Tuesday, July 24, 2012

ES KRIM

Malam itu, malam ramadhan ke-4, shalat jamaah tarawih ketiga di tahun ini. Semuanya terasa biasa saja sebelum ceramah sang imam dikemukakan. Tak pernah terpikirkan analogi sesederhana ini tentang diijabah dan tidaknya doa manusia. 

"Doa tidak diijabah itu bisa dianalogikan seperti ini : suatu malam ibu-ibu mendapati anak anda sakit batuk dan flu. Nah, malam itu anak anda merengek meminta es krim. Apakah ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian akan memberi mereka es krim?"

Es krim. Ah, siapa yang tak tahu es krim. Makanan dingin yang meleleh di mulut itu tak ada bandingannya. Apalagi bila dinikmati di siang hari. Astagfirullah...puasa, Ki...puasaaaa!!!! :D



Mari beralih dari pembahasan tentang nikmatnya es krim. 

Benar saja yang dikatakan sang pembicara. Tak mungkin bila aku sebagai orang tua memberi es krim kepada anak yang sedang sakit flu dan batuk dimalam hari. Hanya orang aneh yang memberikannya (Peace v^_^) 

 Mungkinkah begitu juga dengan Tuhan?

Ah, terlalu berani bila aku menyimpulkan demikian. Tuhan pasti lebih tahu keputusan apa yang Ia putuskan. Bila Ia memberi es krim pada anak-anak yang cari perkara itu, Ia pasti tahu dengan sempurna apa yang akan terjadi pada anak tersebut. Begitupun sebaliknya. 

Tapi sungguh, bila harapan-harapan dan impianku bak es krim dimalam hari yang dimohonkan oleh seorang anak kecil, semoga Kau memberikanku waktu yang tepat untuk kembali meminta atau memberiku pengertian yang lebih baik mengapa semua permohonan itu tak terkabul. 

Aku tahu, itu terlalu mudah bagi Tuhan. Semudah mencairnya eskrim di siang hari. 


Read More

APA KABAR SKRIPSI?

Judul tulisan ini rasanya sudah terlalu jelas menggambarkan sebuah karya ilmiah sebagai syarat kelulusan itu belum pernah kusentuh sama sekali. Skripsi oh skripsi. Sejak kapan orang-orang menggunakanmu sebagai syarat kelulusan dan mendapatkan toga ?

Skripsi memang hanya sebuah karya ilmiah dari sebuah penelitian yang dilakukan mahasiswa. Sayang, walaupun "hanya" tapi sangat sulit sekali kuurus.

Sebenarnya, satu semester yang lalu aku seharusnya sudah bisa mengajukan proposal penelitian. Tapi apa yang terjadi? aku berleha-leha tiada dua. Aih, andai penyesalan tak pernah ada. Hasilnya, aku tak lulus matakuliah itu dan artinya aku harus mengulang tahun depan. Harapan menjadi lulusan tercepat seangkatanpun harus kandas karena kemalasan yang kusadari. 

Hingga kini, topik yang kuinginkan masih berubah-ubah. Hari ini A, besok B besoknya lagi C. Ah, labil sekali.

Sore ini, kumelihat beberapa orang teman yang dulu bersama di SMA sudah lulus dari universitas mereka. Ada yang hanya 3.5 tahun dari fakultas kedokteran, ada yang 3 tahun 10 bulan dari jurusan bahasa inggris. 4 tahun tepat dari fakultas psikologi. Sedangkan aku?

Tuhan, aku tahu ini kelalaianku. Tapi kumohon berikan cerita indah karena keterlambatan ini. 

Yang jadi pertanyaan sekarang adalah, mengapa keinginan lulus cepat itu datang dan pergi? coba saja bila ia menetap, mungkin semester depan tinggal menyelesaikan dan juga sidang. Oh ya, mungkin karena hafalan juz amma belum sempurna dan juga hasil toefl belum ditangan. baiklah.. Tuhan pasti tahu yang terbaik. Semoga mulai sekarang tekadku menjadi yang terbaik diamini oleh-Nya. Amin. 

"Skripsi, apa kabar?" tanyaku padanya
"Kabar baik. Kapan kau menyentuhku, memikirkanku dan menyempurnakanku?" tanya skripsi sinis.
"Entah."
"Omong kosong cita-citamu menjadi peneliti! tak ada peneliti yang malas seperti kau!"
.....

Percakapan berakhir tanpa ada akhir yang jelas. Semua serba tak pasti seperti pastinya ketidakpastian. Salam.

Read More

ONLINE

Aku suka dunia maya. Tepatnya lebih menyukainya daripada dunia nyata. Alasannya, aku bisa menahan diri untuk memberikan respon-respon negatif yang cenderung spontan terekspresikan bila aku bertatap muka dengan orang lain. Aku juga merasa lebih nyaman bila berhubungan dengan orang lain secara tidak langsung daripada bertatap muka dengan mereka. Walau menurut beberapa orang temanku, aku termasuk orang yang mudah bergaul. Ah, tau apalah kita tentang diri kita sendiri.

Dari dunia maya kudapat beberapa orang yang cukup nyaman untuk diajak berkomunikasi. Tidak terlalu sering dan tidak terlalu jarang. Cukup sesuai dengan porsi keinginanku. Dari dunia maya kudapat banyak informasi yang tak bisa kutahui. Dari dunia maya, kudapat membaca beberapa lembar artikel yang tak jarang malas kulakukan bila kutemui versi cetaknya. 

Dari dunia maya kutemukan banyak kabar tentang orang-orang yang jarang bahkan tak pernah kutemui di dunia nyata. Di dunia maya tak banyak kewajiban ataupun tuntutan yang harus kupenuhi setiap harinya. Dari dunia maya juga aku sukses dibuat iri oleh banyak keberhasilan teman-temanku. 

Entah apa arti sukses bagimu. Bagiku, sukses itu dapat rukun dengan orang tua, kuliah atau plesiran ke luar negeri sana, mempunyai usaha yang sesuai passion, menciptakan sesuatu yang luar biasa di usia muda, mengikuti berbagai kegiatan tanpa ada halangan berarti,  bebas berekspresi tanpa ada banyak harapan yang terlalu berat kuemban. Bagiku, sukses adalah menemukan ketertarikan yang dapat membuatku lupa waktu, lupa makan, lupa tidur dan lupa online. Terlalu muluk ya? memang. 

Arti sukses bagiku, sudah dicapai orang lain. Ini yang membuatku setengah sedih dan setengah gembira. Sedih karena aku tak bisa mencapainya, sedangkan orang lain dengan mudahnya mencapai itu semua. Gembira karena aku tahu mereka pantas mendapatkannya. 



Suatu hari seorang teman berkata padaku, "Ki, doakan ya. Saya sedang menulis buku. Pengorbanan lulus di tahun ini semoga terbayar lunas."

Ah, Tuhan. Mimpi lainku sudah dicapai orang lain. Lagi.

"Sukses ya. Berada diantara orang hebat itu bukan membuatku hebat, tapi malah minder," kataku.

"Semua orang hebat, Ki. Termasuk kau."

"Hebat katamu? aku tak pernah bisa benar-benar menyelesaikan apa yang kumulai. Hebat darimana?"

"Temukan energi minimalmu, Ki. Dengan energi minimal kau bisa melakukan apapun dengan maksimal karena kau seakan lupa segalanya saking asiknya dengan apa yang kau lakukan."

"Aku suka online, selalu lupa waktu bila berada dalam jaringan internet. Apa itu energi minimalku? Ah, rasanya tidak keren!" keluhku.

"Haha. Mungkin ya dan mungkin juga tidak. Perlu kau tahu, karena kau suka online, kau buatkan aku blog dan itu sangat bermanfaat, Ki. Sungguh. Terimakasih."

"Hei, pembicaraan kita tentang energi minimalku belum selesai. Apalah artinya sebuah blog. Akupun sudah lupa itu semua."

Dan seterusnya. Pembicaraan kami mengalir entah kemana.

Kata-katanya membuatku teringat pada kisah Sang Penandai karya Tere Liye. Mungkinkah aku seperti Patra eh entahlah siapa itu namanya. Tokoh yang membantu tokoh utama, Jim, mewujudkan kisah yang menjadi tugasnya. Ia ditakdirkan untuk menjadi jembatan orang lain menyelesaikan kisah yang ditakdirkan untuk mereka. 

Aih, rasanya terlalu berlebihan. Lagipula, mimpi dan cita-cita apa yang telah kubantu hingga tercapai?

Baiklah, apapun akhir keputusan yang Tuhan tentukan. Aku berharap, semoga kebiasaan dan kesukaan onlineku dapat bermanfaat bagiku dan bagi orang lain. Terimakasih Tuhan telah mengijinkan manusia mengembangkan internet :D
Read More

PRINTERKU SAYANG PRINTERKU MALANG

Ini printer yang keempat selama aku kuliah di Bandung. Kota yang katanya penuh dengan berbagai pesona. Rasanya, usia printerku itu tak lebih dari 5 bulan. Eh, atau lebih ya? entahlah. Yang kutahu hanya memakai dan memakainya. Tak urus lah semua perawatan utilitasnya. Printer itu satu tingkat di atas printerku yang kedua dan 3 tingkat dibawah printerku yang ketiga. Tapi pasti jauh lebih oke daripada printerku yang pertama. Tak pentinglah membahas tingkatan printer. Hanya terbesit lalu ingin menulisnya saja.

Entah apa pasal, ia tak bisa bekerja seperti biasanya. Bilapun bisa, bak penari tua yang kelelahan menggerakkan pinggulnya. Lama. Mencetak satu lembar dokumen saja seperti mencetak 5 dokumen saat kondisinya masih fit dulu. Bayangkan berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk mencetak 121 halaman rencana pembelajaran pelajaran yang ditugaskan oleh ibuku saat itu.

Kesal.

Kubuku tutup badan printerku itu. Tak ada yang salah rasanya bila dilihat dengan mata orang awam ini. Tapi kenapa kerjanya begitu melambat? seperti cara kerjaku saja :(

Kurapikan susunan tumpukan kertas yang mengantri untuk diisi barisan huruf bertinta hitam. Sayang, bukannya menjadi cepat, malah "paper not loaded correctly". Baiklah, kubenarkan tumpukan kertas itu dan printerku kembali menggoyangkan cartdigenya. 

Aih, berapa jam lagi kuharus menunggu?

Dengan penuh "sok tahu" kuteliti bagian dalam printer. Wah, penuh debu. Kuambil kuas kecil pemberih debu perangkat komputer. bersihkan disana sini. Tapi tetap saja kinerjanya tak membaik. Alamak, kenapa pula ini?

Kesal.

Kugosok kembali roller kecil yang ada dialur mondar mandirnya cartridge. Naas, cartridge yang bergerak perlahan kini berhenti bekerja. Seperti terusik oleh tangan sok tahuku. 


Menyerah, akhirnya kumatikan printer itu. Kuputuskan mencari penyebab lama kinerja printerku di internet. Jawaban demi jawaban kudapatkan. Intinya, ia harus dirawat oleh teknisi yang berpengalaman. 

Ah, printerku. Andai kau bisa bicara, apakah kau akan mengeluh apa yang membuatmu lemah dan tak berdaya padaku? Seperti mengeluhnya aku bila merasa lemah dan tak berdaya. 

Printerku sayang, printerku malang. Apakah ini dampak dari ketidakmampuanku merawatmu? kau sakit, lemah dan tak dapat membantuku menyelesaikan banyak tugas. Apakah ini juga yang akan terjadi pada diriku bila aku lalai merawat diri dan hatiku sendiri? Apakah mereka akan sakit, lemah dan tak berdaya?

Printer dan hati memang tak ada persamaannya. Tapi mengapa kalian begitu serupa dimataku?

Mungkin karena kalian sama-sama sakit dan lemah? ataukah kalian sama-sama tak dapat kurawat dengan baik?

Hai waktu, kau tahu dengan pasti apa yang akan kuminta padamu. Bisakah kau melawan takdirmu untuk mundur beberapa saat hingga aku bisa memperbaiki segalanya? Ah, aku tahu kau pasti menolaknya. Baiklah, biarkan aku menerima semua penyesalan ini. Karena bukan kesalahan penyesalan bila ia muncul diakhir cerita. 
Read More

Sunday, July 22, 2012

BERAS DAN BABI


Beras kini sudah "menusantara". Orang-orang dimanapun ia berada di negeri ini hampir tak ada yang tak mengkonsumsi beras kecuali beberapa orang dengan beberapa alasan seperti keterbatasan keuangan dan ikatan hukum adat. Ternyata hal ini bukan suatu kebetulan dan keseragaman pangan yang dianut oleh masyarakat nusantara. Ada suatu pembiasan yang sukses menyingkirkan kebiasaan mengkonsumsi makanan lokal. Berikut beberapa fakta tentang beras : 

  • Sebelum 1960-an, pengonsumsi beras di Indonesia hanya 40%.
  • Masyarakat Papua dan Maluku saat itu masih memanfaatkan komoditas lokal, sagu. Masyarakat Jawa juga masih banyak yang mengonsumsi singkong dan komoditas lokal lainnya.
  • Ketergantungan terhadap beras berawal saat kebijakan pemerintah dahulu untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dengan memperbaiki kualitas hidup. Caranya dengan mengganti pola makan. Pemerintah melalui program Bimas, meminta masyarakat mengonsumsi beras. Hal tersebut membuat seolah-olah kalau tidak makan beras dianggap bukan makanan elite. Makan singkong dianggap miskin.
  • TNI dan PNS di Indonesia tak peduli dari mana pun daerah mereka, mendapat jatah beras setiap bulan. Beras pun menjadi makanan mereka dan menggeser budaya makanan lokal







Tak sengaja teringat dengan beberapa fakta mengerikan tentang bagaimana babi-babi bisa bergelantungan dengan bebasnya di Cordoba, Spanyol. Saat Cordoba jatuh dan terlepas dari genggaman kekuasaan kerajaan Islam, seluruh warga muslim dipaksa berpindah agama. Semua warga diwajibkan menggantungkan babi di depan rumah mereka bahkan memakan babi sebagai tanda kecintaan mereka terhadap penguasa. Akhirnya, mau tidak mau, suka tidak suka, tubuh babi yang bergelantungan dengan "indahnya" menjadi pemandangan yang sangat biasa. Kini, jangan heran bila kau menemukan banyak babi bergelantungan sekitar Mezquita di Cordoba, tempat yang menjadi pusat peradaban dan pengetahuan saat Islam masih memeluknya. 


Fakta tentang beras yang ditulis seseorang itu seakan sejalur dengan fakta tentang babi di Cordoba. Sama-sama dibiasakan. 

Sebenarnya tak ada hal khusus yang ingin kusampaikan dengan rinci disini. Aku hanya ingin membagikan satu jawaban dari satu pertanyaan. Ingin berubah ke arah lebih baik atau sebaliknya? Biasakan dirimu!

Read More

Saturday, July 21, 2012

SAMA-SAMA SIBUK

"Dia gak pernah ngerti apa yang aku rasakan, karena dia tak pernah ikut andil dalam organisasi dalam dan luar kampus!" keluh seorang teman padaku.

Saat itu ia sempat dihadapkan pada masalah yang menurutnya tak pernah berakhir. Dihadapkan pada pilihan lebih baik meninggalkan berbagai aktivitasnya di organisasi atau meninggalkan kekasihnya. Ah, ini masalah yang sangat kapiran. Kau pilih aku atau bola. Kau pilih aku atau pekerjaanmu. Kau pilih aku atau buku-bukumu. Memuakkan. Benar-benar pernyataan yang memuakkan dan selalu berakhiran kalimat, "Kamu gak pernah ngerti aku!" Cih!

Menurutku, orang yang sibuk harus berjodoh dengan orang yang sibuk pula. Kesimpulan itu terbersit begitu saja saat aku mendengarkannya bercerita. 

Rasanya aku pernah mendengar kesimpulanku itu diucapkan oleh ibu Tri Mumpuni dalam sebuah event perkumpulan mahasiswa nasional. Entah aku yang salah tangkap ataukah ibu yang salah mengucapkannya.

Tapi rasanya terlalu jelas diingatanku. Apalagi kisah temanku satu itu seakan menegaskan kesimpulan yang aku buat sendiri setelah ia bercerita. Kisahnya pula yang mengingatkanku pada kebodohanku dimasa lalu.

Teringat suatu waktu, ada seseorang yang luar biasa sibuk dengan berbagai kegiatannya bertandang di hatiku (aih, terlalu menggelikan kata-kata itu :D). Aku yang notabene hanya mahasiswa rumahan yang kerjanya hanya kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang menuntutnya untuk selalu menjawab setiap pesan singkat yang kutujukan padanya. Hasilnya, hubungan kami merenggang. 



Memang kisahku dan kisah temanku tak bisa dijadikan kesimpulan yang sesuai dengan realita lain yang bretolak belakang. Tapi setidaknya ada pelajaran penting disini. Jika orang yang kau sayang itu adalah orang yang sibuk, maka sibukkanlah dirimu dengan kegiatan yang kau sukai sehingga kau tak perlu mengais kasih sayang berlebihan darinya. Asal kau tahu, rajukanmu itu terkadang bukan tanda dari keromantisan, tapi malah memuakkan.

Jika kau tak bisa begitu, maka carilah orang lain yang bisa kau perlakukan sebagaimana kau bermain trampolin. Orang yang bisa menerima dan membalas semua rajukan "kasih sayang"mu sesuai dengan yang kau mau, sesuai dengan setiap loncatan yang kau lakukan diatas trampolin itu. 

Sekali lagi aku hanya mengingatkan, aku pernah menjadi memuakkan dan muak karena hal yang sama yang telah kusebutkan sebelumnya. Cukuplah aku, kawan. Tak usah bertambah lagi dengan kau. 

Tinggal pilih, sama-sama sibuk atau pergi dengan orang lain yang tak sibuk karena takkan ada kebersamaan dalam ketimpangan. Salah satu merasa "paling" mencintai saat yang lain berharap mereka berdua "saling" mencintai. 
Read More

DAMPAK TABLIGH AKBAR

Suatu hari menjelang akhir masa baktiku di KKN tematik. Sebagaimana selalu, ada acara besar yang menutup berbagai rentetan kegiatan yang diselenggarakan sebelumnya. Sebenarnya tidak terlalu besar, karena dana yang kami punya juga pas-pasan. Tapi cukuplah untuk dibilang besar dari pada kegiatan lain sebelumnya. Kegiatan itu bernama Tabligh Akbar.

Isinya selayaknya pentas seni di sebuah sekolah. Ada anak yang menyanyi, menari dan lain sebagainya. Satu pelajaran yang benar-benar tak pernah terpikir olehku. Memikirkannya membuatku berpikir ulang melakukan program "akselerasi" berkeluarga seperti yang digembor-gemborkan oleh temanku.

Sore itu, basecamp kami penuh anak kecil yang berasal dari berbagai madrasah di dusun 2 desa Cikadut. Tujuan mereka berkumpul di depan basecamp itu hanya satu, minta didandani sebelum tampil.

Sial, sungguh jebakan batman yang awalnya tak kuambil pusing. Tapi nyatanya sukses membuatku kebingungan setengah mati. Bagaimana tidak, memakai lipstik saja geli setengah mati, apalagi mendandani orang lain? bisa-bisa mereka menjadi salah satu personel baru badut ancol!



Beruntung, saat itu anak-anak masjid sebelah sedang dimake-up oleh ibu-ibu yang ada disana. Dengan sedikit merajuk, kuminta beliau-beliau (para ahli tata rias) itu memperpanjang jam kerja mereka. Awalnya menolak, tapi akhirnya setuju. Fyuh, bebanku berkurang satu.

Saat para ibu-ibu mendandani anak-anak itu, aku hanya bisa duduk di sofa melihat mereka sibuk dengan kegiatan yang identik dengan wanita itu. Saat itu terlintas dipikiranku, bagaimana bila nanti suatu saat anakku akan tampil disuatu acara dan aku tak bisa apa-apa? aaaahhhh...tidaaakkk!!!

Well, hari itu semakin menguatkanku, aku belum siap menikah. Jadi tolong, jangan tanya hal itu lagi :D


Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)