Satu lidi tak bisa membantu manusia mengumpulkan helaian daun yang berjatuhan di pekarangan dengan cepat. Tapi koloni lidi yang biasa disebut sapu lidi dapat melakukannya. Satu manusia bisa melakukan satu hal baik yang sangat bermanfaat. Tapi sekumpulan manusia bisa lebih cepat membuat kebaikan dan kebermanfaatan tersebar. Satu orang yang melakukan ibadah sangat mungkin menjadi sosok yang dekat dengan Tuhannya. Tapi bergabung dengan orang lain untuk melakukan ibadah kepada-Nya lebih direkomendasikan.
Berjamaah bagiku seperti benteng penjaga di tubir curam yang berbahaya. Berjamaah bagiku seperti proses latihan kepemimpinan. Dimana imam sebagai pemimpin dan makmum sebagai pengikut, ya memang demikian artian imam dan makmum secara harfiah. Imam bertugas mengarahkan semua makmum dalam setiap gerakan shalat. Imam memberikan aba-aba dengan takbir, makmum mengikutinya. Bila terjadi kesalahan dalam proses shalat baik gerakan maupun bacaan yang dibaca secara jelas, makmum dapat mengingatkannya. Makmum dijaga kesadarannya saat berjamaah oleh imam. Imam dijaga kesadarannya oleh tanggungjawab lebih saat berjamaah. Berjamaah memberikanku pandangan tentang sosok pemimpin yang harus diikuti namun juga tak pantang diingatkan bila melakukan kesalahan. Berjamaah memberikanku pernyataan penguatan bahwa makmum harus mengikuti namun juga dapat mengingatkan orang yang diikuti. Latihan kepemimpinan, bukan?
Suatu hari saya menjadi imam dari sekitar 1500 makmum. Saya gemetaran. Bingung dengan surat apa yang harus saya baca, doa apa yang nanti akan saya panjatkan. Kelimpungan. Menjadi pemimpin tanpa persiapan bukan saja akan melahirkan resistensi dalam diri pemimpin, tapi juga dalam diri para pengikutnya. Itu pertama dan terakhir kalinya saya menjadi imam di satu-satunya masjid di sekolahku dulu. Saya baru tersadar alasan kewajiban menghapal surat-surat pendek dan banyak doa-doa sebelum dianggap layak menjadi imam (sebelum diperbolehkan menjadi imam, kami harus mendapatkan semacam sertifikat terlebih dahulu).
Selain itu, melakukan ibadah kepada Tuhan secara berkala dan bersama-sama memberikan kabar gembira bahwa kita masih mempunyai teman yang berkeyakinan sama. Kita sebagai kaum mayoritas di negeri ini tentu saja tak begitu merasakannya, tapi mari bertanya kepada mereka yang seiman dengan kita dan berada di negeri antah berantah dimana mereka menjadi minoritas. Berjamaah menguatkan iman. Berjamaah meyakinkan bahwa saudara seiman masih tersebar di jagad raya.
Berjamaah tidak hanya bisa kita lakukan dalam beribadah secara mahdoh (ibadah yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya), tapi juga bisa dilakukan dalam berbagai bentuk ibadah ma'qulah (ibadah yang tidak ditentukan syarat dan rukunnya). Menyatukan nilai-nilai agama yang dipelajari dengan perilaku sehari-hari. Menyatukan berbagai gelombang suara atau frekuensi hingga tercipta resonansi. Setidaknya bagi saya, kegiatan bermanfaat apapun yang kita lakukan perlu dilakukan secara berjamaah agar dampaknya bisa tersebar dengan lebih mudah.
Dengan berjamaah, tingginya hati bisa direduksi. Dengan berjamaah, kita sadar bahwa diri ini hanyalah satu dari sekian banyak orang yang diciptakan Tuhan untuk membantu hidup sesama. Dengan berjamaah, kita bisa memahami bahwa kita tercipta hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dengan berjamaah, kita bisa menyadari bahwa tanpa Tuhan, kita lebih tak berarti daripada butiran debu.
0 comments:
Post a Comment