Gara-gara tulisan sebelumnya, salah satu teman meminta saya menceritakan tentang hal-hal yang menyebalkan saat wawancara. Dengan kata lain, saya diminta untuk menyampaikan apa sih sebenarnya yang harus dihindari pelamar saat wawancara kerja. Saya berusaha mengingat-ingat pengalaman mewawancara yang saya lakukan selama hampir 2 tahun ini. Sayangnya saya banyak gak ingatnya. Hahaha. Tubuh dan jiwa saya memang muda, tapi ingatan saya haduh mak, begitulah, tak usah dijelaskan.
Bagi saya, mewawancarai kandidat itu kegiatan yang menarik. Kenapa menarik? karena dalam hitungan jam, bahkan menit kita bisa tahu banyak tentang seseorang yang sebelumnya belum pernah kita kenal. Seru kan? Mendengar cerita orang lain yang mungkin saja tidak pernah kita dengar sebelumnya. Tak jarang, wawancara menjadi momok yang menakutkan bagi beberapa orang karena takut salah dan takut-takut lainnya. Sebenarnya, tak perlu takut untuk mengikuti wawancara kerja. Bertindak sewajarnya dan tampilkan dirimu apa adanya. Namun, kamu bisa hindari hal-hal dibawah ini saat wawancara kerja.
Menangis
Memang ada kandidat yang menangis saat wawancara kerja? Banyak, Bos! Banyak! ala Isyana Sarasvati. Suatu hari teman saya cerita, "tadi pagi gue shock banget, Ki. Masa ada orang gue tanya tentang riwayat pendidikannya dan alasan dia pilih jurusan tiba-tiba orangnya segukan. Dia cerita kalau dia ambil jurusan karena permintaan mamanya yang meninggal. Gue bingung, mana di ruangan gak ada tisu lagi."
"Terus kamu ngapain?" tanya saya.
"Ya dengerin lah. Tapi orangnya minta maaf karena keceplosan curhat," kata teman saya sambil cengengesan.
Hem, begini ya. Saya tidak ingin menghakimi seseorang, tapi peristiwa penuh muatan emosional seperti itu baiknya tidak diceritakan dengan detail kecuali kamu bisa kontrol diri kamu sendiri dan atau peristiwa itu berkaitan dengan pencapaian yang telah dicapai serta meningkatkan kompetensimu sehingga pantas untuk menempati posisi kosong yang dilamar. Terdengar kejam ya? Ya begitulah.
Oh ya, menangis sering dipakai untuk topeng oleh beberapa kandidat. Untuk para pemula pasti akan serta merta terenyuh dan terbawa suasana dengan cerita kandidat tersebut, tapi untuk pewawancara yang menggunakan teknik wawancara terstruktur, hal itu tidak akan berhasil. Jadi, jangan nangis lah. Nangisnya pas nonton drama Korea, India atau Turki aja. Hehe.
Enggan Bertanya
Karena satu dan lain hal, kadang-kadang pewawancara 'agak meleng' dari kaidah wawancara terstruktur. Saya pernah salah bertanya kepada kandidat dan mendapatkan jawaban yang membuat saya geli sendiri.
"Apa target kamu setahun kedepan dan sudah mempersiapkan apa saja untuk mencapainya?" tanya saya. Ini pertanyaan yang salah ya karena terdiri dari 2 pertanyaan sekaligus.
"Saya ingin nikah, bu. Pokoknya tahun depan saya ingin menikah," kata kandidat tersebut dengan segenap keyakinan.
Saya (kebetulan sedang melakukan wawancara dengan atasan saya) hampir mau ketawa ngakak karena mendapatkan jawaban di luar prediksi sebelumnya. Tapi kebetulan atasan saya langsung merevisi pertanyaan saya dengan santai, "maksudnya yang berkaitan dengan pekerjaan."
Saya yang hampir ketawa ngakak berusaha sok cool kembali dan berkata, "iya, maksud saya yang berkaitan dengan pekerjaan."
Kandidat itu terlihat malu lalu menjawab pertanyaan dengan benar.
Untuk saya yang cenderung ekspresif dan kurang mampu menyortir ekspresi yang tak perlu, kandidat yang enggan bertanya untuk memastikan kembali pertanyaan yang diterima atau pertanyaan ambigu seringkali membuat saya salah tingkah. Tapi salah saya juga sih, ngasih pertanyaan kok ambigu. Hehehe.
Jadi, kalau kamu dapat pertanyaan yang ambigu, ya minta penjelasan saja supaya tepat menjawabnya.
Malu-malu
Nah, model yang begini cukup banyak di pasaran. Begini ya, kalau kamu lolos ke tahapan interview atau wawancara, artinya setidaknya kamu memenuhi beberapa kriteria sebagai pengisi posisi kosong di perusahaan yang dilamar. Apalagi jika rangkaian seleksi terdiri dari beragam tes, mulai dari psikotes sampai tes fisik. Oleh karena, tidak ada salahnya lebih percaya diri saat wawancara dilakukan. Terlalu pemalu bisa saja membuat potensi dirimu tertutupi. Di jaman MEA begini, perusahaan senang dengan karyawan yang bisa menyampaikan ide dan opininya, bukan yang manggut-manggut geleng-geleng saja.
Dulu saat baru lulus, saya sibuk konsultasi dengan rekan saya yang sudah bekerja. Teman saya ini meminta saya untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan saya dalam kolom yang berdampingan. Selanjutnya saya diminta menceritakan kenapa saya merasa hal-hal yang saya tulis sebagai kelebihan saya dan ia meminta saya menceritakan pengalaman yang menunjukkan kelebihan saya tersebut. Begitupun dengan kekurangan saya. Disitu saya merasa sedih sadar bahwa mengenal diri sendiri juga bisa membantu kita untuk tidak malu-malu 'menjual diri' saat wawancara kerja. Jangan lupa sesuaikan 'kesadaran diri' kamu dengan kriteria yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang dilamar.
Malu-maluin
Kalau yang sebelumnya malu-malu, kalau yang sekarang malu-maluin. Teman saya pernah kena semprot kandidat yang tidak terima karena tidak lolos seleksi. Alasan dari tidak lolos kandidat tersebut karena yang bersangkutan tidak bisa hadir di jadwal tes dan wawancara yang telah ditentukan padahal sudah dijelaskan bahwa seleksi tersebut hanya diadakan di waktu yang disebutkan dalam undangan.
"Saya kan sudah bilang saya tidak bisa datang. Lalu bagaimana dengan aplikasi saya? Saya ditolak begitu saja?Kalau saya tahu hanya ini jadwalnya kan saya akan usahakan datang," ungkap kandidat tersebut bertubi-tubi.
Rekan-rekanku sayang, harap diingat bahwa jika anda tidak hadir pada jadwal seleksi yang ditentukan, artinya anda mengundurkan diri dari posisi yang dilamar. Kenapa malah marah-marah? Kalau kamu tidak diterima jadi salah siapa? salah gue? salah temen-temen gue? *alaAADC
Model rekrutmen dan seleksi di setiap perusahaan memang berbeda-beda. Ada yang melakukan seleksi pada satu hari saja. Ada yang menggunakan gelombang-gelombang, maksudnya seleksi dilakukan beberapa kali tergantung dengan lolos tidaknya kandidat di gelombang sebelumnya. Baiknya jika memang berhalangan hadir ya hubungi saja kantornya dan sampaikan alasannya dengan sopan. Catat ya, dengan sopan. Meskipun perusahaan memang butuh pegawai, tapi jangan lupa kandidat juga butuh pekerjaan. Kalau dari awal tidak sopan, siapa yang mau tertarik dengan anda?
PHP
Saya pernah jadi bagian kandidat seperti ini. Berjanji datang interview tapi tak datang interview. Ternyata saya mendapatkan ganjarannya karena sekarang seringkali kandidat bilang akan datang interview tapi tak terlihat batang hidungnya hingga waktu interview terlewat sudah. Akibatnya apa? Mood recruiternya memburuk dan usernya marah-marah ke recruiter. Hahahaha.
Begini, kalau merasa tidak tertarik lagi dengan pekerjaannya atau sudah mendapatkan pekerjaan atau punya alasan lainnya, bilang saja. Recruiter bukan cenayang yang bisa nebak kamu mau datang atau tidak. Sampaikan saja alasannya dan putuskan untuk menarik kembali lamaranmu. Cara ini lebih manusiawi daripada nge-PHP-in recruiter yang sudah senang menemukan kandidat kayak kamu.
Meminta Hasil Interview
Ada beberapa rekan saya mengeluhkan tindakan kandidat yang seperti ini. Hasil wawancara memang terlihat mudah keluarnya, tapi sebenarnya tidak semudah yang terlihat. Saat wawancara, pewawancara berusaha memahami kandidat dari cara penyampaian, apa yang sampaikan, dll. Setelah wawancara para pewawancara baik dari pihak HRD maupun atasan langsung posisi yang kosong yang biasa disebut Hiring Manager atau User biasanya berdiskusi tentang kandidat yang sudah diwawancara. Tidak sampai disana saja. Untuk beberapa posisi, hasil interview dilaporkan kepada orang-orang yang akan bekerjasama dengan posisi kosong tersebut. Setelah meminta hasil atau bahkan meminta mereka melakukan wawancara lanjutan, kami berdiskusi kembali tentang kandidat yang sudah diseleksi. Lalu muncullah satu nama yang akan dikabari oleh pihak HR.
Ada banyak kandidat yang kekeuh meminta hasil seleksi tepat setelah wawancara ditentukan. Ada juga yang secara sengaja bertanya kepada user tentang statusnya. Hal ini sah-sah saja dilakukan bila frekuensi bertanyanya masuk akal. Kalau sehari 3 kali? Kayak makan obat, ya? Hehe.
Gini deh, kalau kamu pas untuk posisi tersebut, kamu akan diberi kabar gembira untuk kita semua dari pihak perusahaan. Jika sebaliknya, artinya rejeki kamu bukan di tempat itu atau bukan untuk posisi itu.
Buta
Eits, saya tidak bicara kelemahan fisik. Buta yang saya maksud adalah kandidat yang datang interview tanpa persiapan apa-apa. Memangnya persiapan apa saja yang diperlukan?
- Buka website dan temukan informasi tentang perusahaan, produknya, strateginya, dll.
- Baca deskripsi pekerjaan yang kamu lamar
Dua hal diatas adalah informasi dasar yang harus dimiliki setiap kandidat yang akan mengikuti proses wawancara. Ya mosok ora ngerti karo kerjaan seng dilamar to leee.. leee. Buktikan ketertarikanmu dengan memahami tempat bekerja idamanmu itu.
Mari kita bandingkan
"Bapak sudah melamar pekerjaan untuk posisi Export Supervisor. Apa yang bapak ketahui tentang posisi ini?" tanya pewawancara.
"Oh saya belum tahu banyak ya karena saya juga belum terbayang pekerjaan Export Supervisor ini seperti apa." jawab Kandidat 1
"Seperti yang saya baca di iklan lowongan pekerjaan untuk posisi Export Spv, posisi ini bertanggungjawab atas pengiriman luar negeri dan juga dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pengirimannya seperti POB, CoO, CoA hasil fumigasi, dll. Selain itu, posisi ini juga akan berkaitan langsung dengan forwarder baik untuk pengiriman laut maupun udara..." jawab Kandidat 2
Bayangkan kamu menjadi pewawancara, kandidat mana yang mempunyai peluang lebih banyak untuk lolos ke tahap selanjutnya?
Tulisan ini bukan panduan baku menghadapi wawancara kerja, tapi hanya tulisan biasa
Bandung, 27 April 2016
0 comments:
Post a Comment