waktu, gue udah ada di Gambir sejak beberapa jam yang lalu. Sayangnya, ini sudah takkan terjadi :D

Ah, sudahlah..yang penting saat gue sampai di stasiun Gambir, gue pengen teriak : OI, JAKARTA...I'M COMING!! agak lebay mungkin ya, tapi gak apa-apa lah untuk perjalanan pertama ke Jakarta setelah sekian lama naik mobil dan bus. 

Beruntung, gue punya rombongan yang rela nungguin berjam-jam demi keluar stasiun bareng, Jijah dan Yanti yang rela nunggu berjam-jam di stasiun tanpa lelah sms gue dengan suku kata yang hampir sama : "Udah dimana??"

Dengan bantuan satpam, akhirnya gue berhasil menemukan dua temen tersabar gue. Kita berjalan beriringan. Gue ikuti arah jalan mereka dan mereka sebaliknya. Mereka kira gue tahu betul letak stasiun ini, ternyata dugaan mereka salah total karena ini pertama kalinya gue menginjakkan  kaki di Gambir.

Entah bagaimana ceritanya, kita bertiga terhipnotis oleh megahnya bangunan monumen nasional yang menjulang tinggi. Sebelum masuk ke kawasan Monas, kita bertiga perlu cari bolongan pagar yang secara ilegal jadi pintu masuk ke area itu tanpa memutar ke pintu masuk. 

Angin gelebuk menyambut kedatangan kita disana. Sungguh, tempat itu benar-benar rapi! sempurna rapi-nya bila tak ada para preman yang sibuk berjudi disana! sempurna rapi-nya bila tak ada para runa wisma dan pedagang kaki lima yang berjajar tak karuan disana. 

Lanjut!

Dengan berbagai pertimbangan setelah berbagai pose foto, akhirnya kita memutuskan untuk naik ke puncak Monas. Well, disinilah gunanya KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). Tiket yang tadinya 3500, bisa jadi 1000 karena kartu sakti nan rupawan ini. Beruntungnya mahasiswa...

Entah karena apa, semangat nasionalis yang biasanya muncul setiap gue main ke museum-museum yang ada di Bandung (baru KAA sih :D) gak bisa gue rasain disini. Yang terasa hanya hasrat ini foto sebanyak-banyaknya :D

Kunjungan ke Monas diakhiri dengan transaksi gantungan miniatur Monas di pedagang kaki lima yang bertebaran di sana. 

Perjalanan lanjut ke Kota Tua, daerah wisata Jakarta yang menyerupai Braga tapi lebih luas, lebih banyak museumnya, lebih banyak tukang jajannya, lebih banyak orang-orang nyentriknya, lebih banyak orang dengan DSLRnya, lebih banyak bule-bulenya, lebih banyak pengamennya dan lebih banyak pengunjungnya. 

Demi apa, museum di kawasan ini benar-benar gak pernah punya jodoh yang pas buat gue! Dua kali gue kesana dan gue gak bisa masuk ke museum-museum itu! Benar-benar sial! Tak apa. rasa kecewa gara-gara museum tutup semua itu diredakan dengan makan ketoprak depan museum Wayang.

Acara makan siang yang diundur ke sore itu selesai. Hanya delapan ribu, murah untuk kawasan ramai pengunjung di Jakarta. Selanjutnya, Fajar, guide andalan kita (temen gue yang sempet kuliah di Bandung 1 tahun) datang saat kita sedang asyik nontonin dancer sedang latihan depan museum Fatahillah.

Sekitar 30 menit selanjutnya, kita lagi-lagi jalan-jalan. Tapi kali ini jalan-jalan yang berbau hedonis :P. "berkunjung" ke Grand Indonesia Mall. Ah, gue malas cerita bagian ini, yang jelas disana kita keliling cari Krispy Kreme yang katanya hanya ada di dua tempat di Indonesia, salah satunya disana, di Grand Indonesia Mall.

Next, ber-busway ria sampai rawa buaya dan naik ojek yang abangnya entah kenapa belingsatan sekali :(

Akhirnya, perjalanan hari pertama di Jakarta diakhiri dengan menyusahkan keluarga Fajar. Tapi sungguh, gue benar-benar kangen keluarga ini, sejak setahun yang lalu gue berkunjung dan menyusahkan juga disana. Akhirnya bertemu lagi dengan Bapak, Ibu, Bowo dan gak lupa si lucu Ido. Keluargaku bertambah lagi :D



Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)