Sunday, May 17, 2015

Singapore, Here We Go!!! #1

Yeah, setelah menunggu 9 purnama, akhirnya hari yang dinanti tiba. Waktunya jalan-jalan ke Singapur!!! Negeri singa tetangga yang katanya maju tiada tandingannya di ASEAN. Saya dan dua orang teman membeli tiket untuk terbang kesana dari tanggal 26 September 2014, untuk pemberangkatan 8 Mei 2015. Sembilan bulaaan, ibu menganduuuung... lalala yeyeye. Selama 9 bulan itu kami cicil segala printilan yang berkaitan dengan perjalanan kami menuju Singapur-Malaysia, mulai dari hostel, tiket pulang, sampai nabung untuk beli oleh-oleh. Jadi, salah besar kalau ada yang mengira kami punya banyak uang. Tapi dikirain banyak uang juga gak apa-apa deh, biar jadi doa. Amin~

Sebelum tanggal 8 Mei tiba, banyak sekali kejadian yang bikin males berangkat. Mulai dari paspor teman belum jadi, tanggal lauching trailer film teman yang lain yang berdekatan dengan tanggal keberangkatan, hingga meningkatnya aktifitas rekrutmen dan seleksi yang saya lakukan. Omamaaa, andai belum bayar ini itu, mudah saja kami batalkan perjalanan ini, tapi karena uang sudah keluar, sayang lah ya kalau dibatalkan. Hehe.

Tepat tanggal 8 Mei, paspor travelmateku sudah ditangannya, launching trailer film travelmate yang satu lagi sudah di-back up oleh temannya dan kerjaanku juga sudah kukendalikan *walau gak optimal. Saya belum packing sama sekali, membuat list pun tidak. Kelimpunganlah saya di malam sebelum keberangkatan. Sampai-sampai saya baru ingat kalau resleting ransel saya rusak dan ransel itu tak bisa dipakai. Payah pisan euy. Untung punya adik yang suka naik gunung, minjem deh akhirnya~

Selesai packing, saya ngerjain dulu laporan hasil interview kandidat yang akan diinterview user esok siang. Laporan kelar setengah jam kemudian. Masih ada waktu untuk tidur cantik sebelum keberangkatan.

Berangkat jam 6 pagi dari rumah dan sampai jam setengah 8 di kantor. Traveller oke kan? Sebelum pergi masih sempat ngantor. Mwahahahaha.

Setelah urusan di kantor selesai, saya bergegas pergi ke Bandara Husein Sastranegara. Ini pertama kalinya saya mampir ke bandara di kota tercinta. Astaga, bagusan stasiun Bandung lah aslinyaaa!

Telepon sana telepon sini, travelmate muncul satu persatu. Ibu dan adik saya pamit pergi ke Pasar Baru. Biasa, Tuntutan profesi ibu yang notabene penjahit harus bolak balik ke tempat itu untuk beli kain. Ibu saya pergi dengan kalimat yang bikin saya tak bisa berkomentar apa-apa.

"Beranian ih teteh, padahal Airasia baru aja kecelakaan."

Deziiiiiiiiigggg!!!

Ica datang jam 9 lebih sekian menit dengan paspor baru yang masih 'fresh from the immigration'. Asik kan, baru dapet paspor udah dipake lagi? Melati datang dengan dua tas, satu tas ransel dan satu lagi tas biola. Biola modal utama kalau kehabisan bekal. Siap ngamen, bos :D

So, Singapore...here we go!!!
Read More

Friday, May 15, 2015

Lucy dan 100% Otaknya

Semalam saya tidur agak terlambat dari biasanya. Biasanya, jam 8 malam sudah ada di negeri antah berantah. Saya terpaku di depan laptop sambil melipat baju. Pastinya lebih banyak melongonya daripada melipat bajunya. Hahaha. Lucy, film tahun 2014 yang disutradarai oleh Luc Besson ini memikat saya. Awalnya saya agak malas melihat film ini karena sang pemeran utama, Scarlett Johansson ini yang dalam film ini bernama Lucy membuat saya berpikir ini film esek-esek ber-cover laga seperti film Twilight dan sebagainya. Ternyata saya keliru.

Film ini mengisahkan tentang seorang wanita yang terjerumus ke dalam aktivitas sindikat pengedar obat. CPH4 adalah obat yang mereka sedang bisniskan. Obat itu bisa meningkatkan kapasitas otak seseorang. Entahlah, saya tidak begitu mengerti tentang status obat tersebut. CPH4 akan dipasarkan di Eropa dengan cara memasukkan paket obat itu di perut para kurir. Setidaknya ada 4 kurir yang diculik dan dilibatkan secara paksa dalam kejadian ini. Lucy menjadi salah satu kurir cabutan itu. Obat-obat tersebut dibenamkan dalam (kalau tidak salah) rahimnya.

Saya senang film ini karena mengangkat betapa besarnya potensi manusia saat memaksimalkan kapasitas otak yang dimilikinya. Sejauh ini, manusia hanya menggunakan 10% fungsi otaknya, lebih rendah daripada lumba-lumba yang menggunakan 20% fungsi otaknya. Lalu bagaimana orang yang menggunakan 100% fungsi otaknya? Inilah alasan adanya film Lucy.

Lucy secara tidak sengaja menyerap obat yang diselundupkan di dalam badannya. Hal ini membuatnya bisa mengaktifkan fungsi otaknya dengan sangat optimal. Dengan demikian, ia dapat dengan mudah membaca, melihat dan mengetahui beragai informasi yang ada di sekitarnya. Saya paling suka adegan dimana Lucy bisa melihat seluruh informasi dengan menggunakan handphone di Paris. Keren. Seperti apa yang saya bayangkan saat dengan iseng memikirkan bagaimana bentuk sinyal dan informasi terkirim atau diterima oleh handphone seseorang. Tapi ada salah satu adegan yang paling tidak masuk akal menurut saya, yaitu saat sekelompok mafia Korea masuk ke ruang bedah para kurir cabutan. Di cerita sebelumnya, Lucy bisa mengontrol apapun dari jauh, tapi saat dia tahu para kurir terancam, mengapa ia malah memilih untuk nyetir ugal-ugalan, bukan menutup akses masuk-keluar di rumah sakit. Mungkin supaya ada adegan tabrak-tabrakan kali ya ~

Terlepas dari kekurangannya, seru juga ya membayangkan bahwa setiap hal di dunia ini adalah dampak sebab-akibat, meskipun saya masih meyakini ada andil Tuhan yang bisa mengubah rangkaian sebab-akibat tersebut.

Film ini bukan film tentang superhero, tapi ada karakteristik superhero yang dimunculkan. Sejauh ini, saya beri rate 8 untuk film ini. Daebak~
Read More

Friday, May 1, 2015

Random

Hari ini terlalu random. Mulai dari terkaget-kaget karena pas nengok dashboard blog ternyata ada sumber situs porno yang mengarah ke blog saya. Saya aja gak pernah nengokin situs porno, eh situs pornonya ujug-ujug muncul dan ngarahin orang-orang ke blog saya. Padahal isi blog ini hanya curcolan yang tak terhingga banyaknya. Mulai dari jaman alay sampai jamman alay lagi. Yah begitulah. Aneh pisan. 

Selanjutnya, saat iseng scrolling Facebook, LinkedIn dan Twitter, ternyata saya menemukan buanyaaaaakk sekali tebak-tebakan angka yang selalu dibubuhi: "Kalau anda jenius, pasti anda bisa memecahkannya." Lengkap dengan Einstein sebagai icon. Sebegitu ingin dibilang jenius kah? 

Mulai galau saat menengok akun CS saya. Sang host ganteng tiba-tiba tidak ada kabarnya sama sekali. Padahal hari ini adalah H-9 sebelum keberangkatan saya dan teman-teman kesana. Jadilah pagi ini dipenuhi dengan cek harga hostel disana. Tak apalah. Semoga lancar segala-galanya. 

Kejadian random terakhir, saya baru ingat ini tanggal 1 Mei. Seharusnya di bulan ini saya lagi-lagi pura-pura tidak tahu ada hari istimewa di dalamnya. Lalu dengan pura-pura bodoh menelepon seminggu kemudian dan berbincang panjang denganmu. Tapi, yasudahlah. Kata teman, setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Masamu sudah berlalu. 

Akhir-akhirnya selalu nayngkut kesana. Padahal sebetulnya tulisan ini tidak ditujukan untuk itu. Haha. 
Read More

Saturday, April 18, 2015

Berdoa

Kata orang, jika ingin dijodohkan dengan seseorang maka cara termudah dan paling masuk akal adalah mendoakan orang tersebut dalam setiap kesempatan. Tapi kata orang yang lain, banyak pula manusia yang berjodoh dengan orang yang tidak mereka sebut dalam doa mereka. Padahal kata orang lainnya, jika seseorang tidak berjodoh dengan orang yang ia sebut di dalam doanya, bisa jadi ia berjodoh dengan orang yang menyebut namanya dalam doa-doa orang tersebut.

Bagaimana jika ternyata sebenarnya jodoh kita sebenarnya bukanlah orang yang disebut dalam doa? Bagaimana jika ternyata orang yang sudah ditakdirkan bersama dengan kita bukanlah orang yang menyebut kita dalam doanya? Bagaimana jika ikatan sakral antar dua manusia turunan adam dan hawa itu hanyalah pemanis perjalanan saja? Bagaimana jika..

Rumit ya?

Saya tak pernah berani menyebut satu nama manusia di dalam doa. Terlalu khawatir ia bukan yang terbaik. Terlalu risau ia tak cukup kuat membersamai saya yang kurang baik.

Menyebut nama di dalam doa bagi saya adalah sebuah kemewahan. Saat pengkhususan kepada seseorang menembus tembok-tembok tak kasatmata yang bila diterobos sembarangan bisa menebal sedemikian rupa. Di balik tembok itu ada sebuah ruang yang bernama ruang pribadi. Dan doa ada ditengah-tengah ruangan itu.

Saat seseorang sudah disebut di dalam doa, rasanya orang tersebut sudah menembus bahkan menyatu dengan ruang pribadi orang yang mendoakannya. Namun perlu kau tahu pula, proses itu, bagi beberapa orang, cenderung tidak mudah. Ada masa yang tak bisa dijabarkan lamanya saat orang lain tidak menjadi orang lain. Ada banyak alasan dibelakangnya saat orang lain tetap menjadi orang lain. Ada banyak cerita saat nama orang lain itu bisa terucap dalam doa.

Mungkin bagi beberapa orang menyebut nama adalah ikhtiar, tapi beberapa orang yang lain tetap berdoa tanpa menyebut nama adalah sebuah keputusan.

Bagi saya, dengan yakin menyebut nama seseorang yang tak pernah saya tahu apakah ia jodoh saya atau bukan di dalam doa-doa adalah hal yang belum bisa saya lakukan hingga sekarang. Tembok itu mungkin dulu pernah runtuh, namun ruang pribadi dibaliknya masih belum tersentuh. Karena semua nama bak kumpulan premis yang tak hanya cukup diduga-duga, namun butuh pembuktian yang nyata. Karena jika nama itu ada dalam doa, tumpukan harapan indah sang pendoa akan segera pindah ke pundaknya. 
Read More

Mumpung Masih Ada..

Sering saya mendengar petuah yang mengatakan bahwa ada 5 hal yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya: hidup sebelum mati, masa muda sebelum masa tua, masa kaya sebelum masa miskin, masa lapang sebelum masa sempit, dan sehat sebelum sakit. Bagi saya, petuah ini perlu ditambahkan redaksinya, masa dimana orang-orang yang kita cintai ada sebelum tiada. Mungkin saja petuah tambahan saran dari saya ini sudah termasuk ke dalam 'hidup sebelum mati' tapi rasanya kalimat itu ditujukan untuk orang yang membaca, berbicara bahkan menulis petuah itu. Bukan orang-orang yang disekitarnya.

Baru-baru ini, seorang rekan kerja saya ditinggal pergi anak perempuannya yang baru berusia sekitar 3 tahun. Tahun dimana anak sedang lucu-lucunya, begitu kata ibu saya. Rekan kerja saya ini terpukul luar biasa. Ya iya lah, ditinggal putus pacar sebulan saja rasanya kiamat dunia, apalagi ditinggal anak yang sudah susah payah dibesarkan dan dicintai sepenuh hati selama bertahun-tahun.

Entah pasal apa, sejak dulu saya sering bertengkar dengan ibu. Wanita mulia yang seharusnya tak patut menjadi partner pertengkaran. Saya bercerita panjang lebar kepada seorang teman. Setelah mulut saya lelah merutuki nasib dan menceritakan betapa kesalnya saya kepada ibu, teman saya satu itu hanya berkata, "Nikmatin aja, Ki. Semua omelannya, komentar, bahkan sampai kalimat suruhnya akan kamu harapkan terucap dari mulutnya saat ibumu sudah tidak ada di dunia." Saya diam seketika. Saya mencintai sekaligus membenci mereka dalam satu waktu. Tapi saya lebih benci mendengar kalimat bahwa mereka juga manusia yang tak akan tinggal lama di dunia. Ya, mumpung masih ada. Karena yang ada seringnya terasa penting saat sudah tiada.



Read More

Sunday, March 15, 2015

Refleksi 15 Maret 2014-2015

Hari ini tepat setahun yang lalu saya dan sekitar 28 orang teman lainnya di wisuda. Kami, 29 orang yang akhirnya menutup penjelajahan kami sebagai mahasiswa S1 program pendidikan Ilmu Psikologi UIN Sunan Gunung Djati. Tak jelas apa yang saya rasakan saat itu. Tak jelas apa yang saya rasakan juga saat ini. Tahun lalu, saya baru merutuki nasib saya yang terlalu asyik menenggelamkan diri di organisasi dimana sebenarnya saya lari dari kenyataan bahwa saya punya tugas akhir yang harus saya selesaikan. Saya menggap bodoh diri saya sendiri karena tak bisa lulus tepat waktu alias selesai dalam 8 semester. Saya semakin jauh dari ambisi menjadi lulusan tercepat dengan nilai yang mengkilat. Saya ketakutan, apakah saya bisa mendapatkan pekerjaan dan melanjutkan S2 bila telat lulus kuliah. Saya sangsi terhadap kemampuan akademik saya sendiri. Nilai tinggi rasanya tak berharga bila tak lulus tepat empat tahun, pikir saya setahun yang lalu. Sehingga, wisudapun menjadi acara penutup yang menurut saya biasa-biasa saja.

Hari ini saya seperti tersadar, entah dengan kesadaran yang benar menurut orang lain atau sebaliknya. Lulus tidak tepat waktu bukan akhir dari segalanya. Karena terlambat lulus, saya bisa ada di perusahaan dimana saya bekerja sekarang. Karena terlambat lulus, saya bisa terbang ke Eropa. Karena terlambat lulus, saya memiliki tambahan jumlah teman dekat. Karena terlambat lulus, saya melihat banyak usaha keras orang lain yang rasanya saya tak bisa melakukannya. Karena terlambat lulus bukan akhir dari segalanya.

Tapi kembali lagi bahwa lulus adalah moment dimana saya bisa menunjukkan bahwa saya bertanggungjawab atas apa yang saya telah mulai. Alasan terlambat lulus pun bisa menjadi bekal pengalaman yang tak pernah terlupakan. Saya tak pernah merasakan diremehkan sekian banyak orang bila tak memutuskan untuk menunda kelulusan demi ikut berorganisasi. Saya tak pernah dipandang sebelah mata oleh banyak kepala bila saya lulus tepat waktu dan memilih jalan hidup 'biasa'. Saya juga tak pernah mendapatkan orang-orang yang terus percaya kepada saya walau angin dengan kabar buruk berhembus di suatu masa bila saya tak mengambil keputusan yang sama di tahun itu.

Bila tahun lalu saya merutuki keterlambatan lulus dari universitas, tahun ini saya tak ingin melengkapinya dengan merutuki kebodohan masa lalu saya.

Hidup pasti berputar. Semua ketakutan dan rasa minder selalu muncul tenggelam. Santai saja, semua ada waktunya. Hari ini saya bersyukur atas banyak kejadian yang saya lalui selama ini. Tuhan terlalu sayang pada hamba-Nya yang sering lupa cara berterimakasih kepadanya.

Ciparay, 15 Maret 2015




Nb: kali pertama menggunakan aplikasi blogger di ponsel

Read More

Thursday, March 5, 2015

Punya Cerita

Entah ini keberuntungan, entah sebaliknya. Mungkin karena wajahku memancarkan aura 'boleh curhat ke gue', mungkin juga bukan. Yang jelas, banyak orang yang saya kenal akhirnya bercerita banyak tentang sisi lain mereka yang tak pernah diceritakannya pada siapapun. Akhirnya, saya menjadi sawah tadah hujan kembali.

Saya senang dengan mereka yang mempunyai banyak cerita. Saya senang dengar banyak cerita dari mereka. Saya, dengan sukarela, menyerap energi negatif (terkadang positif) yang mereka pancarkan. Saya menerima itu semua.

Dari banyak cerita, sebagian saya simpan dalam hati, sebagian lain saya tuliskan dalam blog ini, sisanya masuk kedalam ruang bawah sadar.

Semua orang punya cerita. Baik sesuai dengan pembawaannya sehari-hari atau bertolakbelakang sama sekali. Semua membawa cerita mereka. Orang-orang seperti saya hanya bisa mengamati, menjadikan contoh atau bahkan meneladani.

Menurut saya, setiap cerita ada latar belakangnya. Saat bercerita nyatanya manusia tak benar-benar ingin ditanggapi. Ia hanya ingin didengarkan, dimintai penguatan atas keputusannya juga dimaklumi. Mereka kadang tak sadar, orang yang diajak bicara terkadang berusaha sepenuh hati untuk menanggapi. Mereka kadang salah arti, sosok di depannya juga manusia yang tak selalu memiliki pendapat yang sama. Mereka kadang tak mau tahu, manusia di depannya juga punya cerita berbeda.

Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)