Saturday, January 17, 2015

One Hundred Foot Journey

Ini film India juga. Saya curiga sebentar lagi saya akan menyukai film-film India. Durasi film ini sama panjangnya dengan film-film India pada umumnya. 150-an menit. Sebetulnya ini bukan film India, hanya saja menceritakan tentang keluarga India. Film garapan Lasse Hallstom ini memang oke punya.

Ceritanya, ada sebuah keluarga dengan 6 anak yang hampir seluruhnya suka dan bisa masak. Film ini diawali dengan suasana pasar tradisional di India. Semua ibu-ibu mendekati tukan ikan dan berebut untuk membeli bulu babi. Entah bagaimana rasanya, saya juga jadi ingin mencoba masakan bulu babi ini. Hehe. Pertarungan pembelian bulu babi itu dimenangkan oleh Hassan, seorang anak laki-laki yang menurut penjual ikan 'mengetahui rasa'. Naas, keluarga Hassan harus pergi dari India karena mereka diserang dan rumah mereka dibakar oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ibu Hassan meninggal dalam kebakaran itu.



Film ini menggambarkan perjalanan keluarga imigran India ke Eropa. Menggambarkan pula keindahan wilayah pegunungan Perancis yang sangat memukau. Asli lah, keren pisan!

Film ini memiliki plot cerita yang sangat menyenangkan, tenang dan berakhir dengan happy ending. Perjalanan Hassan dan keluarganya menghadapi tetangga yang memiliki restoran Italia, kisah cinta Hassan dan Marguerite, kisah cinta ayahnya dan nyonya pemilik restoran Prancis, Madamme Mallory, dan sebagainya dan sebagainya.

Dari film ini saya belajar satu hal, bibit yang baik akan berkembang baik bila memiliki tempat untuk berkembang yang sesuai dengan potensinya. Hassan seorang lelaki India bisa menjadi chef terkenal di Perancis yang terkenal dengan keangkuhan rasa masakannya itu dengan menggunakan bakat serta ketekunannya dalam mendalami ilmu masak memasak.

Setelah nonton film ini, kok saya jadi ingin bisa masak yaaaaaaaaa....
Read More

PK

Film India ini sama seperti film India pada umunya. Panjaaaaangg durasinya, 150 menit, Bo! Saya sempat bosan dan menanti kapan film ini berakhir, walaupun memang tidak dapat dipungkiri film PK, seperti film Amir Khan lainnya, menginspirasi dan saya rekomendasikan untuk ditonton. 

Alkisah ada seorang makhluk dari planet antah berantah yang berprofesi sebagai astronot di tempat asalnya. Ia turun ke bumi karena misinya untuk meneliti planet yang kabarnya mirip dengan planetnya, layak huni. Planet itu adalah bumi. Ia terdampar di bumi dan tidak bisa kembali karena remote kontrol pesawat terbangnya dicuri di padang pasir India, maafkan saya tidak tahu apa namanya. 

Alur ceritanya unik dan lengkap dengan nyanyi-nyanyi dari tarian khas film india lainnya. Film ini tentang pencarian pertanyaan-pertanyaan yang pada awalnya didasarkan pada pertanyaan PK, "bagaimana ia bisa menemukan remote controlnya dan pulang ke planet asalnya?". 

Pertanyaan sederhana itu kemudian mengantarkan PK terhadap pertanyaan paling fundamental dalam hidup manusia, pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan dan bagaimana berkomunikasi dengannya. Diangkat pula isu-isu sensitif seperti banyaknya manusia yang berbisnis atas nama Tuhan. Ah ya, ketakutan manusia terhadap hal yang tidak jelas tepatnya, bukan Tuhan. Tuhan terlalu agung untuk dijadikan alasan bisnis makhluk-Nya. 

Diangkat pula betapa banyaknya cara beribadah pada Tuhan dan betapa berbedanya manusia satu dengan yang lain dalam masalah ini. Ada satu hal yang menggelitik saya, hanya keyakinan sajalah yang bisa dimiliki oleh setiap manusia. Tidak ada yang bisa menganut lebih dari 1 agama dalam hidupnya. Bagi yang tidak beragama pun memilih 1 pilihan dalam hidupnya. Tidak bisa seperti memilih kekasih ataupun pekerjaan yang bisa dimiliki lebih dari satu *apalahini.




Namun film ini juga agak absurd menurut saya. Shafaaraz yang seorang muslim dan Jaggu yang seorang Hindu berencana menikah di Gereja di Belgia saat mereka bersekolah disana. Absurd. Idenya terlalu pluralism. Ini menurut saya ya. Pendapat Anda terserah Anda. 

Selain itu, betapa suka jogetnya makhluk di planet PK karena untuk menghilangkan sedih saja mereka berjoget dengan gerakan yang mirip senam SKJ. Hahaha. 

PK atau dibaca pikey yang artinya pemabuk ini benar-benar mengisi ruang di hati saya. Saya suka, saya suka, begitu kata Mei Mei dalam film Upin Ipin. 

Diakhir cerita, PK pergi ke planetnya dengan membawa banyak kaset yang berisi suara Jaggu. Ia memilih melepaskan untuk mencintai. FIlm ini ditutup dengan suksesnya Jaggu menulis buku dan kembalinya PK ke India dengan membawa rombongan dari planetnya. Menurutku, film ini ada di rate 8 dari 10. Keren! Recommended, bro!
Read More

Sunday, January 4, 2015

Aalst, Belgium #9

Halo 2015! Semoga tahun ini semua yang super bisa terjadi. 

Lanjut cerita saat saya melipir ke Aalst, Belgia. 

Malam itu memang akan ada christmas market ya kalau di Indonesia mah seperti bazar lebaran gitu deh. Setiap kota di Eropa memang biasanya menggelar CM. Kebetulan sekali, kota Aalst menggelar CM sehari sebelum aku harus pulang ke Bandung. So, ini waktunya menyadari bahwa kota ini memiliki penduduk yang banyak! hahahaha. 

Saya meutuskan keluar bersama partner saya itu sekitar jam setengah 5 sore. Biasanya, yang kami lihat di jam-jam itu adalah jalanan yang lenggang walau ada satu dua orang yang berjalan kaki dengan cepat disana. Tapi sekarang banyak orang yang jalan kakiiii! Senangnya bisa lihat manusia di Aalst. 

Trotoar disana dihiasi dengan semprotan pilox silver bergambar malaikat kecil sedang memegang keranjang berisi tanda love dan bintang. Lucu deh. Selain itu tiang-tiang lampu yang bertebaran di jalanan kota dibuat seakan tongkat loli pop dilengkapi bintang dan hiasan lainnya. Aih, cantik deh kotanya!

Selain itu, ehem ini adalah bagian paling menyenangkan, hampir semua toko buka hingga jam 10 malam. Walaupun gak akan belanja belanji, saya bisa lihat sebetulnya ada apa saja di kota nyempil kayak upil satu ini. 

Sepanjang CM kita akan disuguhkan pada beragam atraksi yang dilakukan oleh masyarakat Aalst, ada yang nari api kayak Belda di acara pencarian bakat di Indonesia, ada juga yang naik sepeda beroda satu hingga ada yang berkostum seperti boneka apa ya yang dikendalikan oleh jari dan benang si empunya. Apa ya namanya? yah itulah pokoknya.   

Saya pergi ke toko coklat dan membeli beberapa kotak coklat untuk keluarga saya yang bejibun banyaknya. Selanjutnya mencari barang yang bisa dijadikan motivasi teman-teman untuk terus bermimpi dan berusaha datang ke negara penuh bangunan antik ini, postcard. 

Sulitnya perjalanan mencari postcard itu seperti sulitnya Sung Go Kong bertemu Budha. Aalst bukan kota wisata, jadi susah menemukan pernak-pernik untuk oleh-oleh para turis. Sampai kaki gue lecet, baru deh ketemu walaupun kurang bagus postcardnya. Setelah mendapatkan barang yang diinginkan saya dan partner saya memutuskan untuk makan di restoran Turki terdekat. Alhamdulillah banyak restoran Turki bertebaran disini, walaupun cuma nemu seorang ibu-ibu yang pakai jilbab selama 6 hari disana. Saya makan dengan porsi kuli tapi habis, mwahahahaha. Ada hal yang paling menjijikan yang dirasa biasa di Eropa. Mereka itu sehabis makan sangat biasa sekali mengeluarkan ingus dengan suara yang kencang membahana. Tak peduli ada orang lain yang masih makan di meja sebelahnya. Parah!!! Mungkin si markicong kalau diajak kesini akan berhenti makan seketika. Kalau gue sih enggak. Haha. 

Setelah makan di resto Turki, gue keliling-keliling ke banyak sisi di pusat kota. Eh kok jadi gue ya? Ganti lagi saya ah. Saya iseng memotret anak-anak kecil yang unyu di lapangan. Jahatnya, anak-anak itu gak saya kasih permen, saya hanya bilang terimakasih dan dadah-dadah. Pas udah agak jauh saya lihat tukang permen, jadi ngerasa bersalah juga gak dikasih permen, pas nengok ke belakang, anak-anaknya udah gak ada di tempat mereka tadi. Ah, yasudahlah. 

Setelah beli waffle berbentuk pohon cemara dan minum kopi yang pahitnya naudzubillah, saya dan partner saya ini memutuskan untuk pulang ke hotel dan beristirahat. Partner saya itu kebetulan orang yang tidak tahan dinginnya Aalst, jadi dia menggigil gak karuan. Padahal saya merasa udara disana 11-12 dengan Lembang atau Ciwidey atau Pangalengan, ya walaupun saat melihat termometer yang ada di depan salah satu toko menunjukkan suhunya hanya 6 derajat Celcius. Gak rendah-rendah amat sih. 

Saya sebetulnya merasa bersalah ke partner saya itu, ia sudah mau saya ajak kesana kesini walaupun dia lebih sering masuk ke toko untuk menghangatkan badan dan saya sibuk foto ini itu. Tapi saya malah kesal karena satu dua hal kecil dan sempat memilih diam. Partner saya jadi kesal juga ke saya. Yasudah deh kita kesal-kesal-an. Tapi saya jadi malu kan. Jadi saya minta maaf karena dia sebetulnya sudah baik sekali ke saya. Yah, kenapa jadi mellow gini ya? hahaha. 

Intinya, CM di Aalst itu indaaaaaah. Banyak manusia di pusat kota. Banyak wajah-wajah bule yang ganteng dan cantik disana. Semakin saja saya enggan untuk punya teman hidup dari benua yang berbeda. Tapi kalau memang sudah takdirnya mah gimana mau nolak atuh?

Kembali ke kehidupan di Aalst. Keesokan harinya ternyata Aalst masih ramai. Ada pasar kaget di pusat kota. Persis seperti di Indonesia. Bedanya disana lebih rapi walaupun gak rapi-rapi amat. Harga barangpun relatif bersaing. Karena saya tidak bekal banyak uang, saya tidak beli apa-apa di pasar kaget itu. Hanya menikmati hari terakhir disana. Aalst indah, apalagi Brussels dan Bruges ya? Jadi ingin kesini lagi. 

Jam 10 pagi saya dan partner saya tersebut kembali ke hotel karena jadwal berangkat kami ke bandara adalah jam 11 siang. Jadi, kami harus menunggu Ria, sopir hotel, di lobi. Jam 11 kurang, Ria sudah datang dan kami berangkat. Saya menarik nafas panjang. Kapan saya bisa kembali kesini? Pasti nanti ada waktunya, bersama orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. 

Cerita kocak tak berhenti di Aalst malah berlanjut di Brussels. Di bandara saya merasa kehilangan dompet saya..


Read More

Thursday, January 1, 2015

Ceritanya Tahun Baru

Tanggal 31 Desember 2014 berlalu seperti biasanya dengan kegiatan seperti biasa. Saya masuk kantor dan mengerjakan banyak hal. Eh tapi ada beberapa yang cukup diluar kebiasaan. Hari ini salah satu teman kantor saya memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Tidak ada lagi yang saya riweuhin mintain tolong ini itu, nanya ini dimana dan itu dimana, minta pendapat tentang hal ini atau itu. Saya merepotkan dia dengan banyak hal dan orang itu selalu sabar menghadapi saya. Saya sendiri juga heran mengapa saya selalu menyebalkan seperti ini. Hufft. 

Sedih-sedihan mewarnai hari itu. Satu persatu orang pergi. Satu persatu zona yang sudah nyaman bergerak ke tidak nyaman lagi. Ah, lagi-lagi kubilang, aku benci dekat dengan orang lain. Aku benci perpisahan. Tapi apa mau dikata, kedekatan tak bisa dielakkan. Semua selalu seperti itu. 

Di malam tahun baru itu ada yang tak biasa dalam hidup saya. Biasanya, di malam tahun baru saya tinggal di rumah dan tidur. Tapi malam tadi saya bergabung di hiruk pikuk keramaian tahun baru di Bandung. Mulai dari mesjid agung hingga ke Gasibu. Sungguh, saya sangat menikmati keramaian di mesjid agung, tapi sebaliknya dengan gasibu. Saya mengantuk, terlalu ribut dan ternyata begitu saja toh yang namanya pesta kembang api? Bagus sih.

Para penonton kembang api sibuk berfoto dan memoto kembang api. Dentuman kembang api paling keras disambut dengan suara takjub penonton. Percikan warna warni kembang api, disambut blitz maupun ponsel para penonton. 

Saya masih gagal paham indahnya kembang api. Bagaimana sesuatu yang indah meninggalkan asap yang mengganggu penciuman? 

Semua hal di dunia memang sepertinya selalu seperti itu. Begitupun dengan perasaan. Begitupun dengan banyak hal yang ada di hidup kita.

Awalnya semua hal serasa bedentuman dalam satu waktu. Membuat terkejut karena mengajak kita menghadapi situasi yang tidak biasa. Saat dentuman itu berlalu, maka percikan api yang diakibatkan banyak hal mulai memancar. Membuat segala hal menjadi indah walau beberapa hal membuat kita terbakar. Lalu, ini yang paling dramatis. Semua keindahan itu hilang dan hanya meninggalkan asap pekat dengan bau terbakar. Walau terkadang butuh waktu, semua hal terasa begitu cepat. Hanya butuh waktu sekejap mendapatkan asap setelah warna warni indah di langit pekat sana. 

Terimakasih 2014. Di tahun ini saya sudah merasakan, menikmati dan menyesap banyak hal baik yang berguna ataupun tidak. Terimakasih Tuhan sudah memberikan banyak hal menarik di tahun itu. Dimana perubahan status dari mahasiswa menjadi mbak-mbak kantoran. Dimana banyak pergolakan terjadi baik yang positif maupun negatif. Dimana kaki ini bisa menjejak belahan bumi nun jauh disana. Dimana orang ini masih merasakan kasih sayang orang-orang yang sayang. Dimana manusia ini lagi-lagi sering patah hati walau sudah terlatih patah hati. Menakjubkan. Tahun ini sungguh menakjubkan. Terimakasih Tuhan. 

Bandung, 1 Januari 2015


Read More

Thursday, December 25, 2014

Aalst, Belgium #8

Kami harus turun jam 8 lagi. Sesi ini dimulai segera setelah jam menunjukkan jam 8 pagi. Suasa sedikit berbeda karena beberapa koper sudah ada di depan ruangan. Saya rasa itu adalah koper Erik (tutor kami), Bianca dan juga Dominic (satu-satunya lelaki setelah kepulangan Giorgio ke Italia). Kami memulai materi dengan latihan membaca laporan hasil tes. Sungguh, lagi-lagi berasa kuliah psikodiagnostika. 

Latihan membaca laporan cenderung lama. Dengan demikian waktu tak terasa sudah menunjukkan istirahat makan siang. Kami bergegas pergi ke restoran, makan dengan cepat dan kembali ke ruangan. Kali itu saya tidak absen 10 menit untuk sholat karena sedang halangan. 

Makan siang kali itu agak aneh. Kami diberi sup paprika. Aneh rasanya, tapi karena saya sedang tidak enak badan, maka saya habiskan saja supnya untuk menghangatkan bada *alibi. 

Makan siang dengan makanan yang berbeda 180 derajat dengan makanan semalam itu membuat kami meninggalkan meja makan dengan segera. Sebagian dari peserta training pergi ke ruangan coffee break, sebagian yang lain sibuk dengan laptop mereka masing-masing. Ingat kan? Seluruh peserta adalah manager (kecuali saya pastinya). 

Saat mereka sibuk ketak ketik dengan laptop masing-masing, saya sibuk bbm-an dan Line-an dengan teman saya yang sudah kriyep-kriyep matanya. Di Indonesia sudah malam ternyata. Waktu istirahat habis, saatnya kami role play sebagai yang memberi feedback dan sebaliknya. Kami semua bergantian mencoba simulasi tersebut. Sialnya, saat saya menjadi orang yang memberi feedback, semua persiapan yang sudah saya tulis dengan rinci hilang sudah. Seperti asap rokok yang dikibas-kibas oleh hihid. Menghilang. Saya nervous jadi pusat perhatian seluruh manusia di ruangan itu. Kacau hahaha. 

"I've try to arrange everything, Erik. But when I try to implement my planning it was ppffffff....." kataku. 

Saat itu saya kecewa pada diri saya sendiri. Hiks hiks. 

Tapi entah beruntung entah apa, seluruh rekan saya 'ngupahan' alias menghibur saya dengan beragam kata dan alasan yang lebih banyak sepertinya mengada-ada, seperti saya masih harus perlu belajar lah, terlalu muda lah bahkan karena nervous. Saya memang nervous dan bingung dengan kata-kata yang bisa saya gunakan secara sopan untuk memberikan feedback kepada orang lain dengan bahasa Inggris. Padahal kemarin saya melakukan hal yang sama dengan kompetensi, kenapa giliran sekarang kacau balau galau merana ya? Hufft. 

Tapi hari itu cukup menarik untuk diingat dan dijadikan bahan evaluasi untuk diri saya sendiri. 

Peserta training meminta Erik mempraktekan pemberian feedback terhadap semua orang. Dan entah karena pengalamannya sudah terlalu lama atau bagaimana, cara menyampaikan feedbacknya asik banget. Gak agresif tapi persuasif dan asertif. Keren. Entah gimana caranya dan berapa tahun lamanya gue bisa sekeren itu. 

Waktu berlalu dan akhirnya sampailah pada penghujung acara. Setelah cipika cipiki tiga kali kepada setiap peserta, kami berpisah. Mereka pergi ke bandara dan gue pergi ke kamar. Siap-siap untuk jalan-jalan karena malam itu ada christmas market. Yeay. 

Yang unik adalah, tidak ada sesi foto bersama karena mereka pikir kita semua sudah puas berfoto bersama selama 5 hari ini. Gak seru ya? Hahaha. 

Hanya butuh waktu sekitar 15 menit, keramaian yang tadi menghiasi hotel tempat training mengurai. Entah kenapa saya tiba-tiba merasa sedih. Tapi waktu sedih-sedih ria tidak lama, karena saya dan partner saya akan keliling di christmas market! Horaaay!!!


Read More

Aalst, Beligum #7

Saya pikir bahasa Indonesia adalah bahasa termudah di dunia. Nyatanya teman-teman yang ikut training bersama saya kemarin cukup kewalahan, padahal hanya saya ajarkan bilang 'Selamat Pagi'. Mungkin itu juga yang ada di pikiran rekan saya yang berasal dari Italia. Sepanjang jalan saya belajar kalimat sopan santun seperti gracias, chaochao. Sisanya, kalimat yang terdiri dari dua atau lebih suku kata membuat lidah saya keriting tak karuan. Saya jadi ingat dulu saya pernah berbeda pendapat tentang pelafalan "Ich" dalam bahasa jerman dengan teman saya. Saat saya berhadapan dengan native speakernya, ternyata pendapat saya yang benar. Hahaha. Ich dibaca seperti Isy pake SYA!. Ini gak penting sih, baiklah kita skip. 

Sesampainya di hotel, kami langsung masuk ke restoran. Kami akan makan malam. Yeaay! Lapaaar. Saya lupa pastinya apa yang kami makan saat itu. Kalau tidak salah itu adalah sandwich yang hampir sama dengan makan siang kami di hari pertama. Yaaaaah, penonton kecewa. Eh iya, saya juga heran selama disana saya gak makan nasi dan saya merasa kenyang, tapi kalau di rumah gak makan nasi itu artinya belum makan. Kok bisa ya? Entahlah. 

Setelah makan, kami langsung masuk ke kamar masing-masing, sepertinya rekan-rekan saya itu absen dulu untuk clubbing malam ini. Baiklah, saatnya tidur karena sesi berikutnya akan dimulai sejam lebih pagi. 

Keesokan paginya, kami sudah duduk manis di ruangan sebelum jam 8 pagi. Beberapa diantara kami wajahnya kucel karena harus bangun lebih pagi. Termasuk saya. Haha. Padahal saya bangun jam setengah 5 pagi seperti biasanya (lalu tidur lagi sampai jam setengah tujuh)

Sesi ini agak membosankan tapi seru. Membosankan karena aksen Jerman tutor kami itu kental sekali dan intonasi suaranya sangat-sangat monoton. Seru karena tutor kami itu seorang psikolog dan Ph.D dari kampus di UK. Serasa belajar psikodiagnostika lagiiii. 

Di sesi ini, mayoritas metode yang digunakan adalah metode ceramah. Serasa ikut kuliah dosen favorit belasan bulan yang lalu. Tutor yang ini agak jutek tapi menyenangkan. Ia menjelaskan tahapan demi tahapan dengan jelas. Metode yang sama yang digunakan dosen saya tersebut saat kami belajar membaca hasil tes intelegensinya Weschler. Asik pisan. 

Selain itu, materi sesi ini menarik karena merupakan pembaharuan tes psikologi. Ah keren lah. Mungkin ilmu begini baru bisa saya dapat kalau nanti kuliah S2 atau mungkin S berapa tau. Alhamdulillah..alhamdulillah..

Meskipun serius, waktu berlalu dengan sangat-sangat cepat. Tiba-tiba sudah jam makan siang. Saya mendekati tutor kami tersebut dan bilang saya akan terlambat sekitar 10 menit setelah makan siang karena harus sholat. Ia bilang, "lakukan apa yang harus kamu lakukan."

Waktu berlalu, materi demi materi masuk ke telinga kami. Saya pribadi berharap materi tersebut tidak keluar lagi dari telingan lainnya. Saya juga heran ternyata bahasa Inggris (pasif) saya tidak terlalu parah yaaa. kalau bahasa Inggris aktifnya mah ya jangan tanya. Harus ditingkatkan lagi kemampuannya. 

Makan malam kali itu kami pergi ke sebuah restoran yang ada di dekat pusat kota Aalst. Seperti biasa saya tanya-tanya menu apa yang tidak menggunakan alkohol ataupun tidak berbahan babi dan halal. Mereka bilang baiknya saya pilih menu ikan Salmon. Aih, asa gaya euy orang kampung makan salmon. Wkwkwk. 

Hidangan pembukanya adalah udang dengan bumbu kari. Aselinaaa ini adalah makanan yang rasanya 'nendang' pertama selama di Aalst. Semua orang merasakan hal yang sama. Saat pelayan mengambil piring-piring 'bersih' kami, semua orang bilang, "thank you, this is very delicous". Saya juga ingin bilang, "Aselina ieu ngeunah pisaaaann!" 

Selanjutnya makanan utama, si salmon tea. Enak tauuu. Sungguhan ikannya lembut sekali. Berasa tiba-tiba jadi orang kaya. Hahaha. 

Rekan saya yang lain makan daging babi yang terlihat menggiurkan juga. Menu daging babi dilengkapi dengan kentang goreng. Sedangkan menu salmon dilengkapi dengan perkedel yang gak digoreng alias kentang yang dilembutkan. Katanya, bukan di Belgia kalau kentang goreng gak pakai mayones. Makan malam kali itu ada di kategori ENAK BANGET. 

Setelah makan, pelayan keliling dan menawarkan white wine dan red wine. Saya ingin iseng nyoba tapi gak jadi, ngeri deh ditolak 40 hari ibadahnya hanya karena iseng. Fufufu. 

Selanjutnya, makanan penutup. Perut saya yang karet ini sepertinya hanya mampu menaklukan seperempat makanan penutup yang nantinya akan disediakan oleh pelayan. Tapi karena penasaran dengan hidangan penutup dengan coklat dari perusahaan kami, maka kami putuskan untuk makan bersamaaaa. Satu porsi dessert untuk 3 orang. Yummy! 

Dessert tandas oleh kami semua. Kami berbincang selama hampir sejam. Lalu kami memutuskan untuk pulang. Selanjutnya bisa ditebak olehku bahwa rekan-rekanku memutuskan untuk clubbing di salah satu club yang direkomendasikan oleh pelayan yang membawa makanan-makanan enak tadi. Alamak, saya kenyang dan saya tak kuasa untuk tidak tidur cepat malam itu. 
Read More

Aalst, Belgium #6

Mau kemana kita? FIELD TRIP!!! Yeay!

Kami dijadwalkan untuk pergi ke Wieze, kota kecil dimana pabrik coklat terbesar dunia milik perusahaan kami berada. Asik asik jalan-jalan! Saya agak sedih saat tahu disini tidak bisa jalan-jalan malam karena seluruh toko kecuali diskotik dan beberapa restoran saja. Jam 6 sore, semua toko maupun supermarket tutup. Jadi harapan saya untuk jalan-jalan malam hari pupus sudah. Huhuhu. Tapi agak terhibur saat diajak mengunjungi pabrik kami di Wieze. Disana ada Chocolate Academy yang terkenal dengan inovasi coklat, kompetisi coklat dan beragam hal yang berkaitan dengan coklat di Belgia. Setahu saya, tempat ini juga sering mengadakan kompetisi bagi para koki percoklatan di dunia. Serius, hari itu terlalu menyenangkaaaan!

Kami berangkat menggunakan bus yang disediakan Bianca. Jumlah peserta yang ikut kurang lebih hanya 12 orang, karena beberapa ada yang keburu pulang ke negara masing-masing dan ada juga yang gak ikut kesana karena memang berasal dari Belgia dan Belanda yang notabene bisa didatengi pakai mobil mereka masing-masing.

Saat berangkat, saya baru tahu sisi kota yang unik dan belum sempat saya datangi. Di pusat kota Aalst sudah dipenuhi oleh lampu-lampu berbentuk bintang. Ah, jadi semakin penasaran dengan christmas market nanti. Perjalanan cukup lancar. Kabarnya Belgia dan Italia adalah negara termacet di Eropa Barat. Tapi mana macetnya ya? Hanya sempat mandeg sedikit di pertigaan. Bukan macet eta mah atuh. Heu. Sepanjang jalan cukup ramai. Saat itu kalau tidak salah jam empat sore. Baru kali itu saya melihat cukup banyak manusia berkeliaran di Aalst.  Uniknya, saat memasuki wilayah Wieze, saya baru tahu kalau Wieze itu kawasan industri disana. Persis seperti Dayeuhkolot dimana kantor dan pabrik dimana saya bekerja ada disana. Bedanya, disana penataan kotanya sangaaat sangaaat rapi. Saya juga baru tahu beberapa merk mobil karena melihat pabriknya disana. Selain itu, saya juga baru tahu Tupp*rware itu pabriknya di Wieze. Eh, memang saya tidak tahu apa-apa sebelumnya. Haha.

Sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya kami sampai di kawasan pabrik coklat terbesar di dunia. Kamtor Barry Callebaut lengkap dengan Chocolate Academy dan pabriknya tertata rapi. Sungguhan deh, rapi bangeeet. Seandainya di Dayeuhkolot juga serapi ini. Males pulang kayaknya saya.

So, kami langsung masuk menuju Chocolate Academy. Astagaaaa, banyaaaaaaakk sekali hiasan natal yang lucu dan semuanya terbuat dari COKLAT!! COKLAT LOH COKLAAT!! Berasa Willy Wonka. Haha.

Resepsionisnya ditata dengan sangat artistik. Lobi gedungnya persis seperti bar. Ciamik.

Karena sangat indah, kami sibuk foto-foto. Bule oge narsis geuningan. Wkwk

"Kalau disini masih boleh foto-foto. Jadi silakan foto sepuas Anda. Tapi tidak di kawasan pabrik," jelas Isabel.

Isabel itu lucu. Dia wanita energik yang paling menyenangkan selama di Wieze. Isabel adalah tour guide kami selama disana. Ia menjelaskan semua hal yang ia tahu dan menurutnya perlu kami tahu dengan penyampaian yang penuh passion. Menyenangkan. Selain itu, saya tebak dia berasal dari Perancis. Lucu banget sumpah! Aksennya aneh, selain itu dia juga sangat-sangat-sangat semangat menyampaikan banyak hal dan pastinya lengkap dengan gerakan-gerakan aneh yang kayak anak kecil. Kocaaak.

Kami semua menggunakan jas berbahan tisu dan penutup kepala sebelum masuk ke daerah pabrik.

"Kenapa kamu harus pake itu? Kan kepalanya sudah tertutup," tanya Bianca

"Gak tau, saya ikutin saja instruksinya. Tapi coba saya tanya dulu."

Saya tanya ke Isabel, katanya tetap harus pakai penutup kepala. Maka saya pakailah penutup kepala itu. Hahaha.

Big Bos HR di BC, Barbara, disuruh pakai safety shoes karena dia datang dengan high heels. Menurut saya sepatu itu lucu dan unik, tapi Barbara merasa kakinya terlihat aneh. Kok gue jadi ngerasa selera gue aneh ya? Wkwk.

Setelah foto-foto sebentar, akhirnya kami mulai berkeliling disana. Mulai dari masuk ke ruangan yang super duper panas hingga berjalan keluar menuju daerah pabrik lainnya tanpa jaket dengan udara yang sangat dingin kami lakukan. Harum coklat semerbak kemana-mana. Semua mesin yang ada sepertinya mirip dengan mesin yang kami punya di Bandung. Karena saya tukang intip CCTV, jadi kurang lebih situasinya sama dengan di Bandung.

Ada satu hal yang saya suka, truk pembawa coklat. Truknya cantiiikk. Coba googling deh truk coklat Barry Callebaut. Bagus loh. Disini sekitar 400 truk beroperasi setiap harinya berkeliling di Eropa Barat hingga utara. Keren!

Selesai keliling-keliling, kami duduk di bar kantor. Isabel dengan cekatan memberi kami semua minuman. Mulai dari orange juice hingga sparkling water alias air putih dengan bulukbuk-bulukbuk. Sekitar setengah jam kami ngobrol kesana kemari. Akhirnya Bianca mengajak kami untuk kembali ke hotel.

Kami turun dari bar, lalu mengambil mantel yang kami gantung di depan meja resepsionis. Tapi yang kami temukan adalah ruangan ini sudah dikunci dan dijaga security. Alamak, baru jam 6 sore kakaaak!

Isabel bilang bahwa disana mereka menjaga profesionalitas, salah satunya dengan cara pulang tepat waktu. Seluruh ruangan akan dimatikan dan dikunci maksimal jam 6 sore. Aiihh, boleh pindah gak? Haha

Kami berpisah dengan tutor kompetensi yang saat itu harus pulang ke Jerman sedangkan kami harus kembali ke hotel. Setelah semuanya naik ke bus, kami melanjutkan perjalanan. Di perjalanan saya belajar bahasa Italia...

Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)