Saturday, January 19, 2013

Entah tentang apa

Mata yang berair, hidung yang hampir tersumbat, kepala yang terasa cukup berat diangkat awalnya tak ingin dirasa-rasa. Tapi apa daya, kuakui aku tak sehat sempurna. Kondisi ini mungkin hanya dikarenakan ketidakmampuanku menjaga kesehatanku sendiri. Bukan sakit, hanya menjelang sakit saja. Esok hari aku harus pergi kesana, mengembalikak suatu barang yang diperlukan sang empu. 

Aku hanya ingin mengaduh disini. Mengaduh tentang ketidakmampuanku menjadi manusia super. Mengaduh tentang keterbatasanku yang kadang kuciptakan sendiri. Mengaduh tentang banyak hal yang ingin kuadukan. Mengaduhkan apapun. Sebenarnya aku tak tahu apakah kata mengaduh disini pas atau tidak. Entahlah, bila memang salah artinya perbendaharaan kataku memang kurang :D

Tiga hari sebelumnya kami diguyur hujan tiada henti. Sungguh, aku tak berlebihan. Hujan terus menguyur kami hari demi hari. membuat kami terbuai dan beranggapan hari masih pagi walau kegiatan demi kegiatan bergantian. Mungkin itu salah satu alasan tubuhku meriang tak jelas kini. Ah, aku saja yang terlalu lemah hahahaha.

Tiga hari kami habiskan di bumi perkemahan Kiara Payung. Dingin. Sunyi. Sendiri. Bayangkan, kami sendirian disana. Hanya kami yang mengadakan perkemahan disana. Ditemani hujan, desauan angin yang menelisik lewat daun-daun pepohonan serta tetesan air hujan yang menembus tenda kami. Kegiatan itu bernama PSIKOSIS, yah semacam ospek jurusan sekaligus ospek fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

Jangan berfikir macam-macam tentang acara kami satu ini. Sungguh, sepanjang yang kutahu, ini adalah acara PSIKOSIS pertama yang membuatku senang. Mengapa aku senang? karena menurutku, lagi-lagi kutekankan ini menurutku, acara ini menyenangkan karena penuh dengan materi baru yang memang seharusnya di dapatkan oleh mereka, adik-adikku yang baru saja bergabung dalam keluarga ini. Kami berusaha memunculkan insight kami harus berubah menjadi lebih baik sebelum menginginkan perubahan terjadi. Kami yakin, perubahan kecil dalam diri kami juga berpengaruh dalam perubahan besar di dunia ini. Tuhan, aku tak pernah lupa janjimu bahwa bila kami mengusahakan sesuatu yang baik untuk orang lain, maka kebaikan sudah pasti menjadi jaminannya. Walaupun memang tak semua orang menerima kebaikan tersebut. Yang jelas, KAMI TAK PERNAH MERENCANAKAN HAL BURUK TERJADI PADA ORANG LAIN.

Tak apa tubuh ini berontak untuk terus sehat dan mampu mengatasi segalanya, yang terpenting tujuan kami tercapai, walau mungkin masih permukaannya saja. 

Apalah yang ingin kutulis dalam tulisan ini? aku sendiri tak tahu. Tapi sungguh aku ingin meminta maaf pada teman-teman tataran SC, karena ku tak dapat memenuhi janjiku untuk datang berkumpul bersama kalian demi perbaikan diri dan kegiatan ini kedepannya. Sungguh, bila pintu doraemon itu nyata, akan kukejar untuk memudahkan ini semua. 

Read More

Sunday, January 13, 2013

2013

Dear, ini 2013. Tahun dimana harus lebih banyak lagi prestasi yang terukir. Tahun dimana harus lebih banyak lagi motivasi berprestasi bermunculan. Tahun dimana semangat kontribusi berkembangbiak tanpa hambatan. Tahun dimana tanggung jawab besar perlu diampu. Tahun dimana terlalu banyak hal diatas pundak ini untuk dipangku. Tuhan, mampukah aku?

Naif rasanya bertanya seperti itu sekarang. Keputusan sudah dipilih, resiko harus diterima, tanggung jawab harus diemban. Semua itu berjalan seperti apa yang dibayangkan, meskipun memang lebih banyak hal yang ada di luar dugaan. 

Aku sadar, kemampuanku jauh dibawah standar seorang pemimpin, tapi itu tak bisa jadi penghalang. Pemimpin macam apa yang tak percaya diri? akan jadi seperti apa tim yang ada di bawahnya? tim cemen? tim kurang PD? tim gak oke? Cih! Jangan ambil keputusan siap menjadi pemimpin bila terus bersikap seperti ini!

Hey, aku tak berbicara padamu. Aku berbicara pada diriku sendiri. 

Ki, tahun ini tahun penentuan. Penentuan budaya kontribusi akan mulai tertanam atau tidak disana. Penentuan pengurangan cacian yang berganti dengan solusi membangun dimulai. Penentuan masa yang lebih baik yang kau janjikan sebelum pemilihan. Kau tahu kau bisa karena selalu ada Tuhan yang membuat kau mampu. Kau tahu kau mampu karena selalu ada banyak teman yang mendukungmu. Kau tahu kau mampu mengatasi semuanya, hanya butuh sedikit sabar dan lebih banyak pengertian. Semua akan teratasi atas izin Nya.

Kau tahum Ki. 2013 harus lebih berwarna dengan warna-warna cerah yang bisa menghapuskan kelamnya awan yang terus mengukung lingkup kecilmu yang tak maju-maju. Kau tahu 2013 waaktumu beserta teman-temanmu menciptakan sejarah dalam hidup kalian sendiri. Sejarah positif yang menjadi langkah positif selanjutnya. Kau tahu, bila ini berhasil, pahala akan terus mengalir. Semoga. Semoga. Semoga

Tuhan sebenarnya aku tak mau banyak berharap di tahun ini. Aku tahu, terlalu banyak rasa kecewa ini karena aku terlalu banyak berharap. Jadi, mampukan aku memenuhi harapan itu ya? Mampukan kami gesit memulai dan bertanggungjawab atas semua keputusan baik yang kami putuskan. Tuhan, jadikan 2013 lebih bermakna lagi. Amin. 
Read More

RASA, RINDU DAN KAMU

Tepat jam setengah sepuluh malam mobil kami merapat ke teras rumah. Ya, syukurlah, akhirnya kami sampai di tempat yang bernama rumah. Bangunan kecil berwarna orange tempat dimana aku dan banyak saudara serta orang tuaku tinggal. Ah, tapi bukan itu yang akan kuceritakan disini. Sekarang aku hanya ingin bercerita tentang rasa, rindu dan kamu. 

Semua berawal dari lantunan lagu itu. Ya, apalagi kalau bukan lagu dari Utopia berjudulkan hujan. Tiba-tiba scene kehidupan melonjak dan melompat mundur lalu berhenti di adegan yang sesuai dengan beberapa penggal lirik lagu itu. Aku dan kau (meskipun kita bersama seorang yang lain, akan tetapi tetap kuanggap aku dan kau yang terperangkap hujan :D ), kita terdiam beberapa lama. Pertemuan yang singkat, tanpa banyak bicara dan menyenangkan. Aku tak tahu sebenarnya pasal apa yang membuat pertemuan itu begitu menyenangkan. Ada poin plus lainnya, tempat itu kudeklarasikan sebagai tempat kita. Sayangnya deklarasi itu luruh tak lama kemudian. Terlalu menyakitkan rasanya menganggap sebuah tempat menjadi daerah kekuasaan kita tanpa ada kesepakatan dengan orang yang bersangkutan. 

Mari kita mulai dari rasa. Rasa menyenangkan dan tenang selalu hadir saat aku bertemu kau. Entah bagaimanapun kondisimu. Yang jelas, setiap kau ada didekatku, aku bisa tersenyum dengan mudahnya. Padahal sebelumnya mungkin saja seperti singa yang berlum makan selama sebulan, galak tiada dua. Aku tak menganggapmu sebagai pawang, karena aku bukan hewan liar atau hewan peliharaan. Ah, apalah penjelasan rasionalnya, aku tak tahu. Aku tenang. Aku senang. Aku suka kau ada disini. Sayangnya, rasa menyenangkan itu lagi-lagi cepat pergi. Karena kau memilih pergi dan aku tetap disini. Ah, kau saja mungkin tak pernah tahu keberadaanmu disini sungguh menyenangkan bagiku. Baiklah, itu tak penting :D

Selanjutnya, rindu. Aku rindu kau. Cukup untuk pembahasan ini.

Kamu. Hem, ya kamu. Kamu yang lebih banyak diam saat bertemu denganku. Berbicara bila memang perlu. Tak banyak mendebat. Tak banyak bersuara dan aku suka. 

Bila cinta itu seperti kopi panas yang enaknya diminum sedikit demi sedikit. maka karismamu seperti aroma durian yang bagi sebagian orang memabukkan dan bagi sebagian yang lain begitu menggoda. Kau dan cinta ada dalam garis yang tak sama. Tak berkorelasi satu sama lain. Tapi aku terlalu memaksakannya. Akibatnya cukup fatal, aku terus menanti saat menyenangkan itu datang kembali, tanpa ada yang tahu pasti akankah masa itu datang lagi. Kau tak perlu tahu, sungguh tak perlu untuk tahu. Yang jelas, terimakasih atas coretan berwarna yang membuatku senang dan bahagia seketika. 
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)