Beberapa hari yang lalu, aku bercanda dengan seorang teman tentang sebuah coklat yang masih bertahan "hidup" hingga saat ini. Berbagai bentuk dan merek coklat disebutkan. Sampai akhirnya, satu kalimat yang menggambarkan satu jenis coklat yang sejatinya tak pernah lekang dari ingatanku hingga detik ini.
Coklat koin emas.
Kau pasti tahu, bagaimana bentuk coklat yang kumaksudkan disini. Yup, bentuknya biasanya bulat, dengan cetakan yang menonjol keluar dan serupa dengan tonjolan kertas emas yang membungkusnya. Seperti sebuah uang koin emas. Bentuknya sederhana, sangat sederhana. Tapi tak sesederhana itu maknanya bagiku.
Bulatan berwarna kuning keemasan itu sempat mempunyai gradasi rasa yang berbeda. Awalnya rasa coklat ini seperti coklat biasa, seiring berjalannya waktu, rasanya bisa melebihi coklat terenak di dunia sekalipun.
Tapi sayang, gradasi rasa itu bak pelana kuda yang naik dan turun. Usai mencapai gradasi tertinggi dengan rasa terenak di dunia, coklat koin emas yang nikmat luar biasa itu kembali bergradasi menjadi coklat biasa yang rasanya sama seperti harganya. Murah. Biasa saja.
Kau tahu semua karena apa? karena ada orang istimewa saat aku memakannya. Istimewa yang juga bergradasi seperti coklat itu. Pertemanan yang bergradasi menjadi lebih dari sekedar teman, lalu bergradasi kembali menjadi pertemanan biasa.
Pahit? tidak!
Karena sampai saat ini pun coklat itu masih manis seperti biasanya. Karena hingga saat ini pun, coklat koin emas, tetap jadi coklat yang istimewa terlepas dari berbagai goresan luka yang sempat tertoreh karenanya. terlepas dari semua bunga-bunga yang sempat hadir juga karenanya.
2 comments:
hohoo dr coklat berujung ke prasaan .. hooo good
dan berakhir ke coklat lagi..haha, tragis, tapi berwarna :P
Post a Comment