Aku tergugu membaca kata demi kata yang tertulis disana. Disana, ditempat salah satu temanku mencurahkan segala apa yang ia pikirkan tentang banyak hal. Disana, di area dimana kami menjadi akrab. Di blog pribadinya. Semua yang tercurah disana hampir membuatku menangis. Kata-katanya sungguh biasa, tapi karena ditulis dari hati dengan segenap perasaan yang melingkupinya, tulisan itu lebih dari berharga. Bahkan tak pernah berharga karena terlalu berharga.
Disana ia menceritakan dirinya. Ia seorang wanita yang membuatku belajar banyak hal. Berani mencoba sesuatu yang baru serta tetap memimpikan sesuatu yang rasanya dimimpi saja tak mungkin terjadi.
Ah, dia teman yang terlalu baik dan kurang tepat bila disebut teman biasa. Dia temanku yang luar biasa.
Entah bagaimana caranya ia selalu ingin menyapa orang lain, membuat semua hal menjadi simple dan mudah dimengerti, membuat semua gerak-gerik anehnya terlihat menyenangkan walau terkadang mengundang cubitan-cubitan dan decak aneh dari banyak orang.
Kembali ke tulisan di blog pribadi temanku itu. Disana ia menceritakan banyak mimpi yang ia susun ia ingkari sendiri. Banyak ambisi yang ingin ia raih, ia lepaskan sendiri. Banyak motivasi yang ia berikan kepada orang lain akhirnya memukul telak dirinya sendiri. Ia meratap. Ratapan yang tak pernah muncul selama aku kenal dengannya. Artinya, perubahan itu terlalu membuatnya tergoncang. Tapi aku tak perlu khawatir. Entah bagaimana ceritanya nanti, kupikir ia bisa dengan mudah melewati semua goncangan itu. Entah bagaimana caranya nanti, kuyakin Tuhan selalu mengamini semua keinginan dan ambisinya. Entah kapan waktunya, kupercaya ia akan bisa meraih semua hal yang ia impikan. Mengapa? karena ia telah dengan mudah menularkan semangat-semangat itu tetap berkobar dihati kami.
Naif memang merelakan mimpi diraih oleh orang lain. Tapi itu yang terjadi. Ia merelakan sebagian besar mimpinya untuk dinikmati dan dicapai oleh orang lain. Ah, Tuhan.. kami tahu Engkau selalu adil dan kami terlalu bebal untuk mengerti.
Temanku satu itu, melihatnya saja sudah seperti melihat timeline impian yang harus kami susun sedemikian rupa. Mendengarkan keinginannya yang segudang saja sudah membuat kami membayangkan lebih dekat apa yang sebenarnya kami inginkan. Berkenalan dengannya lagi-lagi menambah banyak pelajaran yang sangat membantuku selama ini. Salah satunya saat kutanya mengapa ia sangat suka sekali melakukan sesuatu yang baru. Ia hanya menjawab, "Mumpung kita mahasiswa, Ki. Enggak ada salahnya mencoba." Mungkin bagimu kalimat itu biasa saja, tapi tidak bagiku yang sangat ketakutan untuk mencoba hal baru.
Ah, teman.. semoga Tuhan selalu bersama kita dan memberikan jawaban terbaik dari seluruh doa yang kita panjatkan pada Nya. Amin :)
0 comments:
Post a Comment