Thursday, September 15, 2011

KARENA FILM BERJUDUL PERFECT DAY

Malam ini, jam 12.30 aku terbangun karena suara televisi yang terlalu keras dan lupa dimatikan sebelum tidur. Awalnya, kufikir itu adalah hal terbodoh dan ter-mengesal-kan yang aku rasakan malam ini, tepatnya dini hari ini.

Setelah nyawaku terkumpul sempurna, aku tersadar, yang aku tonton ternyata liputan olahraga yang sama sekali tidak aku mengerti istilah-stilah apa yang mereka pakai dalam laporannya.

Berbagai channel aku coba, berbagai acara kutonton. Mulai dari acara sampah dengan kata-kata sampah. Hingga satu film yang benar-benar membuatku berfikir, mungkin untuk film ini aku bangun dini hari.

Dikisahkan seorang penulis, bernama Robert, mendadak terkenal karena bukunya yang luar biasa. Buku itu terinspirasi dari kehidupan pribadinya. Inti dari cerita itu adalah disaat Rob bertemu seseorang yang selalu berkata padanya bahwa ia sebentar lagi akan mati. Tepat di hari natal tahun itu. Singkat cerita, sosok itu selalu menghantui Rob kemanapun ia pergi. Sosok itu terlalu tahu apa yang hanya diketahui oleh Rob, bahkan tidak diketahui oleh istrinya.

Semakin hari ia semakin yakin bahwa semua sosok bernama Michael itu benar-benar malaikat yang dikirim Tuhan untuk memberitahu ada kesempatan baginya berbuat hal-hal baik sebelum ia mati, terutama memperbaiki bahtera rumah tangganya yang hampir karam.

Ending yang sangat apik disuguhkan disana, ternyata Michael hanyalah seorang doctor yang juga seorang penjaga makam, ia sedang melakukan riset pada orang-orang yang tiba-tiba dikabarkan akan mati beberapa hari ke depannya.

Ada kata-kata Michael yang membuatku tertegun, “….saat seseorang tahu dirinya akan mati sebentar lagi, ia akan sadar orang-orang yang menyayanginya. Ia akan sadar berbagai hal yang ia sia-siakan sebelumnya. Ia akan sadar bahwa ia hidup dan memberikan pengaruh pada hidup orang lain…”

Hey, aku masih hidup dan aku tak tahu kapan hidupku berakhir. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan. Aku sangat sayang pada kedua orang tuaku yang terlalu sering aku kecewakan. Aku terlalu sayang pada adik-adikku yang selalu setia membantu disaat aku membutuhkan padahal yang mereka terima dariku tak lebih dari kata-kata penuh intonasi tinggi.

Aku ingin berterimakasih pada mereka yang telah rela menerima dengan paksa atau dengan senang hati semua kata-kata yang keluar dari mulutku, kata-kata yang terketik oleh jari-jariku, kata-kata yang menyakitkan hati atau membuat suasana saat itu menjadi buruk seketika.

Aku sayang pada kalian. Orang-orang yang special dan me-spesial-kan hari-hariku. Orang-orang yang secara tak langsung selalu menambah motivasi berprestasiku, walau sampai saat ini belum ada prestasi terbaik yang pernah kuukir untuk mereka.

Sampai saat ini, aku menyesal terlalu banyak berbuat buruk. Terlalu banyak berprasangka tak baik. Terlalu banyak menganggap kebaikan sebelah mata.

Robert telah membuat harinya sempurna dengan menyelamatkan temannya dari PHK karena kedatangannya di pesta natal. Rob datang ke rumah ayahnya yang selalu memanggilnya Einstein karena menurut ayahnya ia bisa melakukan hal-hal hebat jika diberi motivasi lebih. Rob juga pulang kerumah hanya untuk bertemu anak dan istrinya lalu berkata, “Apapun yang terjadi padaku, kalian tahu aku sangat mencintai kalian.”

Lalu, apa yang bisa kulakukan untuk membuat hari-hariku sempurna sebelum aku mati?

Sepertinya aku harus percaya bahwa hidup itu rapuh tapi cinta itu tidak. Maka aku harus mengawali hariku dengan cinta, bukan dengan benci dan dusta.

Sepertinya aku harus percaya bahwa masih banyak kesempatan baik yang mengantri untuk datang dan aku harus mempersiapkan diri untuk pantas mengambilnya.

Sepertinya aku harus percaya bahwa esok akan lebih baik jika aku mengabdi pada yang baik.

Kapan hari sempurnamu akan datang? Kita yang tentukan. Jadi, ayo mulai menentukan! 

Parigi, saat adzan awwal berkumandang.
14 Syawwal 1432H/13 September 2011 M
Read More

Sunday, August 7, 2011

ANDAI OH ANDAI

Kau pasti sering dengar kata-kata itu. kata "andai" seingatku pernah menduduki kata pertama yang sering dimunculkan para penyanyi di lantunan nyanyiannya. Mau contoh? Okey. Contohnya:

  1. Lagu Sherina, dengan lirik : "Andai…aku tlah dewasa.."
  2. Lagu Joshua, dengan lirik : "Andai aku jadi kaya…"
  3. Dan Andai-andai yang lain.

Awalnya, aku ingin mencari apa sih arti dari kata "andai". Sayang, rencana itu kandas sudah karena keterbatasan ingatan dan semangat. Setahu aku, andai itu sering dipakai ketika kita mengaharapkan sesuatu. Seperti, "Andai suamiku seorang Ustadz plus Neurolog" (curcol ^.^).

Kau pasti mengerti, bukan?

Yang ingin aku ceritakan disini memang bukan asal usul kata andai, kenapa harus andai? Tidak anday (pake Y), atau 4ndHaii (alay mode:ON). Aku juga tidak akan membahas bagaimana penggunaan kata ini dalam kalimat, karena itu adalah pekerjaan guru Bahasa Indonesia kalian J

Beberapa waktu lalu, sobatku nan jauh disana (sebut saja dia Bunga) mengajak mengobrol ria via fasilitas chat di salah satu jejaring social. Berikut sedikit kutipan percakapan kami :

Bunga : Ki, aku bingung euy..

Aku : Wah, kenapa?

B : blablablabla……(panjang lebar bercerita)

A : balablabalabalabala (dengan sok iyeh mendengarkan dan sedikit berkomentar)

Sampai akhirnya keluar kata-kata ini:

B : Ki, gak ada orang tua itu gak enak ya…Selalu merasa rapuh dan gak ada yg ngasih pertimbangan..

A : 2(*&^%$456&#$%^& (diam seribu bahasa)


 

Kenapa diam? kalimat terakhirnya sukses membuat aku garuk-garuk kepala yang tak gatal. Pasalnya, aku baru saja bertengkar hebat dengan orang tua (hal yang memalukan).

Andai oh andai.

Manusia memang aneh. Yang disini rapuh karena orang tua dan yang disana rapuh karena orang tua sudah tiada.

Kawan, tolong jangan stempel aku dengan cap "ANAK DURHAKA". Kau pasti tak pernah lupa tak ada asap bila tak ada api. Banyak alasan, banyak masalah, banyak kendala yang membuat kita bisa mensyukuri apa yang kita punya. Yang kurang ini lah…itulah..sangat krusial.

Apa itu krusial? Entahlah, aku tak tahu. Malaikat mana yang membisikan kata itu tadi?

Ah, hidup memang penuh dengan keluhan bila kita terus memalingkan pandangan pada apa yang kita inginkan.

Kata andai bagiku tak ubahnya kata kebetulan. Terlalu munafik. Terlalu memungkiri kehendak Tuhan disana. Terlalu membuatku terbuai oleh harapan-harapan semu dan tak pasti.

Kata andai yang sering kupakai itu, terlalu membuatku yakin bahwa aku adalah korban masalah yang sempurna. Padahal aku sering lupa, aku juga berkontribusi menjadi pelaku.

Kata andai, sering membuatku tak bersyukur pada apa yang sudah ada dihadapan mata dan digenggan dengan erat kedua tangan.

Mungkin kedepannya, kata "andai" akan ku kikis perlahan dari kamus hidupku. Aku ingin lebih bersyukur pada apa yang telah aku punyai dan pada apa yang masih aku punyai. Aku ingin memandang diriku dengan adil. Tak lagi sebagai korban dalam setiap masalah.

Bila mungkin nanti kata itu tak bisa luput dari kehidupanku, semoga maknanya akan berubah lebih positif dan kupergunakan dengan lebih baik lagi.

Ini hanya salah satu bentuk katarsisku, kawan. Tak ada data, fakta, referensi dan sebagainya dan sebagianya. Maaf bila ini tak sempurna sama dengan apa yang kau pahami dari kata itu. Sampai jumpa.

Dedicated to my parent, pardon me please.

Read More

FORGIVEN BUT NOT FORGOTTEN

Aku tak pernah ingat sebenarnya dari mana aku mendapatkan kalimat sakti nan keji itu. Kau pernah merasakan rasa sakit hati yang dalam karena luka yang ditorehkan oleh seseorang yang sangat dekat denganmu? Aku juga.

Meski mungkin rasa sakit itu tak pernah sama, tapi setidaknya kita punya satu derita yang sama : disakiti. Bolehkah aku mengutip kata-kata motivator nan Arif, Mario Teguh dalam program mingguannya di televisi swasta?

Begini intinya, "Orang yang menyakiti kita itu pasti orang-orang dekat. Mengapa? Karena orang yang jauh dan tak kita kenal takkan mungkin menyakiti kita."

Kadang kita terlalu menyimpan harap pada mereka yang dekat dengan kita. Kadang kita terlalu mengandalkan mereka. Kadang kita terlalu memaksa mereka supaya mengerti apa yang kita rasakan. Percayalah kawan, tak ada manusia yang mengerti bila kau tak mengutarakan maksud dan harapmu.

Sadarkah bila kita masih mengingat kesalahannya berarti masih ada luka yang tak termaafkan disana. Sulit memang. Aku tak pernah berhasil dalam hal ini. Pasti ada sisa sakit yang kubawa. Sampai mati kah?

Tidak.Aku tak ingin membawa kekecewaan itu sampai mati. Tapi bisakah?

Let we see.

Read More

AKHIRI SAJA

Entah karena alasan apa. aku tak tahu. Yang jelas, aku benci bila mendengar mereka yang sudah berpasangan mencaci pasangannya sendiri, menjabarkan kesalahan pasangannya pada orang lain dengan suara lantang penuh kekesalan, memperlihatkan cacat yang mungkin saja tak pernah diketahui orang sebelumnya.

Apa kau pernah terfikirkan keburukan-keburukan yang kau paparkan sebelum kalian menjalin hubungan? Bila belum, pikirkanlah sekarang!

Aku jengah bila pasangan A-B saling menyebutkan kekurangan mereka dalam percakapan sehari-hari.

Kau tahu? Untuk apa kau memilihnya dan berkata "aku menerimamu apa adanya" tapi sekarang menyerukan pada seluruh alam bahwa dia orang yang penuh dengan kekurangan dan tak ada sikapmu yang menunjukkan bahwa kau menerimanya apa adanya.

Bila kau atau kalian tetap demikian, sudah akhiri saja. Akhiri saja jalinan yang kalian sebut dengan jalinan kasih itu. toh kau tak bisa menjaga noktah hitam dalam banyaknya titik putih yang dimiliki pasanganmu. Atau cobalah akhiri kemunafikan menerima apa adanya yang kau elu-elukan saat meraup manisnya cinta tanpa kebencian.

Read More

HEY

Hey, kau! Ya, kau! Kamu. Anda. Kau.

Apa artinya kebaikan bila diartikan kemunafikan?

Entahlah, hingga kinipun aku tak pernah tahu bagaimana tepatnya kebaikan.

Kebaikan bagiku mungkin saja kejahatan bagi orang lain, begitupun sebaliknya.


 

Hey, bila aku ingin pergi dari dunia ini, haruskah aku mati terlebih dahulu?

Aku hanya ingin pergi sejenak, kawan.

Tak lama.

Hanya sejenak.

Beberapa jam saja. Tak lebih.


 

Aku ingin menjadi lebih arif. Menjadi lebih mengerti arti hidup. Lebih bahagia ketika tersenyum terpaksa


 

Kawan, jangan kau bilang kau mengerti aku.

Karena aku lebih busuk dari apa yang kau fikirkan.

Karena aku tak ubahnya duri tajam di indahnya tangkai mawar.


 

Aku tak pernah menyesal jadi manusia

Tapi kadang aku terlalu ingat manusia tempat salah dan lupa

Aku terlalu lupa jika manusia juga tempat ingat dan benar


 

Hey, apa artinya tulisan ini?

Tak ada artinya kawan..

Ini hanya reduksi emosi dan pengalihan kata-kata cacian kasar yang biasanya aku lontarkan


 

Jangan kau fikir kau tahu aku dengan jelas, kawan.

Karena aku tak pernah sedikitpun sama dengan apa yang kau fikirkan tentangku.

Read More

FASE ALAY

Semua orang mungkin pernah jadi orang-orang alay. Entah itu dari gaya tulisan, gaya omongan, gaya berpakaian, dan lain lain (yang penting bukan gaya batu, gaya kodok, gaya ikan cupang dan gaya-gaya lainnya di kolam renang).

Aku juga pernah. Bayangkan, aku menulis di blog ini dengan kata-kata yang penuh dengan paduan vocal-konsonan yang tak jelas, paduan huruf besar kecil yang tak seharusnya, paduan huruf dan angka, menguadratkan apa yang tak semestinya di kuadratkan, menambah banyak tanda baca yang tak sesuai dengan EYD (eh, apa mungkin tulisan alay punya EYD tersendiri?). Intinya, bila aku baca sekarang membuatku muak. J

Contohnya :

  • Tidak/gak àtidaq/gag, tagg, Gugz
  • Makan à mumz, maqand, moemz
  • Kok à kugh, qoq, kuq, kh0q, kh0gh
  • Mimpi à mmv, mimphie, m1mpy
  • Aku à aQhu, ak, 4q, kuwH

Awalnya, kukira hanya aku yang merasakannya. Ternyata tidak!

Raditya dika yang notabene penulis gokil favoritku saja pernah melewati fase itu. Teman-temanku yang kini lebih bijak juga pernah melewati fase itu. Malah ada yang hingga kini terjebak dalam fase aneh dan abadi itu.

Apa perlu fase alay masuk dalam pembaharuan fase perkembangan manusia yang selama ini beredar di buku-buku Psikologi perkembangan? Mungkin ide ini perlu dipirkan lagi, ya. J

Buat para alayers, Salam alay ^^

Read More

Thursday, July 21, 2011

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)