Dunia tak pernah diam. Bumi dan alam semesta bergerak sesuai dengan
aturannya. Semua bergerak. Hingga daratan bisa menjadi lautan ataupun
sebaliknya. Gunung himalaya yang tadinya hamparan samudera berdiri kokoh
hingga kini. Tak bisa dinafikan kemungkinan bahwa rumah kita dulunya
adalah lautan, pegunungan atau bahkan aliran sungai, danau dan hutan.
Gambaran itu kudapat dalam sebuah acara televisi di salah satu televisi
swasta di indonesia.
Seperti biasa, khayalanku melesat entah kemaana. Membayangkan diriku sendiri duduk di atas kursi dan bisa mengamati perubahan iklim serta kondisi di dekatku. Lingkungan di sekitar tempat dudukku berubah menjadi daerah pegunungan, hutan, sungai hingga lautan. Tuhan, Kau selalu bisa menjaga keseimbangan ciptaan-Mu.
Dunia berubah, alam berubah, manusia pun berubah. Aku, kau, kita, dia, mereka. Semua orang berubah. Yang tak berubah hanya perubahan.
Kau tahu, perubahan kadang bisa diprediksi, kadang sebaliknya. Perubahan kadang bisa diatasai, kadang tidak. Perubahan kadang harus diterima, kadang harus dilawan. Perubahan kadang harus ada, kadang tak perlu adanya. Semua kadang-kadang. Semua tidak pasti. Semua bisa berubah. Termasuk kita.
Kau bilang aku berubah, tak sadarkah kau juga demikian? Kurasa aku tak berubah dan kau bisa merasakan yang sama.
Subjektvitas sangat erat kaitannya dengan perubahan. Apalagi perubahan sikap. Sikapmu, sikapku, sikap kita tak perlu dipertanyakan lagi dinamikanya. Tak perlu merasa aneh dengan perubahan. Bukankah dirimu juga termsuk orang2 yg suka perubahan? Kontra dg status quo?
Kau, aku, kita, kadang akan mengalami perubahan seperti bumi dan dunia ini. Kadang merasa berubah dan kadang tidak. Kadang menerima perubahan dan kadang sebaliknya.
Karena kita semua berubah, maka pandangan tentang perubahan juga sepertinya harus berubah. Mungkin kata "kita" nantinya akan berubah kembali menjadi tiada dan kembali seperti sebelumnya, menjadi aku dan kau, bukan kita.
Seperti biasa, khayalanku melesat entah kemaana. Membayangkan diriku sendiri duduk di atas kursi dan bisa mengamati perubahan iklim serta kondisi di dekatku. Lingkungan di sekitar tempat dudukku berubah menjadi daerah pegunungan, hutan, sungai hingga lautan. Tuhan, Kau selalu bisa menjaga keseimbangan ciptaan-Mu.
Dunia berubah, alam berubah, manusia pun berubah. Aku, kau, kita, dia, mereka. Semua orang berubah. Yang tak berubah hanya perubahan.
Kau tahu, perubahan kadang bisa diprediksi, kadang sebaliknya. Perubahan kadang bisa diatasai, kadang tidak. Perubahan kadang harus diterima, kadang harus dilawan. Perubahan kadang harus ada, kadang tak perlu adanya. Semua kadang-kadang. Semua tidak pasti. Semua bisa berubah. Termasuk kita.
Kau bilang aku berubah, tak sadarkah kau juga demikian? Kurasa aku tak berubah dan kau bisa merasakan yang sama.
Subjektvitas sangat erat kaitannya dengan perubahan. Apalagi perubahan sikap. Sikapmu, sikapku, sikap kita tak perlu dipertanyakan lagi dinamikanya. Tak perlu merasa aneh dengan perubahan. Bukankah dirimu juga termsuk orang2 yg suka perubahan? Kontra dg status quo?
Kau, aku, kita, kadang akan mengalami perubahan seperti bumi dan dunia ini. Kadang merasa berubah dan kadang tidak. Kadang menerima perubahan dan kadang sebaliknya.
Karena kita semua berubah, maka pandangan tentang perubahan juga sepertinya harus berubah. Mungkin kata "kita" nantinya akan berubah kembali menjadi tiada dan kembali seperti sebelumnya, menjadi aku dan kau, bukan kita.
0 comments:
Post a Comment