Untukmu, orang-orang hebat yang tak pernah terlihat payah
dan jera
Aku sebenarnya cukup heran dengan gunungan semangat yang kau
punya. Ah, kalian maksudku. Aku pernah menjadi bagian dari kalian, tapi kalah
oleh jarak dan berbagai pengorbanan yang membuatku berada dalam kondisi cukup
sulit. Itu sebenarnya tak boleh dibiasakan menjadi alasan, tapi itu benar
kenyataan. Sudah, cukup. Aku tak mau membahas tentang diriku disini. Aku
membahas tentang kalian, orang-orang hebat tiada dua.
Hebat itu menurutku saat
seseorang atau sekelompok orang berusaha mengabdikan diri kepada negeri.
Mengabdi dengan melakukan tindakan berbagi seperti mengajar, bakti sosial,
membuat program yang mendukung pengembangan potensi masyarakat, termasuk
anak-anak dan remaja. Hebat menurutku bukan saat orang-orang lantang berbicara
dan menghujat orang-orang yang pantas dihujat. Tidak. Itu tidak hebat. Apapun
alasannya. Apapun teknik netralisasi yang dilakukannya. Aku tak pernah bisa
menerima kata hebat disandangkan untuk mereka yang hanya bisa berteriak tanpa
mengajukan solusi dan melakukan tindakan yang mendukung orang lain untuk tegak
bertahan menghadapi hari. Hebat hanya untuk mereka yang bekerja dengan sepenuh
hati.
Aku dimana? Aku belum menjadi
orang hebat. Aku masih suka menghujat. Aku masih minim bertindak. Aku masih
belajar untuk menjadi hebat. Dan semoga begitu juga dengan kau.
Itu menurutku. Entah menurutmu.
Mereka yang hebat tak jarang
dianggap jahat, sedangkan mereka yang jahat seringkali dianggap hebat. Ah,
hebat .. jahat..
Hebat dan jahat itu unik. Mereka
dihubungkan dengan satu kata : KUAT. Tak ada orang hebat yang tak kuat. Tak ada
orang jahat yang tak kuat. Masing-masing kuat di sisi yang saling bertolak
belakang. Yang tak jarang tertukar, oleh kepala-kepala yang otaknya sudah
terlipat.
Mereka yang hebat selalu kuat
walau dianggap jahat. Aku tak tahu bagaimana perihnya titik nadir para orang
hebat ini. Aku selalu menemukan mereka berada pada titik kulminasi kehebatan
yang tak bisa sulit diejawantahkan dengan kata-kata. Walau tak ada pujian yang
terlayangkan untuk mereka. Jikapun ada, mereka tak akan melayang karenanya.
Walau selalu cacian yang mereka terima. Ah, hati mereka terlalu lapang untuk
mengerti bahwa mulut busuk orang-orang itu tak pantas dilayani.
Aku dimana? Hanya bisa menjadi
observer dan sedikit-sedikit mengikuti mereka. Aku heran juga pada diriku
sendiri, mengapa resiko menaklukkan diri begitu sulit kulakukan! Aku ingin
menjadi hebat! Aku ingin menjadi kuat untuk sebuah kehebatan dalam persepsiku
sendiri. Aku ingin mencetak satu dari jutaan jejak kaki kebaikan yang
orang-orang hebat tapakkan.
Apakah aku masih termasuk
orang-orang jahat? Orang-orang dengan kata-kata yang menyayat. Orang-orang
dengan merasa mereka lebih kuat, sehingga mereka pantas menyadarkan siapapun
yang sedang kalap. Tentunya dengan cara-cara yang membuat orang lain semakin
kalap.
Atau orang-orang jahat bermuka
malaikat berhati serigala? Orang-orang yang bersembunyi dibalik kehalusan tutur
bahasa, ketampanan rupa, kerapian bahasa. Namun raganya ditinggali oleh setan
tua yang berharap menjadi raja tiada dua di dunia. Jahat, si Jahat yang kuat.
Kuat dalam kejahatan yang membuatnya semakin jahat.
Tulisan ini tidak kurancang untuk
diberi kesimpulan. Tapi akan kututup dengan kata-kata yang sedari kuulang. Aku
ingin menjadi hebat dan kuat. Kuat mewujudkan kehebatan yang dalam persepsiku
berwujud kebaikan. Itu saja.
0 comments:
Post a Comment