Salam. Hai anak Indonesia.
Bagaimana kabar kalian disana? Kakak harap selalu sehat dan semangat untuk
menimba ilmu.
Adikku..
Andai kalian tahu betapa bertemu
kalian adalah anugerah dari Tuhan yang tiada dua. Andai kalian tahu betapa
setiap senyum dan langkah kalian adalah berkah yang membuat semangat kami
berkobar. Andai kalian tahu, membayangkan bisa mengajak kalian belajar adalah
godaan terindah sepanjang masa.
Betapa banyak keuntungan dan
karunia Tuhan yang kalian terima hari ini. Kalian masih bisa melihat hamparan
sawah, laut, gunung dan danau diberbagai penjuru Indonesia. Kalian masih bisa
merasakan hebatnya pengalaman belajar dengan guru-guru terpilih. Kalian masih
bisa merasakan betapa indahnya menuntut ilmu.
Kakak punya sedikit cerita
tentang teman kalian yang pernah kakak temui di Bandung. Sebut saja namanya Rina.
Rina adalah anak jalanan yang bertempat tinggal dibawah kolong jembatan dekat
mall besar di Bandung. Sore itu, kakak bertemu dengannya di atas jembatan
sedang duduk lemas. Kakak bertanya padanya, “Apa yang sedang kau lakukan?” Ia
meringis dan berkata, “Sedang menahan lapar, kak.”
Kebetulan kakak membawa sepotong
roti yang masih tersisa di tas. Ia menerima roti itu dengan tatapan berbinar.
Seperti belum makan 3-5 hari lamanya. Setelah itu ia mulai bercerita tentang
cita-citanya. Bercerita tentang impiannya. Bercerita tentang sebab musabab ia
bisa tinggal dikolong jembatan.
sumber : http://h41-zone.blogspot.com/2010_09_01_archive.html |
Dulu, Rina sempat bersekolah
hingga kelas 3 SD. Ia dan ibunya diusir dari kontrakan kumuh dekat jembatan
yang ia tempati sekarang karena tak bisa membayar uang sewa kontrakan
berbulan-bulan lamanya. Sejak saat itu, Rina dan ibunya tinggal dibawah kolong
jembatan. Rina putus sekolah. Mengubur cita-citanya menjadi guru dan
berkeliling Indonesia. Pagi hingga malam hari Rina berkeliling Bandung untuk
mengamen. Tak jarang dipukuli oleh pengamen lain dan dipalak oleh para preman.
“Andai bisa kerja yang lain, Kak.
Gak enak ngamen gini, badan kena tonjokan terus. Belum lagi uang penghasilan
yang sedikit. Saya senang belajar, Kak. Setiap ada mahasiswa yang ngajak
belajar bersama, saya selalu ikut. Pokoknya, saya ingin jadi guru.”
Adikku...
Yuk, belajar lebih giat. Ilmu
seperti lautan luas yang harus kita selami dengan benar. Tanpa ilmu, kita hanya
makhluk yang tak jauh berbeda dengan binatang. Tanpa ilmu, kita mudah dibohongi
orang. Tanpa ilmu, kita sulit menolong diri kita dan orang lain. Tanpa ilmu,
kita selalu jadi yang terbelakang. Dulu, para pendiri negara ini
adalah orang-orang yang berilmu. Orang yang tak berilmu hanya menjadi
kacung-kacung tak berdaya para penjajah.
Adikku...
Yuk, berusaha lebih keras lagi.
Orang-orang seperti kita hanya punya mimpi yang harus diwujudkan. Indonesia
takkan merdeka tanpa perjuangan dan usaha ekstra para pejuang. Kitapun
demikian, akan menjadi orang yang biasa-biasa saja bila tanpa usaha lebih dari
orang kebanyakan.
Adikku...
Yuk, berdoa lebih khusyuk. Tuhan
selalu bersama hamba-Nya yang taat dan berserah diri pada-Nya. Usaha tanpa doa
itu sombong. Sedangkan doa tanpa usaha itu bohong. Tuhan selalu suka diminta
banyak hal oleh hamba-Nya yang mau berusaha.
Adikku...
Mari berkeliling dunia. Mari
tegakkan cita-cita. Mari kibarkan kembali bendera Indonesia. Mari maju bersama
untuk kebangkitan bangsa. Hanya ditangan kalian bangsa ini bisa maju. Jadi,
jangan ketinggalan untuk ambil kesempatan menjadikan impian itu nyata.
Surat kakak rasanya sudah terlalu
panjang. Salam hangat untuk keluarga kalian di rumah. Semoga suatu saat kita
bisa bertemu dalam kondisi yang berbeda. Disaat kalian sudah menjadi ilmuwan,
guru, bahkan mungkin presiden. Terus bercita-cita dan bermimpi setinggi yang
kau bisa. Jangan pernah menyerah pada keadaan. Kakakmu disini selalu mendoakan
yang terbaik bagi kalian semua. Sukses untuk kita semua. Terus berjuang, anak
Indonesia! Ayo kita kembalikan kejayaan tanah air kita! Ayo jadi tuan di negeri
sendiri! Ayo buka gembok potensi yang kalian punya! Ayo berkarya!
Salam hangat dari
kakakmu di Bandung
0 comments:
Post a Comment