Sering mendengar kalimat bijak, “Anjing menggonggong, kafilah berlalu”? Hari ini, rasanya ingin aku berteriak,”LUPAKAN KALIMAT ITU!”
Kau tahu kenapa, kawan?
Karena aku belajar banyak dari gonggongan anjing-anjing itu, bila diibaratkan akulah kafilah dalam kalimat bijak yang tadi kusebutkan.
Awalnya, terus berlalu memanglah cara untuk membuktikan bahwa gonggongan anjing dalam perjalanan hanyalah asam manis kehidupan bagiku. Namun, hari ini aku terpaksa untuk mengerti, terkadang gonggongan itu menjadi amunisi positif dalam perjalan dimana aku berlalu tanpa mendengarnya.
Tidak rumit, tidak sulit, tapi seringnya aku enggan melakukan.
Karena apa, aku tak tahu pastinya. Mungkin, ya mungkin, karena aku hanya yakin dengan jalan lurus di depan sana. Berlalu tanpa bersiap akan banyak harapan yang sirna dengan mudahnya. Berlalu tanpa sedikitpun mendengar gonggongan anjing yang terkadang menjelma seperti bisikan Tuhan yang dititipkan pada suara menyebalkan mereka.
Melanjutkan kehidupan itu keniscayaan yang selaras dengan keinginan. Tak pantas berhenti karena mendengar anjing menyalak. Tapi rasanya tak pantas juga berlalu tanpa mendengarnya.
Mungkin suatu saat akan kugantikan kalimat bijak itu. Dengarkan anjing menggonggong dan tetaplah berlalu.
0 comments:
Post a Comment