Hujan, jangan kau marah…
Mungkin kau terlalu marah pada orang-orang yang mencaci dan memaki kedatanganmu. Kau dituduh mendatangkan banjir, padahal banjir terjadi karena ulah mereka yang membiarkan sampah bertebaran dimana-mana. Kau dituduh menyebarkan penyakit, padahal penyakit datang karena sebelum datangnya dirimu mereka sudah memamah biak bibit-bibit penyakit itu. Kau dituduh menghambat pekerjaan mereka, padahal sedikitpun kau tak pernah membuat mereka menunda pekerjaannya. Kau dituduh sebagai perusak jalan, padahal memang jalanan itu yang sudah ringkih dan sepertinya berbahan kualitas dua atau bahkan kualitas tiga. Kau dituduh membuat mereka lebih nyaman berleha-leha daripada bekerja keras untuk sesuatu yang lebih baik untuk hidup, padahal kau tak pernah ikut campur dalam kemalasan dan kejengahan mereka.
Hujan, jangan kau marah…
Aku tak pernah membencimu walau terkadang aku menghindar kuyup saat kau datang. Aku tak pernah ingin melenyapkanmu karena kutahu ada beberapa pihak yang sangat membutuhkanmu. Aku tak pernah ingin kau terpisah dari basahmu, karena terlalu ajaib untuk bisa memisahkannya darimu. Apalah artimu jika tak ada air yang kau tinggalkan. Apa namamu jika tak ada basah yang kau sebarkan. Apa arti hadirmu jika tak ada hawa segar dan damai setelah kau datang.
Hujan, jangan kau marah…
Aku tak pernah melihat anak-anak kecil seriang ini sebelumnya. Mereka menyambutmu dengan penuh suka cita. Seperti tak ada sedikitpun beban hidup yang mereka rasakan. Ah, aku lupa. Tahu apa mereka tentang beban hidup?
Tak apa, itu tak penting. Yang penting adalah, masih banyak orang yang bahagia karena hadirmu. Masih banyak kepala yang menanti adanya dirimu. Masih ada kenangan yang selalu datang beriringan dengan setiap rintik dari ribuan rintik yang turun dari langit.
Hujan, tolong sampaikan salamku pada Sang pencipta. Ia begitu bijaksana. Mengutusmu dengan cinta. Cinta Tuhan pada ummatnya.
Hujan, tolong sampaikan salamku pada petir dan kilat disana. Ajari aku tak takut pada mereka. Ajari aku agar bisa menikmati datangnya mereka seperti aku menikmati hadirnya dirimu.
Hujan, kau tahu?
Dulu aku sangat ingin menjadi bagian darimu. Kau apa adanya. Menumpahkan apa yang ada. Tak perlu tambahan. Tak perlu pengurangan. Kau begitu sempurna. Sempurna dalam menuangkan air ke seantero dunia.
Hujan, sungguh kupinta. Janganlah kau marah. Aku tak pernah ingin kau lenyap dari dunia.
Ditemani gemericik air saat hadirmu..
Edensorku, 17 November 2011
4 comments:
hujan, sampaikan aliran hatiku padanya melaluimu,,,
-bawalah peri cintaku, ajak kemanapun kau mau,,-
gak bakal marah qy, paling pundung aja sih. tapi hujan mah lebih tawakal sama Alloh dibanding kita. hho
hahaha...pengaruh afgan :P
maksudnya lebih tawakal gimana?
Post a Comment