Hati ini kembali tak menentu. Tak menentu oleh dosa yang kulakukan sepenuh sadar pada banyak orang yang hadir di acara berharga itu. Harusnya, semua kesenangan dan kebahagiaan menjadi akhir dari perjalanan ribuan mil yang kulakukan sejak dua tahun kebelakang. Idealnya, hari itu penuh dengan suka cita yang tak bisa tergantikan. Sayangnya, semua itu hancur karena ulah egoisku. Manusia yang harusnya paling berbahagia saat itu.
Aku benci. Aku benci diriku sendiri. Aku tak bisa mempertanggungjawabkan pengahrgaan nilai terbaik yang kudapatkan. Aku menghancurkannya dengan sikap bodoh yang tak akan dilakukan oleh orang dewasa berusia 23 tahun. Aku benci. Aku benci diriku sendiri.
Perasaanku semakin tak menentu. Ironis, aku tak merasa sedih sedikitpun. SEDIKITPUN.
Mereka semua kecewa padaku. Padaku yang seharusnya membuat mereka bangga dengan prestasi akademik dan non akademik yang kuraih. Padaku yang harusnya menjadi penengah dalam kelabu. Padaku yang membuat hari itu diakhiri dengan kenangan yang juga kelabu. Padaku, orang terbodoh di masa itu.
Sedih itu baru kurasakan hari ini. Tiga hari setelah berlalunya kejadian paling menyebalkan itu. Hari dimana aku baru menyadari pentingnya mengalah dulu. Hari dimana aku tak tahu bagaimana menghapus luka-luka di hati mereka itu. Hari yang menyenangkan untuk dikenang bila aku bersikap kebalikan. Hari dimana perasaanku semakin tak menentu.
0 comments:
Post a Comment