Tepat jam setengah sepuluh malam mobil kami merapat ke teras rumah. Ya, syukurlah, akhirnya kami sampai di tempat yang bernama rumah. Bangunan kecil berwarna orange tempat dimana aku dan banyak saudara serta orang tuaku tinggal. Ah, tapi bukan itu yang akan kuceritakan disini. Sekarang aku hanya ingin bercerita tentang rasa, rindu dan kamu.
Semua berawal dari lantunan lagu itu. Ya, apalagi kalau bukan lagu dari Utopia berjudulkan hujan. Tiba-tiba scene kehidupan melonjak dan melompat mundur lalu berhenti di adegan yang sesuai dengan beberapa penggal lirik lagu itu. Aku dan kau (meskipun kita bersama seorang yang lain, akan tetapi tetap kuanggap aku dan kau yang terperangkap hujan :D ), kita terdiam beberapa lama. Pertemuan yang singkat, tanpa banyak bicara dan menyenangkan. Aku tak tahu sebenarnya pasal apa yang membuat pertemuan itu begitu menyenangkan. Ada poin plus lainnya, tempat itu kudeklarasikan sebagai tempat kita. Sayangnya deklarasi itu luruh tak lama kemudian. Terlalu menyakitkan rasanya menganggap sebuah tempat menjadi daerah kekuasaan kita tanpa ada kesepakatan dengan orang yang bersangkutan.
Mari kita mulai dari rasa. Rasa menyenangkan dan tenang selalu hadir saat aku bertemu kau. Entah bagaimanapun kondisimu. Yang jelas, setiap kau ada didekatku, aku bisa tersenyum dengan mudahnya. Padahal sebelumnya mungkin saja seperti singa yang berlum makan selama sebulan, galak tiada dua. Aku tak menganggapmu sebagai pawang, karena aku bukan hewan liar atau hewan peliharaan. Ah, apalah penjelasan rasionalnya, aku tak tahu. Aku tenang. Aku senang. Aku suka kau ada disini. Sayangnya, rasa menyenangkan itu lagi-lagi cepat pergi. Karena kau memilih pergi dan aku tetap disini. Ah, kau saja mungkin tak pernah tahu keberadaanmu disini sungguh menyenangkan bagiku. Baiklah, itu tak penting :D
Selanjutnya, rindu. Aku rindu kau. Cukup untuk pembahasan ini.
Kamu. Hem, ya kamu. Kamu yang lebih banyak diam saat bertemu denganku. Berbicara bila memang perlu. Tak banyak mendebat. Tak banyak bersuara dan aku suka.
Bila cinta itu seperti kopi panas yang enaknya diminum sedikit demi sedikit. maka karismamu seperti aroma durian yang bagi sebagian orang memabukkan dan bagi sebagian yang lain begitu menggoda. Kau dan cinta ada dalam garis yang tak sama. Tak berkorelasi satu sama lain. Tapi aku terlalu memaksakannya. Akibatnya cukup fatal, aku terus menanti saat menyenangkan itu datang kembali, tanpa ada yang tahu pasti akankah masa itu datang lagi. Kau tak perlu tahu, sungguh tak perlu untuk tahu. Yang jelas, terimakasih atas coretan berwarna yang membuatku senang dan bahagia seketika.
1 comments:
hm.. hm...
Post a Comment