Perlu saya akui, membaca kembali
proposal penelitian memang sangat membosankan. Pasalnya kita tahu betul apa
yang kita tulis, dan terlalu percaya diri atas apa yang kita tulis. Ditengah
kebosanan, muncul ide untuk menonton film yang telah cukup lama di transfer
oleh seorang teman ke computer portableku ini. Judulnya Conquest 1453. Dari
cover film sudah terlihat bahwa ini adalah film kolosal yang pastinya banyak
adegan-adegan penuh darah. Tapi karena sebelum menonton film ini saya tak
melihat cover filmnya terlebih dahulu, jadi rasanya aman-aman saja. Baiklah,
mari mulai mereview film yang kutonton tadi.
Sebelumnya mohon maaf bila apa yang saya sampaikan disini ternyata
berbeda jauh dengan maksud si pembuat film. Maklum, otak ini kurang asupan
sejarah.
Alkisah ada seorang anak raja
dari kerajaan Ottoman bernama Mahmud. Ia pernah naik takhta di usia 12. Namun
kemudian digulingkan oleh Halil Pasha, kemudian naik takhta kembali saat
ayahnya meninggal. Ia digulingkan dari takhtanya karena usianya yang sangat
muda dan adanya ancaman dari pasukan salib kepada Turki Ottoman untuk
meninggalkan Rumelia, karena itulah Sultan Murad II (ayah Sultan Mahmud)
kembali naik takhta sedangkan Mahmud dipindahkan ke Pos Saruhan. Uniknya, 5
tahun kemudian, Sultan Mahmud yang kembali menjadi raja mengangkat Halil Pasha
yang dulu pernah menjadi salah seorang pelaku penurunan takhtanya menjadi
perdana menteri, sedangkan tiga orang yang lain (Pahabettin, Zaganos dan
Saruca) menjadi penasehatnya.
Semua kerajaan disekitarnya
terutama Konstatinopel atau Constantine menganggap remeh kemampuan Mahmud, sang
raja yang baru naik takhta kembali. Bahkan mereka berencana meluluhlantakkan
kerajaan Ottoman di masa pemerintahan Mahmud.
Dengan maksud mengejek,
Konstantinopel mengirim permintaan damai untuk Ottoman. Atas pertimbangan dari
perdana menteri, Baginda Raja mengamini permintaan damai tersebut. Lalu
kemudian ia meminta anak buahnya mengirim surat pernyataan damai kepada semua
kerajaan yang ada di Eropa termasuk Vatikan. Rakyatnya kecewa, karena periode
raja sebelum-sebelumnya selalu menentang perdamaian dengan Konstatinopel dan
melakukan invasi kerajaan kesana. Raja Mahmud tetap teguh dengan pendiriannya
karena ia tahu tujuan akhir yang ingin dibangunnya adalah sama seperti yang
diinginkan rakyatnya, melanjutkan usaha menaklukan Konstatinopel seperti para
pendahulunya.
Singkat cerita, Konstatinopel
ingkar pada janji perdamaian, Ottoman dengan terang-terangan membangun benteng
tepat di depan benteng mereka. Konstatinopel segera berkonsolidasi dan meminta
bantuan koalisinya. Kerajaan Mora dihubungi. Prancis dan Inggris yang menjadi
rekanan mereka sedang sibuk berperang sendiri. German tak kalah sibuk dengan
konflik internal dan berusaha mempertahankan singgasana rajanya. Konstatinopel
berpikir Ottoman memanfaatkan kondisi seperti ini. Kerajaan Roma juga diajak
bergabung disana. Vatikan tak ketinggalan mengikuti persatuan ini, tapi tetap
mengajukan syarat yang melukai keyakinan yang dianut rakyat Konstatinopel.
Vatikan akan mengirimkan bala bantuan pasukan pemanah andal, jika setelah
kemenangan Konstatinopel mau tunduk pada aturan katolik dan Paus. Rakyat
penganut Orthodox marah. Rasa sakit yang dulu pernah mereka rasakan saat
dipaksa menganut Katolik masih terasa perih di hati mereka.
Kaisar Konstatinopel memaksa
pembuat meriam bernama Urban untuk membuatkan meriam terhebat untuknya. Tapi
Urban menolak karena ini bukan pertempuran demi negaranya, tapi demi ambisi
Kaisarnya sendiri. Urban diancam putrinya akan dibunuh bila ia menolak. Malam
harinya Urban beserta putrinya bernama Era berkemas dan bergegas pergi keluar
negara. Sayang, utusan Notaros (penasehat Kaisar yang membujuknya membuat
meriam) datang sebelum mereka kabur. Urban dan Era hampir saja terbunuh jika
Hasan, utusan Sultan Ottoman, tidak hadir di waktu yang tepat. Urban dan Era di
bawa ke kerajaan Ottoman untuk menghadap Raja. Karena mungkin merasa berhutang
budi, Urban memutuskan untuk kembali membuat meriam yang bisa menembus benteng
pertahanan Konstatinopel. Benteng Konstatinopel memang tak pernah sukses
ditembus oleh serangaan Ottoman generasi manapun sebelumnya.
Diawal film ini diceritakan leluhur Mahmud
yang merupakan mendiri kerajaan Ottoman menghadap Rasulullah SAW. Nabi bersabda
yang kurang lebih isinya mengabarkan bahwa akan datang suatu masa dimana
Konstatinopel akan jatuh dan orang yang memimpin pasukan maupun pasukan yang
dipimpinnya adalah pasukan terbaik sepanjang masa.
Kau tahu kenapa film ini dibuat,
bukan? Karena sabda Rasulullah benar adanya. Mahmud, raja Ottoman yang dulu
pernah digulingkan takhtanya saat usianya 12 tahun adalah pemimpin hebat yang
dimaksud dalam kabar dari Nabi besar kita.
Merebut Konstatinopel tak akan
pernah menjadi impian yang mudah dicapai. Perlu keteguhan, pengorbanan dan
semangat yang tak pernah berhenti membara. Lebih dari 30 hari pasukan Ottoman
terus menyerang Konstatinopel. Setiap penyerangan berakhir kegagalan. Setiap
kegagalan Ottoman adalah pesta bagi Konstatinopel.
Penyerangan lewat laut tak
selancar yang dipikirkan. Konstatinopel menghadang dengan rantai sebagai
pembatas dan menghancurkan kapal dengan meriam lontar jarak jauh yang mereka
punya. Penembusan benteng tak membuahkan hasil yang begitu baik karena meriam Basilica
yang luar biasa besar itu tak bisa melontarkan peluru secepat dan sebanyak yang
mereka kira sebelumnya. Jalur penggalian juga tak berhasil, terowongan yang
mereka bangun ambrol dan membuat misi itu gagal. Para pemanah, penombak hingga
pemain pedang bertebaran mayatnya dimana-mana. Mental prajurit Ottoman semakin
lama semakin melemah, Raja atau Sultan Ottoman, Mahmud, tersiksa dengan
kegagalan demi kegagalan yang ia dapatkan.
Mahmud sedikit depresi. Emosinya
yang biasa terkontrol dengan baik, menjadi meluap-luap dan semua orang
disekitarnya menjadi sasaran kemarahannya. Para penasehat bingung dengan sikap
Baginda Rajanya. Perdana Meteri yang sudah sejak awal menolak ekspedisi itu
meyakinkan rajanya untuk mengakhiri peperangan. Kondisi internal Ottoman ricuh
tiada dua. Prajurit kebingungan karena rajanya tak keluar kemah selama 2 hari
penuh. Para provokator yang ingin mundur dari medan perang bermunculan. Meriam
kebanggaan Ottoman, Basilica, meledak karena kesalahan teknis. Kerajaan
Hungaria memutuskan hubungan diplomasi dengan Ottoman dan meminta pasukan
mereka dicabut dari peperangan melawan Konstatinopel. Aih, sang sutradara
membuat kondisi tersebut begitu menyebalkan dan membuat kesal para penontonya
dengan sangat baik.
Hasan, guru pedang Raja Mahmud
membantu menetralisir suasana yang juga pemimpin pasukan pedang Ottoman.
Mental-mental banci nan pengecut tak bisa menembus tembok kuat Konstatinopel.
Kerumunan prajurit yang galau mulai mengurai tapi raja mereka tetap tak keluar
kemahnya. Hingga akhirnya datanglah seorang syekh. Ia menemui Raja Mahmud, mengajaknya
ke kuburan leluhurnya yang dikubur dekat dengan benteng itu. Ia menguatkan Raja
Mahmud untuk tetap melanjutkan ekspedisi ini. Raja Mahmud kembali menjadi raja
yang gagah berani.
Strategi baru dibuat. Kapal-kapal
diangkut melalui daratan dan dijadikan jembatan untuk masuk ke Konstatinopel.
Cerdasnya, sisi yang menjadi fokus mereka adalah sisi terlemah benteng
Konstatinopel. Terowongan juga kembali dibangun. Meriam kembali dibuat dan
dimodifikasi agar bisa lebih sering menembakkan peluru. Para prajurit mulai
bangkit percaya diri. Raja mereka kembali, keyakinan mereka menaklukan
Konstatinopel muncul kembali. Sholat mereka dirikan sebelum menyerang
Konstatinopel dengan serangan maha dahsyat setelah lebih dari 3 generasi
menelan kekalahan.
Konstatinopel yang awalnya angkuh
dan terbuai kemenangan, mulai kelabakan dan kebingungan saat pasukan Ottoman
kembali bangkit dengan berbagai strategi baru yang diluar prediksi mereka.
Diawali dengan sebuah ledakan
hebat dari bawah tanah, disusul dengan penyerangan melalui meriam Basilica,
membuat benteng Konstatinopel goyah dan dapat ditembus. Semua orang berusaha
memenangkan peperangan ini. Panji-panji Ottoman berpindah tangan untuk terus
dikibarkan di menara bendera Konstatinopel. Kedaaan mendesak, para prajurit
Ottoman seperti singa kelaparan. Prajurit Konstatinopel tetap berusaha ditengah
keterhimpitan. Kaisar Konstatinopel dilarikan ke istana untuk diselamatkan. Warga
sipil Konstatinopel berlarian menuju Gereja Aya Sophia (maaf bila ada kesalahan
penulisan).
Hasan bertarung dengan Guistiniani,
lelaki yang mencintai gadis yang dicintainya. Pertarungan mereka tak mudah
kuikuti karena terlalu keji dan banyak darah berhamburan. Intinya, Hasan tetap
hidup dan Guistiniani mati ditangan Hasan. Hasan kembali berlari menuju menara
bendera untuk mengibarkan bendera Ottoman sebagai salah satu lambang
kemenangan. Sayang, menancapkan bendera di menara itu mengundang banyak anak
panah bersarang di badannya. Era menangis melihat kepergian prianya sambil
memegang perut. Raja Mahmud getir menyaksikan kematian guru pedangnya. Tapi
perang harus segera selesai dan Ottoman harus menang.
Kaisar Konstantinopel yang awalnya
akan dilarikan keluar, menolak untuk lari. Ia memutuskan untuk menjaga
kehormatannya walaupun harus mati di medan perang. Sayang, ia mati dan ini
menunjukkan Ottoman menang. Semua pejabat dan tangan kanan Kaisar Konstatinopel
ditangkap. Raja Mahmud memerintahkan Kaisar Kosntatinopel untuk dimakamkan
seperti yang diajarkan agama yang mereka anut. Raja Mahmud juga mendatangi rakyat
Konstatinopel yang berkumpul ketakutan di Gereja Aya Shopia, ia meyakinkan
mereka bahwa mereka telah menjadi bagian dari kerajaannya dan pastinya ada
dibawah perlindungannya. Selain itu, mereka akan diberikan kebebasan untuk
memeluk agama yang mereka anut (tidak dipaksa masuk Islam). Semua rakyat disana
sontak terkejut sekaligus bahagia. Padahal bila Konstatinopel menang, mereka
harus tunduk patuh pada Katolik dan perintah Paus.
Ada beberapa hal yang masih
membuatku bingung. Mungkin aku harus menontonnya untuk kedua kali atau
berkali-kali agar paham alur sesungguhnya cerita ini karena tulisan ini hanya
sekedar pemahamanku saja. Selain itu, perlu juga membaca sedikitnya dasar-dasar
sejarah untuk mencocokkannya dengan film ini. Belajar sejarah selalu
menyenangkan bila ada film-film bagus seperti ini.
Sebelum mengakhiri tulisan ini
aku akan menyampaikan kebingunganku dalam film ini:
- Sebenarnya sikap Raja Ottoman kepada anaknya seperti apa sebelumnya? Apakah menjadi dingin secara tiba-tiba setelah ia menjabat sebagai raja, atau bagaimana? Hatiku sedikit teriris saat anak raja, Bayezid, rindu pada ayahnya dan tidak terbalaskan. Tapi sikap dinginnya membuat adegan Biyazed dipeluk sebelum Raja pergi ke medan perang menjadi sangat mengharukan.
- Aku tak mengerti kenapa nama Halil Pasha dicatut dalam sebuah surat oleh kerajaan Konstantinopel?
- Apakah Era dan Hasan seorang Muslim? Apakah mereka sudah menikah? Mereka sempat berciuman dan berhubungan intim. Jika mereka atau salah satunya muslim, seharusnya tidak ada adegan itu L
- Sebenarnya jilbab di jaman itu seperti apa? Bukankah di masa Rasulullah SAW sudah ada perintah menggunakan jilbab? Tapi jilbab seperti apa yang mereka gunakan? Psstt.. rambutnya bagus-bagus!
- Pakaian penari yang menghibur para pembesar Konstatinopel sangat mirip dengan pakaian penari dalam komik yang pernah saya baca. Bagian lengan lebih panjang melambai-lambai, tapi bagian rok terbelah hingga pangkal paha. Baju macam apa itu -___-
- Seberapa banyak pasukan Ottoman yang mereka bawa? Mengapa setelah 40 hari berperang tetap saja ribuan jumlahnya saat hari penyerangan akbar?
- Bahan dasar perisai prajurit itu besi, bukan? Kenapa bisa ditembus anak panah? Apa memang karena anak panah tersebuh terlalu runcing? Ataukan perisai mereka terlalu lembut untuk berperang sehingga tak berfungsi sebagai perisai?
Ah sudahlah,
tak usah tanggapi pertanyaan-pertanyaan isengku itu. Film ini baik sekali
terutama bila menjadi salah satu sarana pembelajaran sejarah. Ah, rasanya saya
mulai jatuh cinta dengan film-film sejarah :*
Awalnya saya
pikir film ini akan saya tonton bersama anak-anak dekat rumah sekalian belajar
sejarah Turki Utsmani bersama. Tapi karena ada adegan-adegan yang tidak oke dan
tak baik dilihat anak-anak, mungkin film Omar saja yang saya pilih. Hehehe. Salut
untuk semua kru yang bekerja keras untuk film yang sepertinya menghabiskan dana
luar biasa banyak ini (y)
Baiklah, film
ini recommended untuk anda. Di tulisan ini tidak menceritakan semua detail
cerita yang menarik. Jadi, lebih baik anda menontonnya sendiri :)
0 comments:
Post a Comment