Monday, September 29, 2014

#20 Facts About Me

Akhir-akhir ini, hastag #20factsaboutme sepertinya menunjukkan kekinian manusia yang menggunakannya. Karena saya adalah salah satu orang yang tergila-gila dengan aktulitas dan kekinian, sepertinya sayang bila tidak mengikuti tingkah aneh manusia aneh di dunia yang super duper aneh ini. So, here are 20 facts about me!

  1. Anak pertama dari 6 bersaudara. Saya punya adik paling besar kelahiran 1992 dan paling kecil kelahiran 2004. Pikirin aja sendiri berapa jarak rata-rata kelahiran setiap anaknya. Tengilnya mereka gak ada dua. Tapi selalu bikin bangga. Sebagai anak pertama, saya dengan senang hati mengatur mereka semua. Hahaha. So, sikap nge-bossy saya ya tuntutan posisi jadi anak pertama *ngeles
  2. Suka nulis, curhat dan merangkai kata di berbagai platform social media sampai-sampai dianggap selalu galau setiap saat. 
  3. Jatuh cinta dengan diksi berbeda dari rangkaian kata di cerita, prosa, hingga lirik lagu. 
  4. Pelupa. Sepertinya saya terkena pause playing syndrome alias dulu waktu kecil sering di stop tiba-tiba saat bermain oleh orang sekitar dan berdampak kepada mudah lupanya seseorang. Sebutan ini saya dengar dari teman, jadi saya tidak terlalu yakin benar atau salahnya. 
  5. Jomblo selama 24 tahun. Gara-garanya sih karena takut patah hati #eaaaa
  6. Suka berorganisasi dan bekerja. Entah kenapa saya senang merasa sibuk dan ditemani tumpukan tugas dengan deadline yang ketat. Kondisi ini sering saya dapat saat berorganisasi dan bekerja.  
  7. Pemarah. Yup, saya mudah marah. Jadi jangan dekat-dekat saya ya. Kalau marah bentak orang lain tapi sesudah bentak pasti ngerasa bersalah dan malu. Awalnya kemarahan kan kegilaan dan akhirnya adalah penyesalan. Huuffftt
  8. Panikan. Awalnya saya kira saya mengidap general anxiety disorder, tapi dipikir-pikir lagi kayaknya gak gitu-gitu amat. 
  9. Seringnya percaya hal yang mudah awalnya itu pasti susah kemudian. Ini base on true story. Saya berkali-kali dibuat curiga dengan hal-hal yang terlalu mudah. Semua berakhir kacau balau karena terlena dengan kemudahan yang ada di awal. So, kalau ada apapun yang terlalu mudah, saya sudah hati-hati dan mencoba memprediksi apa yang akan menjadi kesalahan kemudian. Kecuali emm.. mudah jatuh cinta. #eaaa
  10. Nyablak. Mungkin karena berawal dari kurangnya (atau malah kelebihan ya?) terpenuhi kebutuhan di fase oral, maka saya cenderung cerewet dan nyablak. Menurut beberapa orang terkesan jutek dan tajam. Padahal kadang niatnya gak selalu sama seperti yang orang lain pikirkan. Yaa walaupun kadang-kadang iya juga. Haha
  11. Gak pernah ngerasa cantik. Sedih banget ya kedengerannya, tapi bener loh. Geli aja kalau ada yang bilang cantik walaupun ada bahagianya juga. *akujugawanita #tsaaah Karena keterbatasan pesona yang bisa ditebar di bagian muka, jadi berusaha menutupinya dengan pesona isi kepala. Walaupun seringnya gagal tebar pesona juga karena isi kepalanya kosong. Wkwkwk
  12. Kritikus. Suka keripik dan takut tikus. Haha. Saya juga tidak tahu apa yang membuat mulut saya gampang sekali ngomentarin orang lain. Tapi setelah kritik ini itu seringnya sadar lalu beristigfar dan kemudian nepuk-nepuk bibir sambil bilang "mulut gue, mulut gue" ala Nikita Mirzani. 
  13. Pemimpi. Hampir semua orang tahu mimpi saya. Ingin kuliah di luar negeri. Banyak yang tersengat semangat bermimpi yang sama. Tapi banyak juga yang hanya tersenyum dan tidak sabar untuk melihat saya mencapai mimpi saking tidak percayanya. 
  14. Setiap karaokean pasti paling kacau. Saya hanya senang mendengarkan lagu dan tidak bisa menyanyi. Ngaji pake tilawah saja dikira nge-rap sama ustadznya. Zzzzz
  15. Suka ngomong sendiri. Dimanapun. Iya bener. Sampai pernah ngerasa kayak orang gila karena keceplosan ngomong sendiri di angkot dan menjadi pusat perhatian seisi angkot. Haha
  16. Kalau suka sama orang lain selalu muncul defense mechanism dalam wujud reaksi formasi. Sikap ke orang yang disukai malah lebih terlihat seperti jijik. Saya juga bingung gimana bisa menikah kalau begini caranya. Da aku mah apa atuh. Keresek hideung anu ngapung katiup angin di jalan. Fufufufu
  17. Pengen jadi peneliti. No explanation for this. 
  18. Suka tulisan-tulisan yang maknanya dalam
  19. Sering bertengkar sama ayah sama ibu tapi sayang sama pake banget sama mereka berdua. Paling suka kalau udah meluk ibu. Ibu saya kecil bingit. Tapi tangguhnya ngalahin Hercules. Paling seneng dianterin ayah kemana-mana. Kalau udah dianterin ayah itu kayaknya ke ujung dunia itu aman sentosa. 
  20. Ingin keliling dunia dan punya banyak energi untuk mengaktualisasikan diri. Sayangnya, saya bukan risk taker yang baik. Jadi masih perlu dibantu mengambil risiko sama kamu. Iya kamu. #eaaaaa

Sepertinya 20 saja tidak cukup. Tapi karena kekiniannya hanya 20 dan saya juga malas bongkar-bongkar diri saya sendiri, 20 cukuplah yaaa. 

Postingan ini memang tidak berguna. Jadi, maaf kalau membuatmu menghabiskan waktu percuma. 
See ya

Read More

Sunday, September 21, 2014

Saat Kita Menua

Masa itu akan benar-benar menjadi nyata. Masa dimana kita berjalan terpogoh-pogoh lalu dengan mudahnya merasa lelah. Masa dimana kita tak kuat menaiki banyak tangga. Masa dimana kita semakin menua. Masa dimana kau dan aku merenungi banyak hal yang telah kita lalui bersama. Senang, sedih, bahagia, kecewa, serba serbi rasa yang membuat dunia menjadi berbeda. 

Masa itu akan benar-benar menjadi nyata. Disaat mata kita sudah mulai melemah fungsinya. Saat gerak tubuh kita tak gesit seperti sebelumnya. Saat rambut hitam kita sudah tak bisa lagi dihitung jumlahnya karena sudah memutih semua. Saat dimana kita semakin menua. 

Aku ingin melalui masa itu. Masa dimana kita menjalani banyak hal bersama. Masa dimana kita menua bersama sampai salah satu dari kita lebih dulu menemui pencipta-Nya. 

Pertanyaan, sekarang kau masih dimana dan kapan kita bertemu agar bisa tumbuh hingga menua bersama?



Read More

Sunday, September 14, 2014

14 September ke-24

Wuiiih. Tak menyangka saya masih dipercaya Tuhan untuk hidup di tahun ini. 24, bro! Tuanya gue! Haha

Setahun kemarin adalah waktu yang berharga. Dipenuhi orang-orang berharga yang tidak ada harganya lagi saking terlalu berharga. Setahun yang penuh lika liku drama yang tak pernah diprediksi ada sebelumnya. Setahun yang memberikan banyak hal baru dan juga beragam warna.

Setahun kemarin adalah waktu dimana gradasi terjadi disana-sini. Dari warna yang kuat hingga kemudian memudar. Dari warna yang pudar kemudian menguat lalu kembali memudar lagi. Gradasi berdampak pada naik turunnya emosi. Mungkin itu adalah isyarat bahwa kebutuhan dasar lainnya perlu dipenuhi

14 September ke-24. Titik refleksi yang menyadarkanku bahwa aku belum berbuat apa-apa. Bahwa aku belum siap mempertanggungjawabkan apa-apa. Bahwa aku, masih tetap bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. 
Read More

Thursday, September 11, 2014

Il Mare

Il Mare. Begitulah judul dari film Korea yang kutonton malam itu. Judul yang aneh, pikirku. Saya tak berespektasi banyak. Pasti ada wanita keras kepala yang berani dan polos jatuh cinta pada lelaki kasar yang tidak tahu cara mengekspresikan cinta. Tidak semua film Korea seperti itu memang, tapi tak banyak yang berbeda dari itu. Mungkin juga banyak yang memiliki plot cerita yang apik namun saya tak tahu. Yah intinya, I expect too low to this movie. Yang terpenting adalah, malam itu saya ingin menonton sesuatu yang ringan dan mudah dicerna. Film cinta khas Korea menjadi pilihannya. Sejak kapan cerita cinta terasa sulit dicerna? Sejak kau sendiri yang melaluinya *eaaaa

Saya akan bercerita secara singkat tentang film ini, tapi mohon maaf sebelumnya, saya lupa semua nama pemerannya (bahkan pemeran utama sekalipun). Entah pelupa atau malas mengingat, yang jelas saya tidak akan menyebutkan nama mereka disini. 

***

Il Mare kisah tentang sebuah rumah unik di pinggir lautan. Entah teluk entah apa. Saat pasang air laut bisa memenuhi pekarangannya. Jika surut lumpur-lumpur menggantikan hamparan air laut. Rumah dengan desain yang menarik, disertai pemandangan yang membuat kita enggan berkedip. Saya saja ingin ijin menginap disana minimal 3 hari. Hehe

Diawali dengan scene seorang wanita pindah dari rumah itu. Ia adalah seorang pengisi suara film anak-anak di Korea. Ia pindah ke sebuah apartemen di tengah keramaian kota. 

Adegan selanjutnya adalah dimana seorang lelaki pindah ke Il Mare, rumah yang ditempati oleh gadis yang keluar tadi. Ia menelepon seseorang dan berterimakasih atas rumah yang bisa ditempatinya. Lelaki itu amat menyukainya. Lelaki itu memberi nama rumah yang ditempatinya Il Mare. Lelaki itu bertingkah bak orang pertama yang tinggal di rumah dengan desain ciamik itu. 

Kembali ke kehidupan si wanita. Wanita itu terlihat kesepian. Patah hati karena mantan kekasihnya berencana bertunangan dengan orang lain. Patah hati karena mantan kekasihnya memutuskan pulang ke negerinya sendiri dari negeri Paman Sam nun jauh disana. Patah hati karena memori menyenangkan dengannya masih mengendap di hati.


Karena kesepian, wanita itu menikmati hari di rumah lamanya. Rumah itu masih sepi. Masih indah. Masih menyimpan banyak kenangan yang ingin ia kubur dalam-dalam. Iseng, ia mencoba menuliskan sebuah surat untuk pemilik rumah yang baru. Surat perkenalan yang meminta untuk dibalas oleh penerimanya. Surat itu ia letakkan di dalam sebuah kotak surat yang memang ada di depan Il Mare. Dan ceritapun dimulai.

Lelaki itu terlalu sibuk. Mahasiswa arsitektur tingkat akhir ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menjadi kuli bangunan. Ia benci pada para pembuat rumah yang tak pernah tinggal di rumah. Ia benci pada ayahnya sendiri, profesor tersohor di bidang arsitektur. Surat itu sampai di kotak surat rumahnya. Ia berpikir itu hanya tulisan surat iseng dari wanita asing yang tak ia kenal. 
  
Usaha wanita mendapatkan jawaban  tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebelum jejak kaki Cola (anjing putih dekil) menggiring lelaki tersebut ke depan pintu yang terdapat jejak kaki yang sulit dihapuskan, seperti yang diceritakan wanita itu di suratnya. Merasa wanita yang mengiriminya surat itu salah alamat, ia membalas surat tersebut dengan penjelasan bahwa suratnya mungkin salah alamat. Lelaki itu mencantumkan tanggal lengkap di suratnya.

Esok harinya, wanita tersebut senang bukan kepalang saat mendapatkan balasan surat dari penghuni baru rumah itu. Namun sesaat kemudian keningnya mengerut. 1997? Wanita itu hidup di tahun 1999. 

Kisah cinta lintas waktu yang menurut saya seru. Menggunakan surat sebagai alat komunikasi dengan kotak surat sebagai media penyampai informasinya. Melintasi tahun. Melintasi masa. Melintasi ketidakmungkinan. Konflik-konflik yang dimunculkan juga beragam, mulai dari ketidakakuran sang lelaki dengan ayahnya, terjebak nostalgianya sang wanita pada mantan kekasihnya, hingga konflik cinta yang membuat sang lelaki meregang nyawa. 


Ending cerita ini memang cukup bisa ditebak, namun kalimat tanya dari sang lelaki di akhir cerita membuatku bernafas lega.
"Maukah kau dengar cerita panjang ajaib yang benar-benar nyata?" 
Film ini memunculkan banyak siratan pelajaran. Salah satu yang paling saya sukai adalah ekspresi cinta terdalam terkadang berwujud merelakan orang yang dicintai pergi untuk hal atau manusia lain yang mereka cintai.

Oh ya, saya juga tidak tahu kenapa satu-satunya nama yang saya ingat itu hanya nama anjing dekil yang tidurnya seperti manusia. Alamaaaaakk!

Ciparay, 11 September 2014
21:16 WIB, beberapa menit sebelum memutuskan untuk potong kuku *apaseh

Read More

Sunday, August 24, 2014

Enaknya Jadi Recruiter

Recruiter. Panggilan singkat untuk para HR Recruitment Staff di perusahaan saya. Dulu saat masih berkuliah, saya cukup sering menjadi tester alias fasilitator tes psikologi untuk seleksi peserta didik baru di suatu sekolah. Saya pikir pekerjaan saya tidak akan jauh berbeda dengan pengalaman saya terdahulu, nyatanya tidak sepenuhnya betul. Daripada membahas tidak enaknya menjadi recruiter, asyiknya sih membahas yang enak-enak dari posisi ini.

Jadi recruiter itu asyik. Saya jadi banyak tahu perusahaan yang ada di negeri ini. Tentunya dengan spesifikasi produk dan sasaran pasar mereka. Para kandidat dengan senang hati menceritakan perusahaan yang menjadi rumah mereka terdahulu. Saya menikmati berbagai informasi yang saya dapat tentang perusahaan itu. Tentang strategi, konflik, kompensasi bahkan rahasia-rahasia yang dengan tidak sengaja terkuak saat sesi wawancara terjadi. Selain tahu tentang perusahaan, saya juga tahu apa yang para kandidat kerjakan di posisi mereka terdahulu. Intinya, saya jadi tau job description dan job scope seseorang. Bentuk perusahaan yang beraneka ragam melahirkan jobdesc yang beraneka ragam pula. Saya banyak belajar.

Jadi recruiter juga seru. Menemukan banyak manusia dengan segala tingkah khasnya. Saya seringkali tertipu oleh kandidat. Saya sering menemukan kandidat dengan pembawaan kalem, cool dan tenang, nyatanya lebih riak dari ombak lautan. Heboh cyiiiin. Hahaha. Sebagai recruiter, don't ever judge people by their face, attitude and CV. CV sering juga menipu. Jadi, hati-hati dengan 'topeng' seseorang. B-)

Jadi recruiter itu terlatih patah hati. Sering sekali saya mengundang banyak orang untuk ikut psikotes dan wawancara untuk posisi yang mereka lamar tapi mereka tidak datang. Padahal tak jarang satu dari sekian banyak kandidat yang tidak datang adalah mereka yang saya harap bisa menjadi bagian dari perusahaan yang saya tempati ini. Patah hati? Jelas. Tapi tenang saja, jadi recruiter itu pantang patah hati. Satu tak datang, seribu kandidat kami undang kembali. Gitu aja repot.

Jadi recruiter itu tempat berlabuhnya harapan. Hingga saat ini, saya selalu mendapatkan wajah-wajah penuh harap dan ungkapan-ungkapan berupa permohonan untuk dapat diterima dan bekerja mengisi posisi kosong yang kami iklankan. Semua orang yang mengikuti proses seleksi berharap nasib baik menyapa mereka setelah kedatangannya ke tempat ini. Semangat bekerja dan optimisme kandidat itu tak jarang menjadi teguran bagi saya yang masih moody dalam bekerja. Karena recruiter itu tempat berlabuhnya harapan, maka sebagai recruiter saya tidak pantas hilang harapan. 

Oh ya, berkat jadi recruiter, seseorang yang sudah lama hilang saya temukan dalam sekejap mata. Laki-laki yang dulu sering bertingkah aneh saat kami SD muncul dengan surat lamaran dan riwayat hidup lengkap. Saya tidak tahu nama lengkapnya, namun merasa familiar saat membaca berkas itu. Cukup terkaget-kaget saat membaca riwayat pendidikannya. Dia....teman SD saya. Ah Tuhan memang pandai membuat kejadian lucu yang tak terduga. Kenangan demi kenangan lucu saat SD muncul tak terduga. Pertanyaan-pertanyaan tentang kelanjutan hidup lelaki itu terjawab sudah. Padahal belasan tahun sudah tak pernah ada cerita tentang dia. Karena kejadian ini saya tahu nama lengkapnya dan saya tahu ia tidak bisa lolos ke tahapan selanjutnya karena tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan. Profesional. Saya hanya mencoba bekerja sebagai profesional. Kalau tidak jadi recruiter, mungkin saya tidak akan tahu nama lengkap laki-laki itu setelah belasan tahun berlalu.

Ah, tulisan ini terlalu tak jelas ujungnya. Intinya, saya bersyukur masih bisa merasakan potongan berbeda di dalam kehidupan saya, masih bisa menjadi potongan berharga atau tidak berharganya kehidupan seseorang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya, masih bisa belajar bahwa hidup di dunia bukan hanya tentang saya saya dan saya saja.
Read More

Saturday, August 23, 2014

Serba Serbi Pasca S.Psi

Setelah menyandang gelar S.Psi alias sarjana psikologi, hari berlalu dengan cepatnya. Beberapa hari setelah dinyatakan lulus melalui sidang munaqosyah, saya mendapatkan telepon dari salah satu perusahaan garmen yang pasarnya sudah merambah 5 benua. Menarik. Baru lulusa beberapa hari, sudah disodorkan tanggungjawab lain. Sebagai anak mamah dan papah (pake H ya!) yang baik, saya menceritakan itu semua kepada kedua orangtua saya. Ayah langsung menolak. Ibu juga. Saya? Sedih. Hahaha. Menurut saya tawaran itu keren sekali. Tawaran pekerjaan pertama di hari ketiga pasca menyandang gelar sarjana. Akhirnya saya menolak pekerjaan itu. Ada yang menarik dibalik penawaran itu. Sang empu pekerjaan mendapatkan CV saya dari sebuah biro psikologi. Saya pernah melamar menjadi tester alias fasilitator tes psikologi disana. Tidak ada jawaban dari biro itu, jawaban datang dari pihak lain. Kocak. Saya tidak akan pernah menyangka cerita 'hoki' ini akan muncul karena potongan cerita lain yang tak pernah disangka-sangka. Pesan nomor 1: cerita hidup kita itu terkadang seperti efek domino. Salah satu kisah bisa mengubah kisah lain setelahnya. 

Pasca penolakan, saya iseng-iseng mengikuti banyak jobfair di Bandung. Berbagai jobfair saya coba. Berbagai situs untuk job hunter saya buat akun disana. Saya ingin bekerja. Mimpi untuk melanjutkan kuliah ditunda dulu karena satu dan lain hal. 

Sebulan setelah lulus, panggilan interview dan psikotes berdatangan. Uniknya, tidak ada satu panggilanpun yang berasal dari jobfair. Tapi saya tetap rajin mengunjungi jobfair karena mendapatkan banyak item gratisan yang kalau dihitung-hitung lebih dari tiket masuk jobfair yang saya beli. Hahaha. Gretongan lovers. Pesan nomor 2: dimanapun Anda berada, manfaatkan kesempatan dan cari item gratisan. :-D

Bulan berganti bulan. Saya belum mendapatkan pekerjaan. Sebetulnya saya tidak sepenuhnya menjadi pengangguran. Di bulan pertama dan kedua setelah lulus, saya menyibukkan diri sebagai salah satu freelancer di perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Kerjaan saya tentu saja bertolak belakang jauuuuuuuh sekali dari disiplin ilmu yang saya tekuni. Cari pengalaman saja lah. Bulan ketiga dan keempat saya ikut penelitian dari sebuah LSM dan juga penelitian yang diadakan pihak kampus. Sebagai seorang freelancer, tentu saja saya masih bolak-balik kampus. Padahal teman-teman seangkatan sudah malu sampai mampus kalau ke kampus. Saya sih cuek saja, saya lupa saya masih punya malu atau tidak. Hahaha. Karena saya sering ke kampus itulah, saya mendapatkan informasi tentang proyek penelitian dari kampus ini. Dengan PD tingkat dewa saya menawarkan diri ikut serta dalam penelitian itu langsung ke koordinator enumerator. Taraaa, diterima :-) Pesan nomor 3: bergerak itu kebutuhan, bukan kewajiban.

Proyek penelitian selesai, kerjaan sebagai freelancer mulai muncul tenggelam. Saya menebar pesona melalui CV yang cukup menarik hati (setidaknya menurut saya). Saya rajin ikut jobfair kembali, bersama seorang teman yang juga aktivis jobfair. Lagi, tak pernah ada tanggapan positif dari begitu banyak perusahaan yang saya lamar. Bagaimana nasib saya yang belum dilamar? *apaini!!!!

Saya menghabiskan hari dengan mengajar di sekolah dekat rumah dan mengikuti aktivitas sosial dari komunitas yang saya ikuti dengan teman-teman seangkatan. Bulan keempat adalah bulan dimana saya sangat sering meminta uang untuk bepergian kepada Ibu. Ibu saya komplain. Pengeluaran saya selama mahasiswa lebih sedikit daripada setelah tidak menyandang gelar kehormatan itu lagi. Akhirnya saya mengurangi aktivitas keluar dan kembali aktif menjadi aktivis pesbuk, blog, twitter dan sosial media lainnya. 

Tiba-tiba seorang kakak tingkat saya mengirimkan informasi tentang lowongan kerja di suatu tempat yang entah ada dimana. Salah satu syaratnya bisa berbahasa inggris secara aktif. Alamak, saya sadar diri. Saya putuskan untuk tidak melamar kerja disana. Iklan itu berlalu. Saya tidak mau tahu. Kakak tingkat itu mengirim pesan singkat melalui pesbuk. Ia minta CV. Saya berikan CV ketje yang menurut saya memesona tadi. Urusan diterima atau tidak, urusan belakangan. 

Hari minggu saya menghabiskan waktu bersama teman-teman dengan jalan-jalan ke puncak gunung Rakutak. Perjalanan itu sukses membuat saya tidak bisa berjalan seperti orang normal pada umumnya. Persis seperti anak lelaki yang baru disunat. Senin pagi saya mendapat telepon dari seorang wanita, katanya saya diundang ikut psikotes dan interview di Bekasi. Saya bilang saya akan datang kesana. Orangtua saya sedang pergi ke luar kota untuk sebuah acara. Saya mengirimkan pesan ke Ayah. Meminta izin dengan bahasa yang tidak bisa dibalas tidak olehnya. Dengan kondisi kaki pengkor tak normal, saya pergi ke Bekasi. Dengan uang sisa proyek penelitian saya nekat pergi. Bekasi kota dimana teman-teman saya yang baik hatinya bertebaran disana.

Di perjalanan menuju Bekasi, ada telepon dari nomor kantor. Saya angkat telepon itu dengan malas-malas-merpati. Ternyata itu adalah undangan untuk ikut interview dari CV yang saya titipkan lewat kakak kelas saya. Singkat cerita, saya putuskan untuk tidak melanjutkan proses seleksi di Bekasi (padahal tinggal interview user) dan menerima pekerjaan di perusahaan yang menelepon saya di angkot tadi. Banyak kekurangan perusahaan ini, tapi selama saya bekerja disini (baru saja satu bulan lebih 2 hari), saya merasa tempat ini cukup tepat untuk membuat saya berkembang dan teraktualisasi. 

Pesan nomor terakhir: Tuhan tidak bermain dadu. Bila tidak diterima di sebuah perusahaan atau terpaksa menolak pekerjaan karena orangtua tidak mengizinkan,  bukan berarti harapan kita harus terputus saat itu juga. 

Setelah hampir 5 bulan setelah Februari 2014 melanglang buana (ceileh bahasanya) mencoba berbagai kesempatan yang bisa dicoba, akhirnya saya sah menjadi karyawan swasta di salah satu perusahaan di Bandung. Semoga dimanapun kita ditempatkan kita bisa berkembang dengan maksimal. 


Cheers.
Read More

Friday, August 8, 2014

Kepala

Bagian penting dari tubuh manusia itu bernama kepala. Tempat dimana muka berada, salah satu bagian yang bisa membuat manusia lain tergila-gila, bagian yang membuat banyak orang berusaha menjadi tambah rupawan, bagian yang membuat banyak manusia hilang kepercayaan terhadap diri dan kemampuan. Kepala juga tempat dimana otak bersembunyi. Bagian organ vital manusia yang bekerja tanpa henti. Memroses segala informasi dari kanan dan kiri, depan dan belakang, dan kabar-kabar lain dari semua penjuru negeri. 

Kepala. Bagian ini bisa membuat manusia menjadi makhluk paling bejat seantero alam, namun juga bisa membuat manusia menjadi makhluk paling bijaksana se-alam raya. Bagian yang bisa membayangkan masa depan, masa dimana tak ada satu orang pun yang bisa memastikannya. Kepala, tempat dimana bayang-bayang orang kesayangan bisa bertengger tak tahu masa, tempat dimana hati berpindah dan membuat buntu segala perhitungan logika. 
Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)