Beberapa minggu ini cukup menarik bagi saya. Banyak hal yang tak pernah terpikir ada terjadi dalam hidup saya. Mulai dari dipindahkan kembali ke gedung awal tempat saya bekerja, sampai harus interview kandidat program percepatan karir di Jerman sana. Kaget? Jelas. Baru? Tentu. Semangat? Sayangnya tidak.
Enaknya jadi orang ekspresif itu, tetap bisa menutupi kegundahan hati (ceileh) dengan ketawa ketiwi. Mungkin tak ada orang kantor yang sadar. Orang terdekat saya juga mungkin tak sadar. Tapi tak apa. Memang itu urusan saya dan mereka tak perlu harus tahu, tapi kalau tahu sih seneng juga #deuuuuuuu.
Pekerjaan banyak terlantar. Malas selalu melambai-lambai. Mengantuk jangan ditanya. Apakah ini namanya putus cinta? eh maksudnya apakah ini namanya burnout? Rasanya tidak juga. Saya masih senang pekerjaan saya, walaupun sedikit kesal karena satu dan lain hal. Tapi sejauh ini, pekerjaan saya cenderung mudah dan mendapatkan banyak bantuan dari atasan saya. Entah saya yang memang bukan good follower, atau memang atasan saya benar-benar problem solver. Entahlah.
Bosan. Iya, sepertinya saya bosan. Bosan dengan kegiatan harian yang itu-itu saja. Bosan dengan tingkah laku absurd saya setiap harinya. Bosan dengan ini itu. Bosan. Semua hal yang sebenarnya bisa jadi menyenangkan tetap terlihat membosankan. Mood saya naik turun tidak jelas, padahal siklus bulanan yang menjadi sebab hormon naik turun dan munculnya kondisi senggol bacok sudah terlewatkan. Resah dan gelisah padahal tidak ada semut merah yang memandangi saya dan bertanya, "sedang apa disana?". Tidak ada juga yang meminta jawaban,"menanti pacar jawabku."
Kalau minta diri sendiri menjelaskan tentang resah dan gelisah di hati, satu-satunya jawaban paling masuk akal adalah iman saya mungkin sedang turun. Kalau bahasa gaulnya mah, futur. Mungkin kurang dzikir, mungkin kurang ikhlas dalam beribadah, mungkin terlalu banyak bergantung kepada manusia. Atau mungkin saya sudah terlalu lama tidak bermonolog. Berbincang sendirian. Berbicara dengan diri sendiri. Mengomentari diri sendiri. Mungkin.
Sebetulnya saya bukan orang yang mudah bosan. Tingkat toleransi saya terhadap rasa bosan cenderung baik. Saya bisa mengerjakan hal yang sama dengan waktu cukup lama, apalagi tidur dan leyeh-leyeh, itu bisa lama pisan. Haha.
Ah ya, mungkin ini bisa menjadi salah satu penyebabnya. Akhir-akhir ini saya suka mendengarkan lagu Maudy Ayunda, Jakarta Ramai. Hampir mirip dengan kondisi saya sekarang. *gak ada yang nanya, ki*
...Apa kabar mimpi-mimpi muApa kau tinggal begitu sajaApa kabar angan-angan muHari ini......Langitnya abu hati ku biruBanyak hal baru tapi ku lesu...
Malam ini saya jadi berpikir ulang, sebenarnya apa mimpi saya? Apa rencana saya untuk mimpi-mimpi saya? Apa usaha saya untuk mencapai mimpi-mimpi itu? Apa sebenarnya hal baru yang saya inginkan? Apa benar saya bosan? Apa saya kecewa? Apa saya mulai bergantung pada orang lain? Apa saya jadi tidak bisa mengendalikan diri saya? Apa begini? Apa begitu? Apa ini? Apa itu? Apa?
Kenapa saya masih lesu padahal biasanya bersemangat dengan mudahnya? Kenapa tak melakukan apa-apa padahal punya mimpi begitu banyaknya? Kenapa malah dengan urusan lain yang sebelumnya tak pernah dipusingkan, bahkan dipikirkan? Kenapa perasaan macam ini bercokol cukup lama? Kenapa tidak menjalani hari seperti biasanya saja? Kenapa?
Apa saya benar-benar merasa bosan? Apa benar bosan? Entahlah.
Bandung, 22 Juni 2016
0 comments:
Post a Comment