Tadi siang, ditengah angin sepoi-sepoi yang melambai-lambai nyiur di pantai, eh maksudnya di mushola kampus tumpangan yang indah memesona, gue chit-chat dengan dua orang teman yang kebetulan ada jadwal kuliah yang sama jam 4 sore yang notabene masih 2 jam lagi.
Gak ada yang spesial sih dari chit-chat kita siang itu. Tapi gara-gara secuil kalimat yang gue abadikan di twitter saat perjalanan menuju kampus tadi pagi, kita kompak senyum-senyum dan mengangguk-ngangguk lalu bernyanyi trilili..lili..lili..lili...
Kalimatnya singkat --> Cinta itu kayak angkot :)
Sebenarnya bukan angkotnya sih, tapi lebih tepatnya supir angkot dan penumpang angkot. Bingung ya? orait, gue jelaskan.
Gini, Cinta itu kayak supir angkot. Ada yang ngetem lamaaaaaaaa sekali, ngumpulin penumpang sampai penuh tak bersisa ruangan sedikitpun, kemudian baru menuju tempat tujuan. Padahal tak jarang penumpang yang sampai akhir perjalanan hanya satu orang saja. Seperti halnya cinta. Banyak orang lama berhenti di satu masa, sibuk memenuhi hati dengan banyak "stok" untuk dipilih kemudian hari, padahal hanya satu orang saja yang pastinya nanti akan berakhir menemaninya di pelaminan dan seumur hidupnya :)
Sebaliknya, ada saja supir angkot yang tetap narik tanpa ngetem sedikitpun. Ada atau tidak penumpang, dia tetap maju terus pantang mundur. Mungkin ini bisa jadi analogi orang-orang yang masa bodoh ada orang yang suka sama dia atau tidak. Yang jelas, ia harus terus maju dengan atau tanpa orang tersayang yang memenuhi kebutuhan disayang dan dicintainya.
Ada lagi tipe supir angkot yang berupa perpaduan antara kedua tipe sebelumnya. Jalan terus dan sering ngetem. Entah bagaimana pendiriannya, terlalu rumit dipahami. Dan jangan tanya gue tentang tipe supir aneh bin ajaib seperti ini :P
Cinta itu kayak penumpang angkot. Ada yang suka naik angkot yang ngetem dan ada yang sengaja jalan dulu untuk naik angkot yang tidak ngetem. Bahkan, ada penumpang yang inginnya naik angkot yang satu, malah keburu ditinggal pergi dan dengan berat hati menumpang angkot yang lain dengan jurusan yang sama. Untuk tipe penumpang angkot, ya..tak jauh beda lah ya sama supirnya. Terjemahkan saja sendiri, gak akan masuk penjara kok :)
Pecinta itu terkadang seperti supir angkot. Kalau ongkos yang diberikan kurang, selalu menagih dan bila kelebihan diam saja kemudian ngeloyor pergi. Sama seperti pecinta. Jika cinta yang ia dapatkan rasanya kurang, pasti mengomel tak tentu arah, siap memarahi pasangan dengan kalimat sakti "Kamu gak pernah ngerti aku". Tapi kalau cinta yang didapat berlebihan, mereka diam dan tak jarang pergi meninggalkan.
Ah, cinta. Lucu-lucu gak lucu. Unik-unik gak asik. Apapun itu, rasanya terlalu mengundang senyuman nyinyir bila disamakan dengan supir angkot, penumpang dan bahkan angkotnya sendiri. Biarlah cinta tetap menjadi cinta. Intervensinya cukup karena Tuhan saja. Bukan karena ingin terlihat laku lalu mengumpulkan stok sebanyak-banyaknya. Bukan karena ingin terlihat memesona, lalu mati-matian mengejar cinta yang kita harapkan ada (walaupun ternyata antara ada dan tiada). Cukup karena Tuhan dan untuk menyempurnakan ibadah pada Tuhan. Semoga cinta dan cita kita hanya karena-Nya. Amin.
1 comments:
nambah lagi tentang cinta..
cinta itu kayak angkot.. :D
Post a Comment