Tuesday, October 4, 2016

Tak Mau


Banyak orang bercerita kepada saya tentang bagaimana hari-hari mereka berlalu. Mereka yang mempunyai bayi lucu cukup mendominasi populasi para kontributor sawah tadah hujan saya. Mulai dari teman sekolah, kuliah hingga teman kerja dan orang yang kenal selewat-selewat saja. Hari mereka dimulai dengan dini hari yang tidak sepi. Tangisan bayi, suara adzan bahkan suara teko yang menandakan air sudah matang. Mereka berceloteh tentang hidup yang tak tenang lagi. Tentang hari mereka yang dimulai pagi-pagi sekali. Tentang celotehan lucu dan kepintaran anak mereka. Tentang keluhan rumah tangga. Tentang gosip yang beredar di sekitar rumah atau meja kantor. Tentang banyak hal. Saya iri. Sepertinya hidup mereka ramai sekali. 


Salah satu teman yang punya panggilan sama dengan saya, berkali-kali bercerita bahwa dirinya kini sudah lebih cerewet dari sebelumnya. Segala hal diceritakan mulai dari tukang sayur promo harga hingga jemuran yang tidak kering kepada suaminya. Bahkan ia tak sadar suaminya sudah tidur padahal ia sudah panjang lebar bercerita. Ia menjadi penuh cerita padahal dulu pendiam tiada dua. Sepertinya hidup teman saya ini juga menyenangkan karena ada teman untuk bercerita panjang lebar, bercelotah tak karuan hingga masing-masing dari mereka tertidur karena kantuk yang tak tertahan. Terdengar menyenangkan. 

Jika berhadapan dengan mereka, saya selalu merasa ada jauh di belakang mereka. Merasa masih berteman dengan angan yang entah benar-benar jadi nyata atau tiba-tiba berubah akhirnya. Merasa dunia saya menjadi sangat sepi. Kemudian saya berangan-angan, di masa depan saya tak mau kesepian. Tak mau.


Read More

Wednesday, September 14, 2016

14 September ke-26


Yeay!!! 26 tahun! 

Seharusnya saya sedih atau bergembira ya? Entahlah. 14 September kali ini cukup berwarna. Kamar kos saya penuh balon warna warni. Umur 26 rasa 6 tahun. 

Banyak yang tak terduga di tahun ini. Emosi senang sedih bergantian muncul tanpa ritme yang pasti. Membuat saya menebak-nebak apa akhir dari semua naik turun ini. Sudahlah. Kembali ke 14 September yang ke-26. Alhamdulillah banyak nikmat Allah yang tersebar meskipun bukan naik gaji ataupun bertambahnya penghasilan. Banyak yang menyenangkan. Banyak yang belum sesuai dengan apa yang dibayangkan. Banyak yang jauh dari apa yang direncanakan. Padahal saya sebenarnya tidak punya rencana juga sih. Hahahahaha. 

Di tahun ke-26 hidup di dunia, saya sepertinya semakin sadar, saya tidak benar-benar mampu untuk menangani banyak hal sendiri. Walau saya mulai sedikit demi sedikit menerima diri sendiri, berdamai dengan masa lalu, berdamai dengan kekurangan diri sendiri. Baru sedikit, masih banyak PRnya. Semakin sadar juga bahwa saya butuh bantuan untuk lebih paham apa yang saya inginkan, apa yang ingin saya capai. Saya juga sadar, orang yang membantu saya nantinya juga punya keterbatasan, mungkin saja ia kuat menghadapi saya yang serba kurang, mungkin juga ia menyerah di tengah jalan. Masih banyak kemungkinan.

Sejauh ini, saya pikir saya makhluk mandiri yang sangat siap menerima banyak tantangan kehidupan dengan tangan terlentang. Nyata tidak. Saya masih takut menghadapi ketidakpastian hidup di masa yang akan datang. Saya masih ketergantungan terhadap orang lain.




Saya sibuk membayangkan masa depan, padahal saya tak tahu siapa saja yang tetap ada di masa depan. Sibuk sendiri merencanakan ini itu, padahal saya seringnya lupa memperhitungkan kemungkinan gagalnya. Saya terlalu sering merasa yakin lalu jatuh menangis karena rasa yakin itu bak sebelah telapak tangan yang tak bersambut telapak tangan lainnya. Akhirnya saya belajar, terlalu yakin pada yang tidak pasti membuat tangan hanya melambai, bukan bertepuk tangan. 

Tapi saya cukup beruntung dan berterimakasih karena banyak orang terkasih yang mengasihi saya. Masih ada orang-orang yang membuat kejutan kecil namun membahagiakan. Masih ada kamu yang membuat saya belajar tentang kasih sayang. Masih ada kasih sayang dari keluarga yang tak kurang sedikitpun personilnya. Intinya, saya merasa beruntung dan berterimakasih. Makin lama tulisannya makin kemana-mana. Intinya, terimakasih Tuhan nafas saya masih berhembus dan usia saya menembuh 25 ++



Read More

Tuesday, August 30, 2016

Morning Briefing

Tadi sore saya mengikuti webinar dengan pembahasan 'Morning Briefing'. Isinya kurang lebih tentang rapat singkat di pagi hari untuk anggota tim di dalam departemen. Pak Freddy, sang pemateri, juga menjelaskan do(s) dan don't(s) saat melakukan morning briefing. Briefing hanya dilakukan selama 10-15 dan membahas tentang prioritas apa yang akan dikerjakan di hari itu. Bukan tentang apa masalahmu dan bagaimana kita menyelesaikannya. Jika tidak ada pekerjaan yang bersifat urgent di hari itu, morning briefing juga bisa dijadikan sebagai wadah untuk para atasan memotivasi bawahan dan dirinya sendiri. 

Morning briefing sebenarnya bukan hal yang asing bagi karyawan di perusahaan kami. Hanya beda nama namun bertujuan sama. Hasilnya cukup menyenangkan, semua orang tahu dan saling membantu untuk mencapai KPI harian yang telah ditentukan. Sasaran menjadi lebih jelas, terukur dan terekam progresnya. 

Tiba-tiba saya mengkhayal tentang kehidupan saya di masa yang akan datang. Jika suatu saat saya menikah, rasanya saya ingin melakukan morning briefing dengan suami saya nantinya. Menyenangkan sepertinya mendengarkan apa prioritas hari ini yang akan dicapai. Sampai mana upaya menggapai mimpi yang sudah dilakukan. Proyek unik apa yang akan dilakuakan. Saling tahu apa yang akan dilakukan dan saling menyemangati. Terdengar biasa dan random sebenarnya, tapi bukan saya namanya kalau tidak random. Hahaha.  Ah, berkhayal memang menyenangkan. Entah terjadi beneran atau tidak, saya tak mau ambil pusing lah. Hahaha. 



Kembali ke morning briefing. Morning briefing juga berguna sebagai wadah dimana anggota tim lebih mengenal satu sama lain. Dengan morning briefing, atasan bisa dengan mudah memberi arahan kepada anak buah tentang hasil yang diharapkan dari pekerjaannya. Disini juga bisa menjadi tempat berlatih setiap anggota tim untuk mengungkapkan pendapatnya. Yaaa seperti yang kita tahu lah ya kalau kebanyakan orang malas, ragu bahkan takut untuk menyampaikan pendapat. Apalagi kepada atasan. Beuuh...

Disini juga atasan menjadi role model atas perilaku positif dan persuasif untuk bawahannya. 

Morning briefing juga bisa dilakukan di siang, sore bahkan malam hari, tinggal diganti saja namanya menjadi evening briefing, shift briefing, dll.

Materi sore ini seakan mengajarkan saya bahwa komunikasi dua arah memang tidak bisa dilakukan sendirian meskipun mungkin diawali oleh satu orang. Perlu antusiasme semua pihak yang terlibat dalam briefing tersebut untuk tercapainya tujuan dari morning briefing. Need two to tango. Karena masalah komunikasi juga terjadi karena kesalahan 2 orang, bukan salah satunya. 


Bandung, 30 Agustus 2016




Read More

Thursday, August 18, 2016

Dari Manusia

Kau tahu apa yang paling mengesalkan dari manusia? Pikirannya sendiri. Ia sibuk menduga-duga padahal seringkali kejadian nyata jauh dari dugaannya sebelumnya. Seringkali ia alpa bahwa dugaannya hanya membuat hatinya gundah gulana. Membuatnya hidupnya tak lebih baik dari sebelumnya. 

Kau tahu apa yang paling membingungkan dari manusia? Perasaannya sendiri. Ia sibuk berkutat dengan perasaannya. Padahal ia sadar perasaan seperti gradasi warna yang bergerak dari warna terpekat menuju warna termuda. Bergerak dari sangat terasa hingga tak terasa sama sekali. Sibuk berjibaku meyakinkan dirinya sendiri dengan perasaan yang sebenarnya ia sudah tentukan diawal, dan mungkin bisa berubah hanya karena satu dua kejadian.

Kau tahu apa yang paling menyedihkan dari manusia? Keraguannya pada diri sendiri. Membuat manusia hidup segan mati tak mau. Membuat manusia mundur selangkah dibandingkan macan tutul pincang yang berani menerkam cheetah di daratan Afrika sana. Membuat kemampuannya terkikis sedikit demi sedikit karena dirinya sendiri. 

Kau tahu apa yang paling mudah terlupa dari ingatan manusia? Janji-janjinya sendiri. Suatu waktu mengatakan dengan lugas dan pasti bahwa ia akan melakukan begitu begini. Kemudian waktu berlalu dan janji hanyalah ungkapan kata yang tak bisa digenggam lagi. Ia lupa karena tertumpuk memori lain yang bisa jadi terasa lebih penting. 

Kau tahu apa yang menyenangkan dari manusia? Senyumannya sendiri. Ia sadar bahwa tersenyum membuat dirinya lebih baik lagi, namun jarang ia tersenyum pada dirinya sendiri. Bahkan ia sering tak sadar bahwa senyumnya menjadi sumber senyuman orang  lain. Ia sering lupa bahwa tersenyum hanya membutuhkan usaha sedikit saja. Ia sering abai pada senyumannya yang tak jarang ditunggu oleh orang lain kemunculannya. 

Kau tahu apa yang paling menarik dari manusia? Semangat hidupnya. Mungkin terkadang hal ini muncul tenggelam, tapi ketika muncul bisa membuat bidadari mabuk kepayang. Semangat hidup manusia membuatnya berbeda dari makhluk lainnya. Membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin. Membuat pagi lebih cerah daripada malam. Membuat malam lebih syahdu daripada waktu lainnya.

Kau tahu apa yang paling mengagumkan dari manusia? Harapannya. Walau banyak manusia putus harapan, tapi tetap harapan menjadi salah satu titik terang yang membuat manusia begitu mengagumkan. Hanya karena memiliki harapan, hidup manusia bisa berubah 180 derajat dari sebelumnya. Yang jelas, harapan yang mengagumkan bukan harapan yang hanya harapan saja, tetapi yang diselaraskan dengan upaya pemenuhan harapan.

Kau tahu apa yang seringkali membuat manusia kesulitan dalam hidupnya? Berinteraksi dengan sesama manusia. Karena menghadapi manusia adalah kesulitan tingkat tinggi yang pernah ada.


Curug Candung, 18 Agustus 2016
Read More

Over-qualified

Saya pernah ditanya seorang kandidat saat wawancara. 

"Mbak, saya mau tanya alasan kenapa pelamar kerja ditolak oleh perusahaan."

Saya diam sejenak. Mengambil nafas panjang. Menjawab pertanyaan ini saya harus yakin 100% dengan apa yang saya ucapkan. Bagi saya, itu tidak mudah. 

"Banyak alasannya. Intinya karena tidak sesuai dengan kriteria untuk posisi kosong ataupun dengan perusahaannya. Bisa karena less-qualified atau over-qualified."

"Over-qualified? Bukannya perusahaan senang ya kalau calon pekerjanya melebihi kualifikasi yang dibutuhkan?" tanyanya lagi. 

Saya menarik nafas panjang. Mencoba mengingat apa yang atasan saya pernah ceritakan kepada saya saat posisi kosong tak kunjung terisi. 

"Gini, mbak. Posisi kosong di perusahaan itu seperti botol yang tidak ada tutupnya. Kita hanya perlu tutup botol yang pas dengan botol yang terbuka. Tidak lebih kecil, tidak lebih besar. Harus pas. Walaupun sulit dan tak mudah menemukan yang 100% pas, tapi kita akan mencari yang kemungkinan pasnya lebih besar daripada yang lain. Kita ibaratkan pelamar kerja seperti tutup botol. Sulit bagi perusahaan menerima orang yang memiliki kapasitas jauh dibawah kriteria dari lowongan pekerjaan yang dibuka. Resikonya terlalu besar, perlu training dan waktu yang mungkin perusahaan tidak miliki sekarang. Jadi perusahaan perlu orang-orang dengan kapasitas mumpuni untuk dapat mengoptimalkan perannya nanti. Semua orang belajar hal baru meskipun pernah memiliki pengalaman sebelumnya, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa pengetahuan dan potensi seseorang juga bisa menentukan seberapa cepat karyawan baru bisa memikul tanggungjawabnya secara penuh. Pas juga dari sisi budget, alias ada kesesuaian antara ekspektasi gaji yang diinginkan calon karyawan dengan budget yang sudah dianggarkan perusahaan untuk posisi tersebut. Apa jadinya kalau over-qualified? Budget lebih tinggi dan ada kemungkinan untuk kehilangan karyawan kembali karena beban kerjanya terlalu mudah bagi orang tersebut," jelas saya panjang lebar. 

"Jadi, mbak kalau tidak lolos seleksi kerja, jangan putus asa dan merasa rendah diri. Mungkin saja mbak salah satu dari kandidat yang over-qualified," tutup saya sok bijak. 

Orang diseberang telepon terdiam sejenak. Sepertinya ia berusaha mencerna dan mempercayai apa yang saya katakan. Atau mungkin ia sedang berpikir saya berbohong. Entahlah, yang jelas saya sudah menjelaskan apa yang saya tahu dan apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia rekrut-merekrut karyawan baru. 

Beruntung, mbak yang bertanya ini akhirnya bergabung di perusahaan kami. Senang rasanya melihat orang lain mendapatkan pekerjaan dan kesempatan untuk menjadi bagian dari keluarga kami. Terdengar klise ya? tapi sungguh, yang menyenangkan dari menjadi rekruter itu melihat orang lain senang karena salah satu harapannya tercapai. Bekerja di perusahaan yang ia inginkan.



Curug Candung, 18 Agustus 2016
Read More

Tuesday, July 12, 2016

Tambahan

Ingin nambah, artinya yang sudah didapat belum cukup. Entah memang tidak cukup atau tidak merasa cukup. Yang jelas butuh tambahan. Titik. 

Banyaknya keinginan, membuat saya ingin menambah penghasilan. Saya masih bekerja dari jam 8-5 (bahkan beberapa kali melebihi jam kerja), tapi ternyata saya masih bisa sibuk chatting, main media sosial mulai dari FB, IG, Path, dll. Karena satu dan lain hal, rasanya saya perlu menyibukkan diri. Terutama dengan hal-hal yang bisa memberikan income tambahan untuk saya. Menjadi pekerja lepas bukan sesuatu yang baru bagi saya. "Ngamen" psikotes di beberapa sekolah atau instansi pemerintah membuat saya terbiasa bekerja sampai pantat pegal atau mata jereng karena jejeran angka alat tes Pauli. Haha. Selain ngamen psikotes, saya juga ikut-ikutan proyek menulis dari rekan seperjuangan nyari duit saya, Pradita, atau lebih sering disebut Mawar eh Belalang maksudnya. Kenapa Belalang? Karena kacamatanya mirip belalang. Besar. Hahaha. Tenang, saya tidak sedang mem-bully. Dia memanggil saya Capung karena kacamata saya juga besar. Hahaha. 

Kembali ke pekerjaan lepas. Karena bosan tidur pasca lebaran, saya iseng mencari tahu situs penyedia lowongan pekerjaan lepas alias freelance. Dari sekian banyak rekomendasi, sepertinya saya cuma jatuh hati pada 2 situs, yaitu : 

1. Projects.co.id

Situs ini menarik karena cara pakainya mudah dan gratis. Hahaha. Gratis itu kriteria pertama cari kerja sih. Memang kebanyakan pekerjaan lepasnya untuk IT sih, tapi ada kok pekerjaan yang meminta pekerjanya untuk menulis, mendesain poster, dll. Lama-lama saya belajar coding juga ini mah euy. Demi sebongkah berlian. Hahaha. Berikut penampilannya : 



2. Sribulancer.com

Pilihan kedua saya jatuh ke Afgan. Hemeh. Hahaha. Maksudnya ke sribulancer.com. Kenapa saya senang dengan situs ini? karena pekerjaannya banyak yang membuat saya tertarik dan cenderung gak terlalu banyak fiturnya jadi kesannya gak ribet. Entah ini kelebihan atau kekurangan. Hahaha. Berbeda dengan situs yang pertama, situs ini tidak menyediakan fitur chat dengan owner proyek, kecuali jika owner proyek menghubungi pekerja terlebih dahulu. Jadi kalau ada proyek yang kurang jelas, antara menulis pesan dan menawarkan harga dengan sejelas-jelasnya, atau bid now, ask later. Haha. 



Semoga dari sekian banyak proposal kerja yang saya masukkan ada yang lolos, jadi bisa rada sibuk dan bisa dapat penghasilan tambahan. Yuk, cobain atuh biar sama-sama bisa beli sebongkah berlian. Haha. 

Oh iya, satu hal yang saya pelajari dari kejadian hari ini. Keterampilan melakukan sesuatu diluar latar belakang pendidikan (atau mungkin bertolak belakang dengan pendidikan yang ditempuh) bisa menghasilkan juga. Makanya, jangan banyakin jajan, banyakin kursus aja sekarang mah. Demi sebongkah berlian! #kekeuh

Bandung, 12 Juli 2016
Read More

Saturday, July 2, 2016

O Captain, My Captain

O captain, my captain. Panggilan unik guru Bahasa Inggris bernama John Keating di Welton Academy dalam film Dead Poets Society. Panggilan yang tentunya tidak lazim di negara manapun untuk seorang guru. Saya suka caranya menerima semua jawaban dari para muridnya. Tidak merendahkan walaupun mungkin ia tahu murid tersebut tidak menyukai pelajarannya. Ia mengajak para murid berdiri di atas meja untuk melihat perspektif lain walaupun saat mereka merasa pendapat atau jalan yang mereka ambil itu benar. Hal ini mengingatkan saya pada dosen saya yang luar biasa. Beliau memang terkenal killer karena standarnya yang tinggi dan caranya mengomentari tugas mahasiswa 'malas baca' di kelas yang agak bikin tegang. Suatu hari beliau duduk diatas meja. Sore hari di pelajaran Psikodiagnostika. Seingat saya beliau menyebutkan alasan yang sama dengan John Keating. 

sumber

Kembali ke cerita tentang film Dead Poets Society. 

Karena uniknya cara mengajar Keating, sekelompok murid 'gaul' Welton penasaran dengannya. Salah satu anggota menemukan wajah Keating dan sekilas tentang biodatanya di masa lalu di sebuah buku tahunan. Keating adalah anggota Dead Poets Society. Komunitas murid Welton yang suka membaca puisi di sebuah gua tak jauh dari sekolah asrama mereka. Lalu ceritapun dimulai. 

Saya senang dengan film ini. Dirilis tahun 1989 tapi tetap terasa inline dengan kejadian di masa sekarang. Masa dimana teori tentang anak adalah miniatur orang dewasa hampir dilupakan. Masa dimana artikel parenting sudah banyak ditemukan. Masa dimana family advisor dan hasil tes minat bakat anak mulai dianggap penting. 

Konflik yang dimunculkan dalam film ini juga terasa alami. Persis seperti kehidupan remaja lelaki pada umumnya: konformitas, cinta dan cita-cita. Entah cita-cita siapa, mereka atau milik orang tuanya. 

Saya pernah melihat film yang mirip dengan ini namun beda plot dan akhir cerita. Saya pernah sekolah di asrama, namun anehnya tak banyak merasakan hal-hal unik seperti di film-film itu. Mungkin karena keunggulan sekolah dalam film macam Dead Poets Society ini adalah mempersiapkan anak untuk masuk universitas terbaik di negerinya, sedangkan sekolah saya tidak bertujuan demikian. 

Secara garis besar, saya beri nilai 9,5 dari 10 untuk film ini. Saya suka akting Robin Williams, dll. Saya suka plotnya. Saya suka tidak ada darah-darah di film ini. Hahaha. Gampang ngeri soalnya anaknya. Ah ya, saya agak terheran-heran juga saat tahu klub-klub anak-anak pintar itu tidak jauh dari pelajaran. Hahahaha. Jadi bikin pengen belajar bareng #eaaaa #kode

Carpe diem, seize the day, make your lives extraordinary. 
Robin Williams sebagai John Keating di DPS
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)