Hari
itu, hari Rabu tanggal 20 Juli 2011. Hari yang paling aku nantikan sepanjang
aku sadar bahwa ada harapan untuk bisa masuk dan melihat langsung proses
syuting kick andy, inspiring talkshow.
Kebetulan
(sebenarnya aku tak suka kata kebetulan, kawan ^^), tema kali itu benar-benar
membuatku merinding sesaat. Special Olympics World
Summer Games (SOWSG) ke XIIIdi Athena, Yunani.
Ya,
mereka narasumber hari itu adalah para atlet Indonesia di kancah dunia dengan
kekurangan yang mereka bawa sejak lahir. Tuna grahita.
Kau tahu,
tuna grahita itu adalah istilah untuk mereka yang memiliki IQ di bawah
rata-rata. Sering juga disebut dengan retardasi mental. Bahkan, ada yang
komorbid (multigangguan) dengan tuna rungu.
Mereka
penuh kekurangan, namun mereka pula penuh semangat untuk maju dan tak pernah
kalah dalam pertandingan. Semangat yang membara, bak mata rock lee dalam serial
naruto jika ia benar-benar tertaarik pada satu hal dan bersemangat.
Melihat
mereka dengan jaket dan kostum bertuliskan INDONESIA di belakangnya, membuatku
termenung, bisakah aku seperti mereka dengan cara yang lain? Bisakah aku
merasakan indah dan bangganya “berjuang” mengharumkan bangsa Indonesia, bangsa
yang selama ini sering diremehkan oleh orang-orangnya sendiri? Bisakah aku
sempat menjadi bagian dari sejarah dalam hidupku sendiri? Bisakah?
Entah,
aku pun tak yakin.
Doakan
kawan, siapa tahu doamu yang teramini oleh Tuhan disana.
Banyak
ilmu yang hadir di malam itu. Banyak tawa dan canda yang sesuangguhnya tidak
lucu bila bukan mereka yang melakukannya. Banyak wajah-wajah asing yang mungkin
memiliki benang merah dikehidupanku kelak. Entahlah, banyak sekali hal yang
sulit aku jabarkan disini.
Ada lagi
bonus yang sangat kuidam-idamkan, buku HEROES dan majalah Rolling stones sudah
ditangan. Kini, aku bisa tenang tanpa harus daftar di internet yang memakan
waktu hingga nanti aku mati kutu. (Abaikan saja paragraph ini XD)
Perjalanan
itu bukan saja menarik dari segi keilmuan dan ppenguatan motivasi. Malam itu,
kami putuskan untuk pulang tepat setelah acara selesai. Setelah berbagai pose
di berbagai tempat tentunya.
Rencananya,
kami akan makan di sebuah tempat di Bandung, tak jauh dari keluar pintu tol
Padalarang.
Sayang,
tak ada satupun rumah makan ataupun restoran yang buka.
Kami
terus berjalan dan berjalan. Oh ya, rombongan kami hanya dua mobil, tak lebih. Si
hitam dan si putih.
Si
hitam berhenti di depan si putih. Keluarlah rekan kami dan berbincang tentang
tempat makan yang akan kami kunjungi.
Si hitam
memutuskan melaju terlebih dahulu, si putih dengan taatnya mengikuti dari
belakang.
Tak lama,
si hitam berhenti tepat di depan warung kecil dengan plang putih bertuliskan
OBAT KUAT.
Aku yang
saat itu baru bangun dari tidurku, mengerjap mata perlahan. HAH? Mau apa kita
di depan kios obat kuat?
Pengemudi
si putih, mobil yang kutumpangi, berseloroh, “Kita mau makan di kios OBAT KUAT
gitu ya?” lalu tertawa terbahak-bahak.
Aku cengengesan
di belakang. Ada-ada saja.
Si hitam
melaju lagi, namun kemudian menghilang entah kemana. Kami pun terpisah jarak
dalam kota yang sama.
Lelah
mengitari Cicadas mencari minuman untuk si Putih, salah satu penumpang si Hitam
menelpon. “Kita di Gasibu, makan di pinggir jalan aja. Gak ada restoran yang
buka.”
Harusnya
malam itu aku kenyang dengan tongseng, nasi goring kambing, capcay atau apalah
yang ada disana. Sayang, perutku malam itu aneh sekali. Entah jampe-jampe dari
tukang makanan apa yang membuatnya terasa penuh dan malas mengolah makanan
lagi. Malam itu, aku menutupnya dengan pasangan pastel, roti dan lemper. Tak jauh
mengenyangkan, bukan? :D
Untuk
info mengenai Olimpiade pada cerita diatas silahkan kunjungi ini!
0 comments:
Post a Comment