Untuk apa ada pertemuan jika akhirnya ada perpisahan?
Ah, pertanyaan yang aneh. Perpisahan ada karena ada pertemuan. Jika tidak ada pertemuan, apa yang perlu dipisahkan. Ya ya ya, yang mana yang lebih dahulu itu memang tak penting. Bak perselisihan pendapat ayam atau telur yang terlebih dulu ada di dunia.
Hari ini. Tepat jam 9 pagi hari ini (21 Juli 2011) ada lagi perpisahan yang harus kulewati. Perpisahan dengan beberapa orang teman, warga dan anak-anak lucu nan imut yang sebelumnya diawali pertemuan 43 hari yang lalu. KKN tematik berakhir. Kontrak terjun ke lapangan untuk mengajar baca tulis Al-qur'an pun berakhir.
Jujur saja, tak terlalu banyak pelajaran yang bisa kuterima selama 43 hari disana. Hanya saja, ada yang aneh dari perpisahan pagi tadi.
Tak ada setetespun air mata yang keluar dari singahsananya. Aku tak menangis sedikit pun. Rekor besar.
Entah karena memang tak terlalu dekat, atau karena kedatangan ayahku sebagai penjemput yang terlalu cepat. Ah, entahlah. Yang jelas, perpisahan pagi itu sangat-sangat garing. Rasanya enggan menceritakan detail potongan kejadian pagi tadi.
Yang harus kusadari sekarang, tak ada lagi teman-teman yang menemani selama lebih dari sebulan itu. Tak ada lagi adik-adik ganteng nan oke semacam Opan dan Fikri. Tak ada lagi nasihat dari abah yang sangat bijak dan emak yang imut tiada dua. Tak ada lagi "ungkapan takjub" karena ketidakmampuanku di dapur dari ibu Isur dan bu RW. Tak ada lagi teriakan-teriakan anak kecil yang bisa kudengar setiap saat di basecamp kelompok kami. Tak ada lagi makan bersama di nampan super besar berwarna hijau. Tak ada lagi siram-siraman air big cola dan canda tawa bersama. Tak ada lagi kebersamaan 12 orang yang lebih sering tak bersama. Tak ada lagi mereka. Tak ada lagi anggota kelompok 5.
Walau tak banyak pelajaran berarti disana, puji syukur selalu kehadirat-Mu yang telah memberiku kesempatan menemukan orang-orang aneh yang terkumpul dalam satu kelompok KKN tematik.
Ada Wawan alias Ball-bul yang ahli membuat ungkapan-ungkapan tak masuk akal. Ada Laz yang hobi meng-update faceding sebagai pelampiasan keterbatasan kami mengakses facebook di dunia maya sana. Ada Nunun yang sangat "bangga" dengan hidung peseknya. Ada Bulbul yang merasa dirinya artis cantik sejagad raya. Ada Enjang yang tak merasa bosan meliput dirinya sendiri dalam berbagai video yang diakuinya sebagai film dokumenter. Ada mas Anang yang selalu meyakinkan kepada banyak orang bahwa ia adalah calon anggota MPR yang penuh konsep brilian. Ada Tika yang sibuk dengan untaian kata dalam bait-bait puisi yang sempat membuatku takjub pada pilihan diksi yang ia pakai. Ada Mang Atep dengan bubur haji Sulamnya yang melegenda. Ada abang Oki yang rasanya tak bisa dipisahkan dengan laptop ataupun cat dan triplek. Ada Vivi yang tak pernah jemu bertahan pada satu stasiun tv swasta untuk melihat aksi spongesbob yang menurutku membosankan. Ada Jenal yang tak pernah berhenti mengelu-elukan kata-kata cinta karena kasmaran yang melandanya.
Ah, hanya 12 orang, namun begitu banyak perbedaan diantara kami. Aku tak pernah bisa membayangkan bagaimana akhirnya bila kami tak berpisah hingga beberapa tahun kedepan. Apakah akan tetap bisa menerima kekurangan dan kelebihan? ataukah sebaliknya?
Tuhan selalu tahu waktu terbaik makhluknya bertemu dan berpisah.
Bagaimanapun hubungan kami kedepannya, aku yakin inilah yang terbaik. Toh, berpisah dan bersama tak begitu berbeda. Semuanya hampir sama. Sama-sama akan berujung pada lawan katanya.
0 comments:
Post a Comment