Saturday, November 5, 2011

COKLAT KOIN EMAS

Beberapa hari yang lalu, aku bercanda dengan seorang teman tentang sebuah coklat yang masih bertahan "hidup" hingga saat ini. Berbagai bentuk dan merek coklat disebutkan. Sampai akhirnya, satu kalimat yang menggambarkan satu jenis coklat yang sejatinya tak pernah lekang dari ingatanku hingga detik ini. 

Coklat koin emas.

Kau pasti tahu, bagaimana bentuk coklat yang kumaksudkan disini. Yup, bentuknya biasanya bulat, dengan cetakan yang menonjol keluar dan serupa dengan tonjolan kertas emas yang membungkusnya. Seperti sebuah uang koin emas. Bentuknya sederhana, sangat sederhana. Tapi tak sesederhana itu maknanya bagiku. 


Bulatan berwarna kuning keemasan itu sempat mempunyai gradasi rasa yang berbeda. Awalnya rasa coklat ini seperti coklat biasa, seiring berjalannya waktu, rasanya bisa melebihi coklat terenak di dunia sekalipun.

Tapi sayang, gradasi rasa itu bak pelana kuda yang naik dan turun. Usai mencapai gradasi tertinggi dengan rasa terenak di dunia, coklat koin emas yang nikmat luar biasa itu kembali bergradasi menjadi coklat biasa yang rasanya sama seperti harganya. Murah. Biasa saja.

Kau tahu semua karena apa? karena ada orang istimewa saat aku memakannya. Istimewa yang juga bergradasi seperti coklat itu. Pertemanan yang bergradasi menjadi lebih dari sekedar teman, lalu bergradasi kembali menjadi pertemanan biasa.

Pahit? tidak!

Karena sampai saat ini pun coklat itu masih manis seperti biasanya. Karena hingga saat ini pun, coklat koin emas, tetap jadi coklat yang istimewa terlepas dari berbagai goresan luka yang sempat tertoreh karenanya. terlepas dari semua bunga-bunga yang sempat hadir juga karenanya.




Read More

BERKURBAN UNTUK KEBERSAMAAN

Kurban itu lebih dari sebuah acara atau kegiatan menyembelih hewan kurban di hari Ied Adha yang mulia. Bukan juga ajang untuk memamerkan kemampuan untuk berbagi. Apalagi ajang untuk saling berlomba-lomba mengurbankan hewan termahal untuk kepentingan pribadi.

Dulu, orang-orang Mesir mengorbankan gadis-gadis tercantiknya untuk jadi kurban yang dipersembahkan untuk Dewi Sungai Nil. orang-orang yang tinggal di Kanada dan irak mengorbankan bayi-bayi lucu mereka untuk Dewa Matahari. Tak jauh berbeda dengan kondisi di Eropa Utara, Skandinavia, mereka mengorbankan para pemuka agama sebagai sesembahan untuk dengan Perang "Odin".

Keputusan Tuhan datang dengan perantara Ibrahim dan anaknya, Isma'il. yang diperintahkan-Nya untuk menjadi kurban, akhirnya digantikan binatang kurban. 

Kejadian ini penuh filosofi yang sangat bermakna dan mendalam. Yang harus dibunuh dalam diri manusia adalah sikap-sikap kebinatangan, seperti ambisius, rakus, suka menindas, suka menyerang, tidak mengenal peraturan dan norma yang berlaku dimana ia tinggal dan mengaktualisasikan dirinya. Bukan manusia yang harus dikorbankan untuk sesembahan demi kesejahteraan. Bukan pula pelestarian budaya penyembahan dengan menggunakan kurban.

Daging kurban yang seharusnya dibagikan ke orang-orang yang memiliki hak atasnya adalah sanggahan nyata dari pelestarian budaya penyembahan dengan menggunakan kurban seperti yang telah disampaikan sebelumnya.

"Daging dan darahnya sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhoan) Allah, tetapi ketakwaanlah yang dapat mencapainya" (Al-Aayah)

Kurban yang baik, sejatinya adalah kurban yang dengan ketakwaan kepada-Nya lah kita berkurban. Dengan kurban inilah kita dapat berbagi kebahagiaan, berbagi rizki yang telah Ia berikan. Kurban yang baik itu sejatinya pengorbanan untuk kebersamaan dalam kebaikan yang selalu diselimuti ketakwaan.

Masih berkurban karena gengsi? Apa kata dunia! :D


Selamat Hari Raya Idul Adha
Semoga setiap pengorbanan yang kita lakukan demi kebaikan diterima oleh-Nya, amin.
Read More

Wednesday, November 2, 2011

HUJAN ITU...

Hujan itu datang lagi. Tepat di tanggal satu bulan November ini. Sejuk memang, tapi mengapa terasa begitu menyesakkan? Apa karena aku yang terlalu sesak dengan berbagai urusan yang menyesakkan dada? atau karena aku yang terlalu bosan untuk berfikiran nyata dan apa adanya?

Hem, rumit. Sungguh rumit.

Afeksi tak pernah mudah dan tak berbelit. Sayangnya aku tak pernah mulus untuk berkelit. Paradoksk. Paradoks tak bernama dan tak ingin kuberi nama walau sekata.



Hujan itu datang lagi. Datang dengan semua tumpahan dengan puluhan barel air yang membasahi sana sini. Hingga kotaku sejuk lagi. Hingga aku kembali berfikir untuk bangun dan sadar kembali.

Tulisanku rasanya tak pernah serumit ini. Bingung mengungkapkan. Tak mampu ku merefleksikan. Baik konten maupun feeling. Semua kacau. Seperti hujan deras yang tak mampu tertampung oleh dangkalnya waduk dan kolam yang ada. Seperti luapan bah yang banyak menelusup dan memenuhi selokan.

Kacau. Kacau. Kacau.

Hujan itu membuatku kacau. Bukan tenang seperti biasanya. Bukan legang seperti hujan-hujan sebelumnya. Bukan senang seperti hujan-hujan yang lainnya.

Hujan yang lain? Kau bertanya apa itu hujan yang lain? Aku pun tak tau seperti apa yang kumaksud\. semuanya bergerak absurd. Abstrack dan aku tak tahu seperti apa bayang nyatanya.

Intinya, hujan ini membuatku ingin berdera seperti lonceng yang berbunyi dua belas kali.

Sehari setelah semuanya pergi.


Read More

Sunday, October 23, 2011

KUE COKLAT

lagi-lagi bertemu dengan benda-benda aneh dan tak sewajarnya.

langsung aja gan..let's check it out :)

Yang mana yang salah pakai "baju"? :D

Sumpah, itu kue memang sejak dari buaian si kalengnya sudah berbentuk demikian. entah merk apa. Yang jelas kue coklat selalu enak! #promo

enyakenyakenyaaakkkkkk :p
Read More

SUNLIGHT DAN SANLIGHT

Entah demi apa,tiba-tiba ingin posting tentang foto sabun cuci piring beserta sponnya yang dulu kubeli di awal-awal jadi anak kos semester 3.

coba lihat, apa yang aneh?


Yup! perbedaan yang mencolok antara huruf U dan A. Siapa yang mengikuti siapa, pasti kau sudah tahu jawabannya. :D
Read More

MANUSIA VS BEBEK

Siapa bilang manusia dan bebek sama? Memang tak ada yang bilang begitu. Yang mencolok dari keduanya adalah perbedaan satu sama lain.

Bebek, mereka tak pernah dimarahi walau berenang di air yang sudah hitam. Bahkan, seorang temanku pernah melihat bebek berhenti ditengah jalan hanya karena teman-temannya tertinggal dan belum menyebrang. Kau tahu respon para pengendara mobil dan motor seperti apa? Mereka tertawa. merasa lucu dengan kejadian ganjil itu.

Yang masih jadi pertanyaan bagiku, ada angin apa yang membuat bebek-bebek itu bisa turun ke jalan? apakah mereka ingin menggantikan mahasiswa yang senang berunjuk rasa? :D

Lupakan, masalah kenapa mereka turun ke jalan. Kini bayangkanlah yang terdiam di tengah jalan adalah manusia. Kira-kira apa yang akan terjadi?

Yup. Kurang lebih, ya dicaci maki.

Aku baru tahu, apa arti CUEK BEBEK. Ya..masa bodoh dengan apa yang terjadi. Tak mau tahu apa yang menjadi dampak dari sesuatu. Tapi satu nilai plus bagi bebek-bebek itu. MEREKA TAK MENINGGALKAN TEMAN.

Aku bilang teman, bukan sahabat. Mungkin mereka bersaudara. Tapi aku lebih suka memakai kata teman. Hubungan yang tak berlebihan. Istilah yang serba berbatas dan tak jelas. Tak ada yang tahu batasan "normal" seorang teman. Termasuk aku.

Aku pun bingung, ingin menjadi bebek yang seperti itu, atau manusia yang seperti bebek.

Bagaimana dengamu?
Read More

Saturday, October 8, 2011

KONFERENSI INTERNASIONAL BERTEMA RESILIENCE


Hari itu, rabu 20 September 2011. Aku dan kedua temanku nekat pergi ke Depok hanya untuk mengetahui bagaimana sbuah konferensi internasional diselenggarakan. Mungkin saja, suatu saat nanti kampus kami juga bisa menjadi tuan rumah konferensi internasional selanjutnya, amin.

Tema dari konferensi internasional itu adala resiliensi. Apa sih resiliensi? Banyak pengertian resiliensi, namun beberapa yang sering dipakai adalah kemampuan untuk “bounce back” ketika ia terpuruk karena suatu hal.
Jadi, bila seseorang terkena musibah dan ia bisa bangkit dari keterpurukannya itu, kita bisa lihat seberapa tinggi tingkat resiliensinya dengan berbagai alat ukur resilensi (skala).

Acara di hari kamis di bagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama pembukaan dan presentasi beberapa tamu undangan tentang hasil riset yang telah mereka lakukan. Mulai dari Peter Newcomb sebagai keynote speaker yang menyampaikan hasil penelitian resiliensi di tiga Negara yang ia lakukan. Selain Peter, tamu undangan Jas Laile Suzana Jaafar yang datang dari Uni of Malay, juga menyampaikan hasil risetnya di Malaysia.

Ada yang unik dari hasil penelitian Peter, di ketiga negara (Fiji, Aussie, Sri Langka) ini penelitian diikuti oleh ribuan anak jalanan di tiga Negara ini (walaupun jumlahnya variatif di setiap negara). Hasil dari penelitian inilah yang unik menurutku.
1.      Adanya kaitan antara agresi psikologis dengan psychological maladjustment. (Sri Lanka)
2.      Orang-orang tuna wisma di Fiji memiliki ketahanan terhadap kerasnya kehidupan dibandingkan orang-orang yang hidupnya makmur.
3.      Di Australia, kualitas tuna wisma disana setara dengan kualitas para pengusaha sukses. Mereka punya berbagai inovasi, berpikir kreatif dan berbagai keunggulan lainnya.


Sedangkan presenter tamu dari Malaysia menemukan social wel-being dapat menjadi dasar resiliensi. Dan setelah penelitian di dapatkan bahwa ada korelasi positif social well-bwing menjadi dasar dan membangun resiliensi.

Setelah mendengar hasil riset para tamu undangan, sedikit terlewat di pikiranku, suatu saat nanti aku juga akan bisa seperti mereka, amin.

Session kedua adalah parallel session. Jadi, semua hasil riset yang masuk disini, disortir oleh panitia dan dikelompokkan sesuai tema. Contohnya Resilience and Disaster, etc.

Kami bertiga berpisah. Karena minat yang cenderung sama, aku dan salah seorang temanku kembali bersama di beberapa parallel session. Oh ya, ada tiga parallel session dengan 5 kelompok hasil riset di setiap sessionnya. Dan disetiap kelompok terdiri dari minimal 3 hasil riset yang akan di presentasikan.

Well, jadi berapa orang yang mengadakan riset bila dikumulasikan secara keseluruhan?
3x5x3 = 75 presenter (belum termasuk anggota tim lainnya)

Para presenter hasil riset berasal dari berbagai universitas dan Negara. Kampusku mungkin belum tahu betapa mudah dan tak mewahnya menyampaikan hasil riset di konferensi ini. Sungguh, kawan. Semua terlihat biasa. Presenter yang terkadang masih aaaa…eee..eummm seperti balita karena cemas, gelisah dan (mungkin) kurang lancar berbahasa inggris.

Kami pasti bisa maju tahun depan ^^

Dengan hasil riset sebanyak itu di tahun ini, anggapanku Indonesia tidak maju dan malas melakukan penelitian apapun itu SALAH BESAR.

Aku harus belajar lebih menghargai tanah airku sendiri, menghargai diriku sendiri, menghargai potensi manusia untuk memajukan Indonesia.

Lanjut ke ceritaku tentang konferensi internasional.

Meskipun masih banyak metode penelitian yang harus dipertanyakan kembali kebenaran pemakaiannya, tapi secara garis besar ACARA INI LUAR BIASA.

Aku tahu rasanya orang Iran presentasi tentang hasil risetnya, walau aku tak mengerti apa yang beliau ucapkan dengan kefasihan inggrisnya yang menawan.

Aku tahu rasanya orang Afrika yang kini tinggal di Malaysia menggali dan memaparkan konsep islam tentang resiliensi dan berbagai tokoh didalamnya.

Aku tahu rasanya mempunyai dosen yang dengan hebatnya mempresentasikan hasil penelitian dengan lugas (ternyata dosen bisa nervous juga, ya? Hehehe)

Selain semua hasil riset yang bisa dibaca di buku proceeding, ada satu pengalaman yang paling ku ingat disini. Jamuan makanya enak luar biasa. Coffee and tea break membuatku ketagihan. Makan siang dengan menu sederhana sangat mengenyangkan dan menyenangkan. Kapan lagi makan seruangan dengan professor dan orang-orang pintar?

Ada beberapa cerita lagi yang akan ku ceritakan nanti di postingan selanjutnya. See you… :D




Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)