Beberapa hari yang lalu lagi-lagi
kutonton film yang ada. Salah satu film dari film yang kutonton adalah Harmony.
Kupikir ini seperti film August Rush, tentang composer, music dan mungkin
tentang harmonica. Entah darimana pikiran itu muncul, aku pun tak tahu. Yang
jelas, dari awal kutekan tombol play, aku tak berani berekspektasi berlebihan.
Film ini berasal dari negeri
Gingseng yang sedang perang dingin (eh apa perang panas, ya?) dengan
tetangganya di bagian Utara. Diawali
dengan adegan seorang ibu melahirkan. Linu, ngeri dan lucu bercampur menjadi
satu. Tak lama, anaknya lahir dan berjenis kelamin laki-laki.
Singkat cerita, usia anak bernama
Moo (anak laki-laki tadi) menginjak 1 tahun. Seorang wanita tua menjahit baju
lucu untuk si kecil. Adegan berganti dengan dua orang tahanan memaksa tahanan
lain memberi hadiah. Awalnya aku heran, mengapa film ini bersetting di dalam
penjara. Tapi beberapa menit kemudian pertanyaan itu terjawab. Ibu Moo adalah
salah seorang tahanan di rumah tahanan wanita di Korea Selatan.
Ibu Moo beserta ketiga temannya
ditambah satu sipir wanita merayakan ulang tahun Moo yang pertama. Setiap orang
memberikan kado untuk Moo. Ibu Moo berusaha menyanyikan lagu “Selamat Ulang
Tahun”, tapi bukannya senang, Moo malah menangis ketakutan. Teman-teman Ibu Moo
meledeknya dan memerintahkannya untuk berhenti bernyanyi.
Mereka mengambil foto bersama
dibantu oleh sipir wanita yang ikut berpesta. Celakanya, pimpinan sipir penjara
melihat kilatan blitz kamera dan segera mendekat ke kamar tahanan itu. Ia
beserta timnya menggeledah kamar tahanan dan menyita kamera yang mereka gunakan.
Ibu Moo yang bernomor tahanan 572 itu diperingatkan bahwa tidak ada satu
pengecualianpun untuknya walaupun ia memiliki anak.
Kamar tahanan yang dihuni mereka berempat
memang menyenangkan. Mereka saling akrab satu sama lain. Tapi semua berubah
saat ada seorang gadis muda yang baru ditahan karena kasus pembunuhan. Gadis
itu mendorong Moo yang menghampirinya dan berusaha memeluknya. Moo menangis dan
itu membuat ibu Moo marah. Mereka berdua berkelahi. Suasa kamar tahanan tak
semenyenangkan dulu lagi. Keduanya dipisahkan dan dihukum di ruangan yang
berbeda. Si gadis muda ini terus menerus melukai dirinya dan berusaha untuk
mati. Menurut sipir wanita yang bersahabat dengan para tahanan, gadis itu
dimasukkan ke penjara karena membunuh ayahnya dengan tidak sengaja saat ayah
kandungnya itu berusaha mencabulinya selama bertahun-tahun. Sejak itu, ia
menolak bertemu ibunya walaupun ibunya setiap hari selalu datang menemuinya.
Kisah kelam yang membuat mereka
mendekam di penjara satu persatu terungkap dengan apik dalam film ini. Ibu Moo
masuk penjara karena tidak sengaja mendorong suaminya yang terus menerus
menendang kandungannya dan berniat membunuh bayi Moo beserta ibunya. Suaminya
terjerembab ke atas meja kaca dan mati saat itu juga.
Lain lagi dengan si gendut teman
kamar tahanan Ibu Moo. Ia adalah atlet gulat professional. Ia berkencan dengan
managernya, hubungan mereka sangat baik hingga sang manager menggelapkan
uangnya. Ia mematahkan leher sang manager dan berakhir di rumah tahanan itu. Si
penyanyi malam yang juga teman ibu Moo tak kuketahui kenapa ia masuk ke penjara
itu.
Kisah wanita tua yang menjahitkan
baju untuk Moo juga tragis. Satu hari sebelum konser musiknya, temannya yang
mengajarkan piano dan rencananya akan dibelikan sepatu oleh wanita itu
berselingkuh dengan suaminya. Ia menemukan mereka mesra dengan suaminya di
rumahnya. Ia kalap. Wanita tua yang dulu masih muda itu menabrak suami dan
teman wanitanya hingga mereka tewas. Anaknya membencinya dan tak pernah mau
memanggilnya ibu.
Semua kisah tragis itu menjadikan
mereka pembunuh yang membuat mereka mendekam di penjara. Hari-hari di penjara
dihabiskan oleh ibu Moo bersama anaknya. Tak ada penghuni penjara yang tak tahu
ibu muda itu sangat menyayangi anaknya.
Suatu hari, para tahanan
disuguhkan penampilan paduan suara yang sangat indah. Semua orang terpaku
melihat para anggota paduan suara bernyanyi dengan penuh penghayatan. Ibu Moo
memikirkan suatu terobosan yang benar-benar controversial. Ia menghadap
pimpinan penjara dan mengutarakan maksud kedatangannya. Ia mengusulkan
pengadaan grup paduan suara di penjara tersebut. Menurutnya, dengan berlatih
paduan suara, energy mereka akan teralihkan dengan positif. Kepala sipir
menolak usul tersebut, namun pimpinan penjara sebaliknya. Ia menyetujui usulan
ibu Moo.
Ibu Moo berusaha membujuk semua
orang yang potensial untuk bergabung di grup paduan suara itu sebelum ia
membuat pengumuman resmi. Wanita tua yang tinggal sekamar dengannya diminta
menjadi pelatih grup tersebut. Kau pasti tahu jawabannya, teman. Tidak. Ia
menolak. Bayangkan, memegang piano saja sudah mengingatkannya pada masa lalu
yang kelam. Apalagi setiap hari memainkannya.
Ibu Moo tetap memaksa. Ia
mengatakan bahwa bila proyek ini berhasil, maka ia dan Moo bisa berkunjung ke
luar penjara dan merasakan dunia bebas selama satu atau dua hari.
Wanita itu tetap memutuskan untuk
tidak bergabung. Tapi keputusan itu berubah saat ia memainkan piano sendirian.
Wanita tua itu mengira tidak ada siapapun disana. Ia rindu pada anaknya.
Satu-satunya keluarga yang dimilikinya saat itu. Tak sengaja ibu Moo dan sipir
wanita mendengar dentingan piano yang dimaikan wanita tua itu. Mereka masuk
secara diam-diam dan duduk mendengarkan alunan piano. Setelah selesai, mereka
bertepuk tangan dan kembali mengajak wanita tua itu untuk bergabung dalam grup
paduan suaranya. Ia setuju.
Keesokan harinya, pengumuman
disebarkan. Ada banyak tahanan yang ingin ikut serta dalam paduan suara tersebut.
Mulailah wanita tua itu menyeleksi dan mengelompokkan mereka menurut suaranya.
Alto, sopran dan mezzo. Aku tak tahu jenis suara macam apa mezzo. Tapi menurut
kamus inggris yang tertanam di komputerku, artinya sedang. Mungkin ini adalah
jenis suara diantara sopran dan alto.
Di tengah latihan, ada salah
seorang tahanan menolak untuk ikut berlatih dan memaki wanita tua yang menjadi
konduktor karena selalu menyuruhnya melakukan banyak hal saat bernyanyi.
Pertikaian terjadi. Ibu Moo dipanggil dan diberikan tenggang waktu hingga 6
bulan kedepan. Bila tidak berhasil, grup paduan suara itu akan dibubarkan.
Ternyata semua rencana tentang
paduan suara tidak mudah. Harus ada salah satu penyanyi yang mempunyai suara
baik sehingga dapat diikuti oleh yang lain. Wanita tua itu mulai pesimis.
Apalagi ia memegang dua posisi, sebagai pemain piano dan sebagai konduktor.
Aih, sangat rumit sekali, nyonya.
Ibu Moo mengatakan bahwa sipir
wanita yang sering menemani mereka bisa bermain piano. Walaupun sebenarnya ia
tak menyelesaikan kursus pianonya sehingga tak dapat bermain dengan baik.
Intinya, latihan di minggu-minggu awal adalah latihan terkacau sepanjang
sejarah paduan suara itu. Wanita tua itu sangat membutuhkan suara sopran yang
baik saat bernyanyi. Kau tahu, ibu Moo menemukan sang pemilik suara emas itu.
Gadis muda yang sekamar dengannya.
Ibu Moo mendengar suara seseorang
bernyanyi dengan indah. Tapi menurutku suaranya seperti suara hantu, fufufu. Ia
menelusuri sumber suara. Ternyata yang sedang bernyanyi adalah gadis muda yang
selalu terlihat kesepian itu.
Ia mengabarkan wanita tua tentang
temuannya dan memintanya untuk menemui gadis muda tersebut. Wanita tua itu
menyanggupi dan berencana menemuinya di ruangan latihan paduan suara yang juga
berfungsi sebagai ruangan pertunjukkan bagi para tahanan. Gadis muda itu
menolak dan mengatakan hal yang menyakiti hati wanita tua tersebut. Wanita tua
itu menamparkan dan memastikan paduan suara akan tetap berjalan dengan atau
tanpa bergabungnya gadis muda tersebut.
Keesokan harinya, gadis muda itu
menyesali perbuatannya dan meminta maaf kepada wanita tua. Wanita tua itu
menerima permintaan maafnya kemudian mengajaknya bercerita sambil bermain
piano. Mereka berdua menangis bersama. Bayangkan, dua orang dengan cerita
menggenaskan saling berbagi. Yang satu tidak diterima putrinya karena malu
mempunyai ibu seorang pembunuh, yang satu lagi tidak mau menemui ibunya karena
benci ibunya diam saja melihatnya dicabuli ayah kandungnya sendiri. Keduanya merasakan
kepahitan yang sama walau kadarnya tak ada yang tahu perbandingannya.
Gadis muda itu menyanyi di depan
seluruh anggota paduan suara. Saat ia menyanyi, seluruh anggota paduan suara
terpukau olehnya. Singkat cerita, latihan paduan suara menjadi lebih mudah saat
kedatangannya. Gadis muda itu mulai bersosialisasi dengan yang lainnya. Ia juga
mengajarkan ibu Moo untuk bernyanyi dengan baik agar anaknya tak menangis saat
ia menyanyi. Semua orang belajar dengan giat. Wanita tua belajar mengendalikan
grup paduan suaranya dengan berbagai lagu dan notasi yang ia rangkai. Sipir
wanita belajar kembali memainkan piano hingga bisa membantu grup paduan suara
tersebut. Ibu Moo belajar bernyanyi dan seluruh anggota paduan suara belajar
bernyanyi dalam kelompok. Semua itu membuat bernyanyi lebih menyenangkan dan
membuat hari-hari mereka menjadi ceria.
Enam bulan berlalu. Saatnya
pertunjukkan. Penampilan mereka luar biasa memukau. Energik dan bersemangat.
Membuat semua orang yang hadir disana ikut menari dan bahagia. Pimpinan penjara
mendapatkan pujian dari pimpinannya. Kepala sipir yang awalnya sinis kepada
mereka mulai melunak. Para tahanan sangat menanti pertunjukkan selanjutnya dan
seluruh kru paduan suara bahagia tiada dua. Usaha mereka berhasil dan mereka
melakukannya dengan baik sekali.
Hadiah untuk ibu Moo sudah pasti
menjadi haknya. Tapi hari itu menjadi hari yang paling menyedihkan baginya. Ia
harus berpisah dengan anaknya karena memang sudah ketentuan hukum yang berlaku
demikian. Moo harus pergi dari penjara dan diasuh oleh orang tua angkat,
kecuali ibunya mau menyerahkannya ke saudaranya. Tapi itu tidak dilakukan ibu
Moo. Ia memutuskan untuk memberikan Moo kepada orang lain. Menurutnya, lebih
baik Moo tak pernah ingat ibunya ada di penjara.
Semua orang menangis mengetahui
kabar ini. Ibu Moo adalah orang yang paling menderita saat itu. Tapi yang ia
ambil adalah keputusan yang menurutnya benar. Ia seperti orang yang depresi
selama beberapa hari. Wanita tua konduktor paduan suara menasehatinya dan
memintanya kembali beraktivitas seperti dulu. Ibu Moo menangis sejadi-jadinya.
Tapi hari-hari berikutnya bergulir seperti biasanya.
Hingga suatu hari ada undangan
tampil di malam natal pada kompetisi paduan suara wanita di Seoul. Ada kisah
sangat mengharukan disana. Air mataku tak ada habis-habisnya keluar tak bisa
terbendung lagi. Ending cerita ini membuatku tak mengerti banyak hal yang ada
di negeri Gingseng itu. Ah, lebih baik kau tonton saja sendiri film ini.
Terlalu banyak detail cerita yang sangat menarik yang tak bisa kuceritakan
semuanya disini karena terlalu panjang dan membuat orang malas membacanya. Yang
jelas, setelah menontonnya aku langsung menghampiri ibuku, menyelimutinya dan
mencium tangannya. Aku tak mau kehilangannya, Tuhan.
Film ini sangat baik bila
ditonton seluruh keluarga tapi tetap harus ada pengawasan dari orang tua karena
ada beberapa adegan yang tak baik ditonton anak-anak. Seperti biasa, ada
beberapa hal yang kubingungkan saat menontonnya :
- Sebenarnya berapa lama masa tahanan yang dijatuhkan kepada para pembunuh “tidak sengaja” di Korea Selatan? Apakah tidak ada pemotongan masa tahanan walaupun tahanan tersebut berbuat baik selama mereka menghabiskan waktu di penjara? Apakah tidak ada apresiasi khusus untuk mereka yang berjasa mengharumkan nama LP?
- Bagaimana mungkin moratorium hukuman mati dicabut tanpa menimbulkan resistensi masyarakat terutama mereka yang sudah lama ditahan jauh sebelum moratorium itu dicabut?
- Lucu, Moo lahir bersih tanpa darah. Ini mustahil. Hehehe.
- Penjara di Korsel enak ya, ada televisi, kamar tahanannya pun enak, seperti kamar kos. Kok bisa ya? Ah ya mungkin kebijakannya yang berbeda.
Terlepas dari seluruh pertanyaan
bodohku, lagi-lagi film ini sangat bagus. Aku suka :)
0 comments:
Post a Comment