Thursday, April 5, 2012

ANGKOT DE TELENOVELA

Akhirnya, gue menemukan satu tempat dimana banyak sekali hiburan dan cerita bisa gue dapatkan dengan singkat. Hampir separuh waktu hidup gue, gue habiskan di sebuah angkutan umum bernama angkot. Maklum, boi, Trans Metro Bandung belum bisa se-hebat Trans Jakarta yang bisa merangsek hingga bagian terujung dari Jakarta. 

Menurut gue, angkot itu tak jauh berbeda dari kumpulan episode telenovela yang dituturkan seperti seseorang sedang mendongeng. Misalnya, suatu hari supir angkot yang gue tumpangi bercerita tentang prahara rumah tangganya. Memang sepertinya gampang saja bercerita, tapi apakah ia tak malu? itu kan masalah keluarganya? aib, bukan? kenapa diumbar dnegan mudahnya hanya karena berlandaskan kalimat "kita semua dalam satu angkot itu tak saling mengenal satu sama lain" ? Ah, orang dewasa memang sulit dimengerti!


Di angkot, orang dengan mudahnya bertegur sapa hanya karena bayi mungil babling mencari perhatian. Di angkot, orang dengan mudahnya bersekongkol mengomeli pak supir yang jalannya ugal-ugalan. Di angkot, orang dengan mudahnya tidur menikmati perjalanan seperti yang sering gue lakukan. 

Ya, angkot bak sepotong kehidupan manusia yang terkotakkan dan hanya bisa berisi 12 orang. Angkot miniatur kehidupan dengan sample yang benar-benar random. Kisah dalam angkot, tak ubahnya kisah-kisah telenovela yang kadang memesona dan kadang mengundang murka.

Angkot, setting kecil dimana Tuhan menunjukkan eksistensinya dengan skenario-skenario yang dibawa oleh setiap orang yang menumpang bersama.

0 comments:

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)