Saturday, October 18, 2014

Bukan Penghuni Kebun Binatang

Ini bukan sebuah hikayat tentang seekor gajah. Ini hanya celoteh seorang burung yang sedang belajar di sebuah tempat bernama kebun binatang. Disini semua hewan ada tingkatannya. Senior, semi-senior dan junior. Burung itu masih berada di kelompok junior. Kelompok yang butuh tak butuh pada kelompok semi senior maupun kelompok senior. 

Ia tak berharap banyak dari kebun binatang dan makhluk-makhluk di dalamnya. Ia hanya berpikir dan meyakini bahwa kebun binatang itu bisa menjadi tempat yang asyik untuk belajar. Ia bisa belajar cara terbang terefektif yang pernah ada pada kelompok yang lebih tua. Ia bisa belajar cara menyesuaikan diri dengan kelompok tertentu dalam waktu dan keadaan tertentu. Ia meyakini, kebun binatang itu hanya sebuah inkubator yang membantunya dengan banyak masukan berguna. 

Jika kakinya mulai sedikit kuat, sayapnya sudah bisa terbentang sedikit gagah, burung kecil itu akan mencari celah keluar dari kebun binatang yang membuatnya belajar banyak hal. Ia masih punya mimpi tentang terbang melintasi banyak daerah yang belum pernah dijamahnya. Ia masih punya keinginan untuk menghiasi horizon dengan kepak sayap indahnya. Ia masih punya waktu untuk terlepas dari kutukan bertahan terlalu lama di dalam kebun binatang yang isinya itu-itu saja. Karena burung itu dilahirkan untuk menghuni dunia dan seisinya, bukan penghuni kebun binatang.


Bandung, 18 Oktober 2014
Read More

Sakit

Sejak Juli 2014, telingaku sakit dibuat kata-kata yang bertebaran di internet. Ah ya, sebagai seorang manusia yang mempunyai hobi berselancar di dunia internet, gendang telingaku seperti pecah tak berupa. Kata-kata makian, sindiran bahkan kutukan keluar dari jari-jari mereka yang menggantikan mulut untuk bicara. 

Si A menuduh si B melakukan hal tak terpuji, padahal ia lupa tuduhannya pun jauh dari kata terpuji. Banyak manusia merasa tergerak untuk membela jagoannya. Gambar dengan percakapan hayalan bertebaran. Kadang membuatku tertawa geli, kadang membuatku buru-buru menutup jendela browser. 

Hai kamu, apa yang kau rasakan bila keluargamu di-cap dan dilabeli manusia jahat? Marahkah?

Dulu aku sering mendengar bahwa wanita terkadang senang melupakan jasa-jasa orang yang telah membantu mereka bila keinginannya tidak terpenuhi. Sekarang tingkah itu sudah tidak berlaku lagi. Makhluk berjakunpun tak sungkan-sungkan melakukan hal yang sama. 

Telingaku sakit, hatiku sakit. Manusia di negeri yang katanya ramah ini bertingkah seperti orang-orang sakit. 


Bandung, 18 Oktober 2014
Read More

Bulan, Apa Kabar?

Seperti biasa, malam itu Alfa, adikku, menjemputku di depan sebuah minimarket. Jarak rumahku dengan jalan raya memang cukup jauh. Maka fungsi Alfa sebagai adik laki-laki secara otomatis bertambah. Menjemput kakaknya hingga sampai ke rumah dengan selamat sentosa. 

Malam itu tak biasanya kami berbincang tentang bulan. Ia menceritakan tentang gerhana bulan yang baru-baru ini terjadi. Ia terheran-heran dengan bulan yang selalu ada. 

"Bulan itu selalu ada ya, teh. Tidak ada masa terbit dan tenggelamnya," katanya. 

Benar, bulan sepertinya memang makhluk Tuhan yang diciptakan untuk setia. Padahal ia hanya bisa terlihat karena pantulan sinar sang mentari yang dengan asyiknya terbit dan tenggelam. Ia terkadang tetap muncul di kala siang menjelang. Walaupun ia tahu bahwa hadirnya akan tertutupi oleh terangnya sinar matahari. 

Saat malam, bulan menemani manusia dengan bintang-bintang yang hanya berbentuk seperti titik cahaya. Bulan menjadi primadona kala wujudnya bulat sempurna atau sabit yang cantik tiada dua. Bulan benda langit yang wujudnya penuh cela namun tetap bersinar putih bersih bak tak bernoda. 

Aku pernah melihat bulan di siang hari. Bentuknya memang samar seperti awan putih berbentuk bulat. Kupandangi bulan itu lalu bertanya, 

"Bulan, apa kabar?"

Bandung, (lagi-lagi) 18 Oktober 2014
Read More

Suka Bule, ya?

Siang itu saya dan keluarga masih sibuk membereskan barang-barang yang kami bawa dari rumah. Kami akan meninggalkan wanita tua yang kusebut Mbah lagi di rumahnya. Mudik singkat kami sebenarnya dimulai di Sabtu siang. Menulusuri jalanan Bandung-Pemalang. Demi menemui wanita kesayangan. Mbah. 

***

Perjalanan kami nyatanya tak selalu lancar. Karena terlalu lelah, kendaraan kami lupa berbelok ke jalan tol Pak Ical Bakrie yang biasanya membantu mempercepat perjalanan pulang ke rumah Mbah. Akhirnya, kami terpaksa harus menikmati macetnya Brebes dan Tegal. 

Nyawaku belum terkumpul sempurna saat melihat anak-anak remaja mejeng (dan merasa) keren di pinggir jalan sepanjang jalur pantura. 

"Kemana orang tuanya?" pikirku. 

Tak mau berpikiran macam-macam, aku memilih untuk kembali tidur di perjalanan. 

Kami datang sekitar jam 10 malam. Perjalanan panjang yang melelahkan. Mbah menyambut kami sumringah. Walaupun kami tahu kami telah mengganggu tidur nyenyaknya. 

Waktu berlalu cepat, kunjungan kami berakhir singkat. Keesokan harinya kami harus pulang ke Bandung. Semua orang bersiap. Suara ayah dan ibu yang meminta kami bergerak lebih cepat beradu dengan suara mbah yang mengajak kami untuk makan pagi. Suara om, bulik dan Andin pun menghiasi pagi itu. 

Seperti selalu, persiapan pulang sudah selesai sejak jam 10 pagi, tapi para manusia yang akan pulang masih tertambat hatinya ditempat itu. Kami bergerak dengan santai. Sebelum akhirnya berubah menjadi gerakan serba cepat saat suara ibu memenuhi seluruh ruangan di rumah tua itu. 

Aku sedang merapikan kerudungku. Tiba-tiba Mbah bertanya sambil membuka toples makanan yang ada di ruang tengah.

"Ka, kamu sukanya sama yang bule-bule, ya?"

Istilah bule biasa dipakai untuk orang-orang kulit putih. 

Aku terhenyak. Angin apa yang membuat Mbah bertanya seperti itu?

Aku hanya tersenyum garing dan menatap wajah keluargaku yang sebisa mungkin menahan tawa mereka. 

Ah, Mbah. Cucumu ini tak muluk-muluk suka dengan orang asing nun jauh disana. Ia hanya ingin menyukai orang yang benar-benar ada di alam nyata, bukan nyata adanya di alam mimpi.



Bandung, 18 Oktober 2014 (lagi)
Read More

Pasar Malam dan Festival

Kotaku sedang gemar menghidupkan malamnya. Pasar malam dan festival digelar dengan berbagai nama. Lebih dari tiga kali diadakan dalam satu tahun. Sepertinya banyak hal yang dirasa perlu untuk diperingati. Kotaku hidup di malam hari. Energi negatif yang menyeruak di kala matahari tenggelam, perlahan berganti dengan suka cita warga bak menyambut acara resepsi. 

Pasar malam dan festival, acara singkat yang memberikan kebahagian sesaat. Menyegarkan kembali otak manusia yang terisi penat. Menjadi kesenangan yang sepertinya tertahan sekat. 

Sepertinya aku akan menyenangi suasana hingar bingar malam semacam itu. Jadi, saat kau bertanya tempat seperti apa yang sangat ingin kukunjungi, pasar malam dan festival adalah jawabannya



Bandung, 18 Oktober 2014
Read More

Monday, September 29, 2014

#20 Facts About Me

Akhir-akhir ini, hastag #20factsaboutme sepertinya menunjukkan kekinian manusia yang menggunakannya. Karena saya adalah salah satu orang yang tergila-gila dengan aktulitas dan kekinian, sepertinya sayang bila tidak mengikuti tingkah aneh manusia aneh di dunia yang super duper aneh ini. So, here are 20 facts about me!

  1. Anak pertama dari 6 bersaudara. Saya punya adik paling besar kelahiran 1992 dan paling kecil kelahiran 2004. Pikirin aja sendiri berapa jarak rata-rata kelahiran setiap anaknya. Tengilnya mereka gak ada dua. Tapi selalu bikin bangga. Sebagai anak pertama, saya dengan senang hati mengatur mereka semua. Hahaha. So, sikap nge-bossy saya ya tuntutan posisi jadi anak pertama *ngeles
  2. Suka nulis, curhat dan merangkai kata di berbagai platform social media sampai-sampai dianggap selalu galau setiap saat. 
  3. Jatuh cinta dengan diksi berbeda dari rangkaian kata di cerita, prosa, hingga lirik lagu. 
  4. Pelupa. Sepertinya saya terkena pause playing syndrome alias dulu waktu kecil sering di stop tiba-tiba saat bermain oleh orang sekitar dan berdampak kepada mudah lupanya seseorang. Sebutan ini saya dengar dari teman, jadi saya tidak terlalu yakin benar atau salahnya. 
  5. Jomblo selama 24 tahun. Gara-garanya sih karena takut patah hati #eaaaa
  6. Suka berorganisasi dan bekerja. Entah kenapa saya senang merasa sibuk dan ditemani tumpukan tugas dengan deadline yang ketat. Kondisi ini sering saya dapat saat berorganisasi dan bekerja.  
  7. Pemarah. Yup, saya mudah marah. Jadi jangan dekat-dekat saya ya. Kalau marah bentak orang lain tapi sesudah bentak pasti ngerasa bersalah dan malu. Awalnya kemarahan kan kegilaan dan akhirnya adalah penyesalan. Huuffftt
  8. Panikan. Awalnya saya kira saya mengidap general anxiety disorder, tapi dipikir-pikir lagi kayaknya gak gitu-gitu amat. 
  9. Seringnya percaya hal yang mudah awalnya itu pasti susah kemudian. Ini base on true story. Saya berkali-kali dibuat curiga dengan hal-hal yang terlalu mudah. Semua berakhir kacau balau karena terlena dengan kemudahan yang ada di awal. So, kalau ada apapun yang terlalu mudah, saya sudah hati-hati dan mencoba memprediksi apa yang akan menjadi kesalahan kemudian. Kecuali emm.. mudah jatuh cinta. #eaaa
  10. Nyablak. Mungkin karena berawal dari kurangnya (atau malah kelebihan ya?) terpenuhi kebutuhan di fase oral, maka saya cenderung cerewet dan nyablak. Menurut beberapa orang terkesan jutek dan tajam. Padahal kadang niatnya gak selalu sama seperti yang orang lain pikirkan. Yaa walaupun kadang-kadang iya juga. Haha
  11. Gak pernah ngerasa cantik. Sedih banget ya kedengerannya, tapi bener loh. Geli aja kalau ada yang bilang cantik walaupun ada bahagianya juga. *akujugawanita #tsaaah Karena keterbatasan pesona yang bisa ditebar di bagian muka, jadi berusaha menutupinya dengan pesona isi kepala. Walaupun seringnya gagal tebar pesona juga karena isi kepalanya kosong. Wkwkwk
  12. Kritikus. Suka keripik dan takut tikus. Haha. Saya juga tidak tahu apa yang membuat mulut saya gampang sekali ngomentarin orang lain. Tapi setelah kritik ini itu seringnya sadar lalu beristigfar dan kemudian nepuk-nepuk bibir sambil bilang "mulut gue, mulut gue" ala Nikita Mirzani. 
  13. Pemimpi. Hampir semua orang tahu mimpi saya. Ingin kuliah di luar negeri. Banyak yang tersengat semangat bermimpi yang sama. Tapi banyak juga yang hanya tersenyum dan tidak sabar untuk melihat saya mencapai mimpi saking tidak percayanya. 
  14. Setiap karaokean pasti paling kacau. Saya hanya senang mendengarkan lagu dan tidak bisa menyanyi. Ngaji pake tilawah saja dikira nge-rap sama ustadznya. Zzzzz
  15. Suka ngomong sendiri. Dimanapun. Iya bener. Sampai pernah ngerasa kayak orang gila karena keceplosan ngomong sendiri di angkot dan menjadi pusat perhatian seisi angkot. Haha
  16. Kalau suka sama orang lain selalu muncul defense mechanism dalam wujud reaksi formasi. Sikap ke orang yang disukai malah lebih terlihat seperti jijik. Saya juga bingung gimana bisa menikah kalau begini caranya. Da aku mah apa atuh. Keresek hideung anu ngapung katiup angin di jalan. Fufufufu
  17. Pengen jadi peneliti. No explanation for this. 
  18. Suka tulisan-tulisan yang maknanya dalam
  19. Sering bertengkar sama ayah sama ibu tapi sayang sama pake banget sama mereka berdua. Paling suka kalau udah meluk ibu. Ibu saya kecil bingit. Tapi tangguhnya ngalahin Hercules. Paling seneng dianterin ayah kemana-mana. Kalau udah dianterin ayah itu kayaknya ke ujung dunia itu aman sentosa. 
  20. Ingin keliling dunia dan punya banyak energi untuk mengaktualisasikan diri. Sayangnya, saya bukan risk taker yang baik. Jadi masih perlu dibantu mengambil risiko sama kamu. Iya kamu. #eaaaaa

Sepertinya 20 saja tidak cukup. Tapi karena kekiniannya hanya 20 dan saya juga malas bongkar-bongkar diri saya sendiri, 20 cukuplah yaaa. 

Postingan ini memang tidak berguna. Jadi, maaf kalau membuatmu menghabiskan waktu percuma. 
See ya

Read More

Sunday, September 21, 2014

Saat Kita Menua

Masa itu akan benar-benar menjadi nyata. Masa dimana kita berjalan terpogoh-pogoh lalu dengan mudahnya merasa lelah. Masa dimana kita tak kuat menaiki banyak tangga. Masa dimana kita semakin menua. Masa dimana kau dan aku merenungi banyak hal yang telah kita lalui bersama. Senang, sedih, bahagia, kecewa, serba serbi rasa yang membuat dunia menjadi berbeda. 

Masa itu akan benar-benar menjadi nyata. Disaat mata kita sudah mulai melemah fungsinya. Saat gerak tubuh kita tak gesit seperti sebelumnya. Saat rambut hitam kita sudah tak bisa lagi dihitung jumlahnya karena sudah memutih semua. Saat dimana kita semakin menua. 

Aku ingin melalui masa itu. Masa dimana kita menjalani banyak hal bersama. Masa dimana kita menua bersama sampai salah satu dari kita lebih dulu menemui pencipta-Nya. 

Pertanyaan, sekarang kau masih dimana dan kapan kita bertemu agar bisa tumbuh hingga menua bersama?



Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)