Banyak orang bercerita kepada saya tentang bagaimana hari-hari mereka berlalu. Mereka yang mempunyai bayi lucu cukup mendominasi populasi para kontributor sawah tadah hujan saya. Mulai dari teman sekolah, kuliah hingga teman kerja dan orang yang kenal selewat-selewat saja. Hari mereka dimulai dengan dini hari yang tidak sepi. Tangisan bayi, suara adzan bahkan suara teko yang menandakan air sudah matang. Mereka berceloteh tentang hidup yang tak tenang lagi. Tentang hari mereka yang dimulai pagi-pagi sekali. Tentang celotehan lucu dan kepintaran anak mereka. Tentang keluhan rumah tangga. Tentang gosip yang beredar di sekitar rumah atau meja kantor. Tentang banyak hal. Saya iri. Sepertinya hidup mereka ramai sekali.
Salah satu teman yang punya panggilan sama dengan saya, berkali-kali bercerita bahwa dirinya kini sudah lebih cerewet dari sebelumnya. Segala hal diceritakan mulai dari tukang sayur promo harga hingga jemuran yang tidak kering kepada suaminya. Bahkan ia tak sadar suaminya sudah tidur padahal ia sudah panjang lebar bercerita. Ia menjadi penuh cerita padahal dulu pendiam tiada dua. Sepertinya hidup teman saya ini juga menyenangkan karena ada teman untuk bercerita panjang lebar, bercelotah tak karuan hingga masing-masing dari mereka tertidur karena kantuk yang tak tertahan. Terdengar menyenangkan.
Jika berhadapan dengan mereka, saya selalu merasa ada jauh di belakang mereka. Merasa masih berteman dengan angan yang entah benar-benar jadi nyata atau tiba-tiba berubah akhirnya. Merasa dunia saya menjadi sangat sepi. Kemudian saya berangan-angan, di masa depan saya tak mau kesepian. Tak mau.
0 comments:
Post a Comment