Monday, July 14, 2014

Saat Hati Meninggi

Suatu hari, berabad-abad yang lalu pimpinan kawanan semut berkata kepada seluruh semut di koloninya, 

"Wahai semut-semut, masuklah ke sarang-sarangmu agar tidak terinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya."

Nabi Sulaiman 'alaihissalam tersenyum lalu berdoa,

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."

***
Dari sikap Nabi Sulaiman kita ditegur dan diajarkan untuk menjaga hati agar tetap ada di tempat yang seharusnya. Kalau meminjam kalimat dari Pidi Baiq, "tetap serendah bumi."

Rabb, bantu kami menempatkan hati kami serendah bumi dan syukur kami setinggi langit. Tiada Tuhan selain Engkau dan Muhammad adalah utusan-Mu.

Saat hati meninggi, seharusnya kita sadar hanya Tuhan yang patut melakukannya.
Read More

Saturday, July 12, 2014

Berjuang Untuk Islam

Dua jenis berita yang membuatku geram dengan perasaan yang berbeda. Yang pertama adalah kisah pilu dari negeri dimana Masjidil Aqsha, kiblat pertama muslimin berada. Yang kedua adalah gerakan 'absurd' ISIS yang mengatakan bahwa umat Islam sudah melenceng dari ajaran Islam dimana mereka mengunjungi ka'bah hanya untuk menyentuh kiblat muslim sedunia itu, bukan karena Allah.

Duh, Gusti.

Berita pertama membuat hati saya pilu. Apalagi ditambah dengan foto-foto maupun video-video yang penuh dengan darah. Sungguh, perpindahan rumah suci ke Masjidil Haram benar-benar upaya preventif terbaik, menurut saya. 

Konflik Israel-Palestina bak cerita legenda yang tak pernah berakhir menjadi legenda karena masih aktual hingga sekarang. Yang membuatku tertohok adalah beberapa fakta tentang Palestina yang kubaca di sosial media akhir-akhir ini. Fakta yang mengatakan bahwa mayoritas penduduk Gaza adalah hafidz, setiap orang mendambakan syahid, tingkat pendidikan mereka rata-rata strata 2. Masya Allah. Terlepas berita itu benar atau hoax, entah mengapa saya bahagia sekaligus merinding dibuatnya. 

Ini akan terdengar tendensius dan sangat subjektif, tapi saya adalah salah satu orang yang berpendapat bahwa perang di Palestina adalah jihad. Jihad karena membela diri dari serangan manusia tak tahu malu yang berkumpul menjadi sebuah koloni dan diberi judul negara bernama Israel. Meskipun saya tahu, tidak ada yang membahagiakan dari peperangan, yang ada hanya kerusakan, kesedihan dan permusuhan. Tapi bukankah kita harus mempertahankan diri untuk tidak diremehkan dan diinjak-injak orang lain? Namun jujur, bisakah Palestina-Israel berdamai? Bisakah Israel berhenti mencaplok negara Palestina terutama Gaza? Bisakah?

Ya, yang saya lakukan baru bisa berdoa saja. Berdoa untuk keselamatan para muslim disana. Berdoa untuk kelapangan kedua belah pihak agar mau menghentikan gencatan senjata. Berdoa agar para keluarga yang kehilangan keluarganya atau bagian tubuhnya diberikan ketabahan dan kelapangan hati. Berdoa agar semua kutukan untuk menghancurkan Israel berhenti lalu berganti dengan doa yang baik untuk sesama muslim. Berdoa agar semua bisa diatasi. Ah, bagaimana pula dalam perang semua hal bisa diatasi :(

Oh ya, saya juga berharap agar berita-berita yang menampilkan banyak foto berdarah itu segera berhenti. Jerih hati ini melihatnya :'(

Berita kedua membuat hati saya pilu juga. Sependek itukah cara berpikir mereka? Mungkin mereka lupa, dulu saat Rasululah masih ada di dunia, ia melarang pembunuhan terhadap musuh yang bersyahadat sebelum mereka dibunuh oleh tentara Islam. Walaupun mungkin saja alasan syahadatnya orang tersebut agar ia selamat dan tidak dibunuh. 
Nahnu nahkumu bi al-dhawir wallahuyatawallas sarair (kita hanya menghukum apa yang tampak dan hanya Allah yang menentukan apa yang ada di dalam bathin orang)

Ya, saya tidak perlu melanjutkan apa yang ingin saya katakan. Jelas bukan? Kita tidak bisa menilai 'sebenar-benarnya' iman seseorang. Yo sampeyan iku sopo to bisa tahu isi hati orang lain?

Terlebih lagi berita selanjutnya yang saya baca adalah bagaimana 'jihadis Islam' di Inggris sangat menginginkan lambang ISIS bertengger di salah satu kota di negara mereka. Mereka ini mengaji Al-Quran dan mengkaji hadist Rasulullah yang mana sih? Pun dengan pimpinan mereka, Al-Bakr Al-Baghdadi. Sugan gelo kitu jelema ieu? Di kejadian apa Rasulullah mencontohkan penghancuran rumah ibadah? Apakah Rasulullah menghimbau untuk menyerang saudara seiman? Apakah Rasulullah mencontohkan menjadi bagian dari kelompok fanatik yang pendek akalnya?

Astagfirullahal'adzim. 

Manusia itu diciptakan sempurna dengan akalnya. Sempurna dengan akal yang terkadang tidak berfungsi optimal. Akal yang dengan logikanya bisa dengan mudah dibolak-balikkan oleh rangkaian kata dalam sebuah perdebatan maupun perbincangan tentang agama. Akal yang diciptakan Tuhan dan dimainkan oleh ciptaan-Nya untuk menggugat Sang Pencipta. Ah, kau. 

Saya jadi penasaran, seberapa berpengaruh si Al-Baghdadi itu. Seberapa sempurna sih ideologi yang ditawarkannya. Seberapa paham sih dia dengan semua kalam Tuhan dan sabda Rasul-Nya. Seberapa sih. Mungkinkah dia adalah salah seorang calon penghuni rumah sakit jiwa dengan diagnosa skizofrenia berwaham kebesaran? Entahlah.

Ya, saya bukan salah satu dari segelintir orang yang lebih paham agama dibandingkan manusia aneh bernama Al-Baghdadi itu. Sholat saya masih belum cukup untuk bekal mati esok hari. Kemampuan mengaji saya juga masih dibawah standar. Pemahaman dan pengetahuan saya tentang hukum-hukum Islam juga masih jauh dari kata 'paham'. Saya sedang kesal saja. Kesal karena kalimat berjuang untuk Allah dipermainkan seenaknya. Kesal karena semua tingkah anarkis mereka dilegitimasi sebagai upaya berjuang untuk Islam. Kekesalanku juga untuk organisasi atau lembaga yang senada dengan ISIS ya. 

Coba bertanya kembali kepada diri sendiri, benarkah yang kita lakukan sudah mewakili kalimat 'berjuang untuk Islam'?
Read More

Friday, July 11, 2014

Siapapun Presidennya

Siapapun presidennya, Mbak Hanna tetap diintimidasi sama Karin, Sang Hello Kitty di sinetron CHSI. Tukang Bubur yang sudah naik haji tidak pulang-pulang ke rumahnya. Mastin tetap memberi kabar gembira bahwa kulit manggis ada ekstraknya. Iklan cat bermodelkan bule KW tetap teriak "bocor bocor" juga. Minuman lo tetep teh botol aja. Bocah di iklan Bisku*t tetep nanya 'kenapaaa?' Iklan sirup dan kue kalengan tetap merebak menjelang lebaran dan bulan puasa. Bobotoh-Jakmania, masih musuhan aja.

Siapapun presidennya, status lo gak berubah-ubah dari mahasiswa. Skripsi yang enggak lo kerjain tetep gak akan ketahuan dimana ujungnya. Mahasiswa pasti sibuk demo-demo kebijakan pemerintah ke depannya. Standar IPK dikatakan cukup baik masih 3. Para jomblo tetap dengan statusnya. Orang-orang yang ditinggal nikah tahun ini sama mantan pacarnya tetap merana. Organisasi ekstra kampus masih gontok-gontokan juga. Kondisi keuangan lo masih stagnan di titik nadir grafik keuangan. Kehidupan lo masih berkisar dengan lingkungan dan orang-orang yang sama seperti sebelumnya. Amal ibadah lo masih dihisab perorangan, bukan perkelompok simpatistan. Kewajiban untuk menjaga aib orang lain masih ada. Temen lo yang dulu gak sependapat saat hari-hari menjelang pilpres mendekat harusnya masih bisa dekat.

Tapi...
Siapapun presidennya, kita sebagai rakyat Indonesia harus membantu presiden kita nantinya. Rakyat Indonesia perlu mencintai negeri tanpa caci maki tapi dengan aksi. Sudah seharusnya kita menghormati proses panjang bangsa ini dalam memahami demokrasi. Semua usaha KPU dan lembaga-lembaga lain yang berkaitan patut diapresiasi. Sungguh hina bila fenomena remeh semacam quick count menuai perpecahan disana sini. Harus diakui bahwa di bumi pertiwi ini banyak manusia yang menolak untuk abai lagi

Siapapun presidennya, semoga keberkahan, kekuatan dan kemudahan selalu menghiasi hari-hari selama memimpin negeri ini. 

Emm yang terpenting..siapapun presidennya, gue sama lo tetep gini-gini aja. #kodekeras 

Bandung, 11 Juli 2014

Read More

Wednesday, July 9, 2014

Luka Anjing!

Sebenarnya saya malas mengingat kembali apa yang saya alami, tapi kisah ini sukses membuat saya juga kesal dengan makhluk berjakun yang tak punya akal. Em, sebelum bercerita, Anda perlu tahu telapak tangan saya mendadak dingin dan saya mendadak ingin menangis. Saya menyesal mengapa saya tidak melakukan hal yang bisa membuat muka makhluk berjakun bodoh itu bubuk. Ah, sudahlah. Semoga hal ini tidak terjadi padamu, para wanita pengguna transportasi umum. 

Sore itu saya dan teman-teman baru pulang dari kampus. Kami menggunakan Trans Metro Bandung atau TMB karena perbedaan harga yang cukup signifikan dengan angkot yang biasa kami tumpangi. Seperti biasa, kami tidak mendapatkan tempat duduk di TMB, kami berdiri berjajar. Saya menggunakan tas ransel, karena berat dan takut ada copet yang iseng-iseng membuka tas ransel di TMB, akhirnya saya pakai ransel itu di depan, bukan di punggung.

Semakin lama bus TMB semakin penuh. Saya dan teman-teman bercanda dan berbincang satu sama lain. Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu menyentuh (maaf) pantat saya. Sesuatu seperti pulpen atau ujung payung. Saya menggeser posisi, tapi tetap saja tersentuh oleh benda yang saya tidak tahu apa itu. 

Saya membalikkan badan.

ANJING!

Ternyata bukan pulpen ataupun ujung payung. Itu alat kelamin seorang bapak tua yang berdiri di belakang saya. Saya marah. Tapi saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Hati saya terluka. Luka yang disebabkan oleh tingkah manusia beradab anjing!

Segera saya pindahkan tas ransel saya ke punggung berharap bapak itu berhenti melakukan aksinya. Sampai disini saya lupa detail kejadian selanjutnya. Ya, saya sadar, bukan lupa, tapi cenderung berusaha keras melupakan. Fyuh. Sekarang, air mata saya sukses menetes. Hahaha.

Saya lanjutkan ke bagian cerita yang saya ingat. 

Kesal, saya pindah ke bagian TMB yang kosong. Teman-teman saya bertanya apa yang terjadi karena saya tiba-tiba diam tak banyak berkomentar. Saya ingin memaki. Sungguh sangat ingin memaki. Tapi saya tidak tahu kenapa mulut saya ini tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Hati saya sakit. Sakit hati oleh luka anjing itu!

Saya hanya bisa menatap penuh amarah ke Anjing tadi. Maaf saya menggunakan kata-kata kasar itu, tapi sungguh saya tidak menemukan padanan kata yang sopan untuk tingkah bejat macam yang ia lakukan. 

Anjing itu diam balas menatap saya dengan tatapan dingin. Tak ada rasa bersalah. Tak ada rasa berdosa. Astaga Tuhaaaaaaaannnnn!!!

Saya ingin menangis, tapi malu. Saya ingin marah, tapi bingung karena saya juga akan malu bila menceritakan ini ke orang lain. Tapi sudahlah, biar ini jadi pelajaran bagi semua. Hati saya berkecamuk. Kesal, marah, merasa bodoh, aaah. Hancur.

Saya pernah mendengar bahwa teman saya yang lain juga pernah mengalami hal serupa. Lebih parah. Bahunya basah oleh cairan kental yang berasal dari kelamin Anjing lain yang digesekkan selama perjalanan. Temanku itu hanya bisa menangis dan menyimpan lukanya. Ia tidak berani marah dan melakukan pemberontakan. Saya tahu cerita ini dari teman dekatnya.

Mungkin beberapa dari kalian berpikir, "Bodoh! Masa teriak saja susah?"

Sialnya kebanyakan dari kami memilih diam dan mengubur luka itu dalam-dalam.

Percayalah, bukan hal mudah menceritakan pelecehan seksual seperti ini. Apa kalian harus merasakannya dulu baru mengamini apa yang saya tulis? Ah ya, mungkin respon kalian lebih baik saat mengalaminya. Tidak seperti saya yang memang bodoh ini. 

Saya masih mengalami hal yang lebih remeh, mungkin disana banyak wanita yang mengalami hal-hal yang tidak diinginkannya lebih dari ini. Jadi, tolong jangan diskreditkan para korban pelecehan seksual bahkan perkosaan. 

Pesan saya untuk para wanita pengguna angkutan umum (termasuk saya sendiri), jika kita mengalami hal-hal serupa, teriak saja! Marah! Bila ingin memaki, makilah! Agar anjing-anjing yang berkeliaran di luar sana malu, sadar dan menyesali tindakannya. Kita korban. Tak usah malu dengan apa yang telah terjadi pada kita. Karena mereka hanya ANJING pembuat luka di hati kita yang akan terus menganga.

"Bapak mau saya potong anunya sampai habis atau mau saya laporkan polisi?"

Itu kalimat yang saya sesalkan tidak keluar dari mulut saya saat luka di hati terlanjur tergores oleh Anjing itu.
Read More

Sunday, July 6, 2014

Sudut Mata

Diam tak berarti tak memperhatikan. Melihat dengan sudut mata memberikan sensasi sendiri saat melakukannya. Berpura-pura menikmati apa yang ada di hadapan, sambil melirik mencuri-curi pandang ke arah berlainan. Melihat dengan sudut mata membuatku cukup ketagihan. Menyimpan ketertarikan berlebihan dalam-dalam. Meskipun terkadang usaha untuk merencanakan objek di sudut mata pindah tepat di depan mata juga pernah kulakukan. 

Aku mengamati semua dari sudut mata. Terkadang objeknya berpindah ke depan mata, kadang hilang tertelan titik buta.

Biasanya, yang kuperhatikan dari sudut mata adalah hal-hal yang terasa asing. Beberapa diantaranya langsung kuabaikan, beberapa yang lain dengan mudah berpindah posisi dari sudut mata. Beberapa diantaranya kuterima dengan tangan terbuka, beberapa yang lain hanya kamuflase belaka.

Melihat dari sudut mata, membuatku dianggap tidak mau terbuka. Melihat dari sudut mata, membuat aku selalu membuat jarak terjaga. Melihat dari sudut mata, membuatku tahu apa yang seharusnya tetap kulihat dari sudut mata.
Read More

Thursday, July 3, 2014

Monolog

Siapa yang tak pernah bermonolog ria?

Saya adalah salah satu manusia yang mungkin saja bisa dikatakan lebih sering bermonolog daripada manusia lainnya. Pesatnya perkembangan teknologi membantu saya menyalurkan kebiasaan monolog ini, apalagi dengan adanya social media. Social media membantu saya berbicara sendiri tentang apa yang saya pikirkan, rasakan, harapakan dan kan kan yang lainnya. Bagi saya, social media adalah tempat bermonolog yang ideal. Berbicara sendiri mengungkapkan yang mengganjal di hati. Berbicara sendiri menikmati setiap kata dan pemikiran yang melecut tanpa berpikir berkali-kali. Berbicara sendiri tentang hasil pengamatan manusia dan lingkungan yang memunculkan beragam ekspresi emosi. Berbicara sendiri tentang banyak hal yang tak semua orang dapat memahami. Mereka tak dapat memahami bukan karena tidak mampu menanggapi dan berbincang dengan asyik tentang hal itu, tapi lebih karena apa yang kuucapkan terkadang tak bisa kuungkapkan dengan sistematis, baik dan komunikatif.

Monolog memberi saya ruang menyampaikan apapun yang saya pikirkan, memberi sentuhan pribadi dalam setiap kata yang terlontar, menghiasi ruang-ruang dan waktu yang saya habiskan sendiri. Monolog membantuku memercikkan banyak perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan jelas dan terperinci.

Social media apapun namanya, sebenarnya merupakan tempat monolog paling asyik di dunia. Iya, monolog yang bisa dibaca semua orang di dunia. Hahaha.

Emm, atau kau mau mengajakku berdialog di alam nyata? #kodekeras
Read More

Berjamaah

Satu lidi tak bisa membantu manusia mengumpulkan helaian daun yang berjatuhan di pekarangan dengan cepat. Tapi koloni lidi yang biasa disebut sapu lidi dapat melakukannya. Satu manusia bisa melakukan satu hal baik yang sangat bermanfaat. Tapi sekumpulan manusia bisa lebih cepat membuat kebaikan dan kebermanfaatan tersebar. Satu orang yang melakukan ibadah sangat mungkin menjadi sosok yang dekat dengan Tuhannya. Tapi bergabung dengan orang lain untuk melakukan ibadah kepada-Nya lebih direkomendasikan.

Berjamaah bagiku seperti benteng penjaga di tubir curam yang berbahaya. Berjamaah bagiku seperti proses latihan kepemimpinan. Dimana imam sebagai pemimpin dan makmum sebagai pengikut, ya memang demikian artian imam dan makmum secara harfiah. Imam bertugas mengarahkan semua makmum dalam setiap gerakan shalat. Imam memberikan aba-aba dengan takbir, makmum mengikutinya. Bila terjadi kesalahan dalam proses shalat baik gerakan maupun bacaan yang dibaca secara jelas, makmum dapat mengingatkannya. Makmum dijaga kesadarannya saat berjamaah oleh imam. Imam dijaga kesadarannya oleh tanggungjawab lebih saat berjamaah. Berjamaah memberikanku pandangan tentang sosok pemimpin yang harus diikuti namun juga tak pantang diingatkan bila melakukan kesalahan. Berjamaah memberikanku pernyataan penguatan bahwa makmum harus mengikuti namun juga dapat mengingatkan orang yang diikuti. Latihan kepemimpinan, bukan?

Suatu hari saya menjadi imam dari sekitar 1500 makmum. Saya gemetaran. Bingung dengan surat apa yang harus saya baca, doa apa yang nanti akan saya panjatkan. Kelimpungan. Menjadi pemimpin tanpa persiapan bukan saja akan melahirkan resistensi dalam diri pemimpin, tapi juga dalam diri para pengikutnya. Itu pertama dan terakhir kalinya saya menjadi imam di satu-satunya masjid di sekolahku dulu. Saya baru tersadar alasan kewajiban menghapal surat-surat pendek dan banyak doa-doa sebelum dianggap layak menjadi imam (sebelum diperbolehkan menjadi imam, kami harus mendapatkan semacam sertifikat terlebih dahulu).

Selain itu, melakukan ibadah kepada Tuhan secara berkala dan bersama-sama memberikan kabar gembira bahwa kita masih mempunyai teman yang berkeyakinan sama. Kita sebagai kaum mayoritas di negeri ini tentu saja tak begitu merasakannya, tapi mari bertanya kepada mereka yang seiman dengan kita dan berada di negeri antah berantah dimana mereka menjadi minoritas. Berjamaah menguatkan iman. Berjamaah meyakinkan bahwa saudara seiman masih tersebar di jagad raya. 

Berjamaah tidak hanya bisa kita lakukan dalam beribadah secara mahdoh (ibadah yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya), tapi juga bisa dilakukan dalam berbagai bentuk ibadah ma'qulah (ibadah yang tidak ditentukan syarat dan rukunnya). Menyatukan nilai-nilai agama yang dipelajari dengan perilaku sehari-hari. Menyatukan berbagai gelombang suara atau frekuensi hingga tercipta resonansi. Setidaknya bagi saya, kegiatan bermanfaat apapun yang kita lakukan perlu dilakukan secara berjamaah agar dampaknya bisa tersebar dengan lebih mudah. 

Dengan berjamaah, tingginya hati bisa direduksi. Dengan berjamaah, kita sadar bahwa diri ini hanyalah satu dari sekian banyak orang yang diciptakan Tuhan untuk membantu hidup sesama. Dengan berjamaah, kita bisa memahami bahwa kita tercipta hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dengan berjamaah, kita bisa menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita lebih tak berarti daripada butiran debu. 


Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)