Friday, January 31, 2014

Visit Jakarta!

Jakarta. Siapa yang tidak tahu ibu kota Negara Republik Indonesia satu ini? Semua orang di penjuru negeri berbondong-bondong untuk mengadu nasib disana. Jakarta, kota seribu mimpi. Ternyata bukan itu saja yang bisa disajikan Jakarta kepada para pelancong yang datang ke kota itu. Banyak sekali destinasi wisata yang bisa anda temui disini. Mulai dari berbagai museum untuk wisata sejarah, Taman Mini Indonesia Indah untuk wisata edukasi, hingga Pasar Tanah Abang yang terkenal dengan baju-baju murah dan berkualitasnya. 

sumber: wikipedia.org

Mengeksplorasi Jakarta tidak cukup menghabiskan waktu 1 hari saja. Anda butuh beberapa hari untuk menikmati indahnya Jakarta. Banyak hotel bertebaran di Jakarta, terkadang hal ini membuat para pelancong mapun pebisnis bingung memilihnya. Seperti kota besar di berbagai penjuru dunia pada umumnya, Jakarta memiliki variasi hotel yang beragam. Bagi anda yang memiliki uang lebih tentu tak menjadi masalah menginap dimanapun, tapi bagi anda yang berniat ber-backpacker ria di Jakarta pastinya perlu berpikir berulang kali untuk memilih hotel yang sesuai dengan budget perjalanan anda. Jangan khawatir, anda bisa dengan mudah menemukan hotel murah di Jakarta. Anda dapat dengan mudah membandingkan harga dan fasilitas hotel satu dengan hotel lainnya di GoIndonesia. Situs ini memberikan alternatif harga yang sangat variatif. Mulai dari harga 200 ribuan, hingga lebih dari satu juta-an. Jadi anda tidak perlu khawatir dengan keterbatasan informasi yang anda punya tentang hotel di Jakarta.

Kenapa harus GoIndonesia?
Mungkin itu adalah pertanyaan yang terngiang-ngiang di telinga anda, berikut saya paparkan keuntungan dan kelebihan situs ini:

  1. GoIndonesia adalah produk asli Indonesia. Anda cinta Indonesia, bukan?
  2. GoIndonesia adalah tempat termudah untuk membandingkan harga antar hotel pada lebih dari 10.000 hotel di Indonesia dan manca negara
  3. GoIndonesia memberikan pelayanan konfirmasi instant dan voucher yang anda pesan akan dikirim melalui surat elektronik
  4. GoIndonesia menerima jenis pembayaran yang beragam sehingga memudahkan anda dalam transaksi
  5. GoIndonesia memberikan cash back hinggan 10% lengkap dengan point hadiahnya.
  6. Alasan terpentinya adalah, GoIndonesia aman dan ahli dalam hal ini karena GoIndonesia adalah bagian dari Kaha Group, travel agent terbesar di Indonesia.

Jadi, kapan merealisasikan rencana anda menengok ibu kota dan menginap disana dengan bantuan http://www.GoIndonesia.com? Selain itu, yuk ikut lomba menulis dari SEO Kontes GoIndonesia.com!
Read More

Friday, January 24, 2014

BANI FULAN

Malam itu saya nonton Mata Najwa episode Apa Kata Megawati. Narasumbernya jelas Megawati Soekarnoputri. Presiden wanita pertama dan satu-satunya hingga sekarang di Indonesia. Presiden RI yang kelima. Saya memang tidak tahu banyak tentang beliau. Saya juga tidak tahu jelas apa motif beliau tetap memegang posisi Ketua Umum PDI Perjuangan. Saya tidak tahu apapun tentang itu. Tapi melihat setiap jawaban yang mengalir dari wawancara itu saya menyimpulkan bahwa Megawati ingin cita-cita proklamasi Indonesia tercapai. Artinya, apa yang ayahnya (Soekarno)  lakukan harus ia lanjutkan untuk diwujudkan.

“Silahkan bu, ungkapkan harapan ibu untuk Indonesia,” kata Najwa
“Saya ingin Indonesia Raya,” jawab Megawati dengan menangis.

Saya tidak tahu apa arti tangisan itu, tapi dua kata terakhir yang beliau ucapkan dengan berat dan penuh pengharapan itu seakan-akan memberi komando kepada bulu kuduk saya untuk berdiri seketika. Merinding. Sungguh itu yang saya rasakan.

Saya teringat tentang sekolah dimana saya menimba ilmu beberapa tahun yang lalu. Sekolah itu sekolah yang cukup maju dengan cabang di seluruh penjuru Indonesia. Terbagi dua, putra dan putri. Hingga kini sekolah tersebut masih dipimpin oleh cucu dari sang pendirinya. Saya memang bertanya-tanya. Mengapa harus anak dari para pendiri ini yang menjadi pemimpin? Apakah ingin membuat kerajaan super besar? Ataukah ingin memberikan “warisan” kepada anak-anaknya?

Tapi kemudian saya menyadari pemikiran ini sangat menjijikan.

Megawati dapat menyerap nilai-nilai yang ada pada Bung Karno dengan baik karena ia bisa mengobservasi secara langsung. Mengetahui banyak hal yang tidak orang lain ketahui tentang sang pelopor. Menginternalisasikan nilai-nilai ayahnya ke dalam dirinya sendiri. Mungkin saja termasuk mengamini mimpi-mimpi yang sama tentang negerinya, Indonesia.

Begitupun dengan anak-anak para pemimpin di sekolah saya. Mereka yang mendapat didikan langsung dari para pendiri akan berbeda dengan mereka yang hanya terjamah sesekali. Mereka yang merasa getaran semangat membangun untuk pengabdian pada Illahi, jelas akan berbeda dengan mereka yang hanya mengobservasi dan terinspirasi sesekali. Mereka yang menjadi darah daging orang-orang utama, kemungkinan besar dapat membayangkan dengan jelas apa yang menjadi mimpi besar orang tua mereka.

Tulisan ini penuh dengan asumsi. Tapi setidaknya kini saya mengerti, mengapa kaderisasi dibutuhkan oleh semua pemimpin yang mimpinya ingin terealisasi. Mimpi orang besar tidak akan terlaksana di waktu yang singkat. Maka perlu banyak orang besar yang harus dipersiapkan untuk menjadi pelari estafet selanjutnya. Di sekolah saya itu, merekalah yang terpilih menjadi pemegang estafet mimpi. Mereka juga harus menyiapkan pemain selanjutnya. Bukan untuk kekuasaan semata, tapi untuk menciptakan inovasi mencapai mimpi.

Maafkan saya yang pernah menikmati rasa curiga itu sebelumnya.

Bani Fulan, semoga mimpi itu masih bisa terjaga. Sampaikan rindu mendalam saya pada para leluhur yang bisa membuat sekolah itu ada. Disana, entah berapa banyak kata mutiara dan pelajaran kehidupan yang bisa dinikmati dengan cuma-cuma. Dinikmati sebagai bonus atas kesediaan tinggal beberapa tahun untuk mengecap pendidikan formal dan agama. Perlu kau tahu, saya selalu bangga menjadi bagian dari keluarga itu selama enam tahun di tempat yang sama dan satu tahun di seberang pulau sana. Terimakasih banyak atas usaha maksimal yang dilakukan selama ini. 
Read More

Thursday, January 23, 2014

HEBAT JAHAT KUAT


Untukmu, orang-orang hebat yang tak pernah terlihat payah dan jera

Aku sebenarnya cukup heran dengan gunungan semangat yang kau punya. Ah, kalian maksudku. Aku pernah menjadi bagian dari kalian, tapi kalah oleh jarak dan berbagai pengorbanan yang membuatku berada dalam kondisi cukup sulit. Itu sebenarnya tak boleh dibiasakan menjadi alasan, tapi itu benar kenyataan. Sudah, cukup. Aku tak mau membahas tentang diriku disini. Aku membahas tentang kalian, orang-orang hebat tiada dua.

Hebat itu menurutku saat seseorang atau sekelompok orang berusaha mengabdikan diri kepada negeri. Mengabdi dengan melakukan tindakan berbagi seperti mengajar, bakti sosial, membuat program yang mendukung pengembangan potensi masyarakat, termasuk anak-anak dan remaja. Hebat menurutku bukan saat orang-orang lantang berbicara dan menghujat orang-orang yang pantas dihujat. Tidak. Itu tidak hebat. Apapun alasannya. Apapun teknik netralisasi yang dilakukannya. Aku tak pernah bisa menerima kata hebat disandangkan untuk mereka yang hanya bisa berteriak tanpa mengajukan solusi dan melakukan tindakan yang mendukung orang lain untuk tegak bertahan menghadapi hari. Hebat hanya untuk mereka yang bekerja dengan sepenuh hati. 

Aku dimana? Aku belum menjadi orang hebat. Aku masih suka menghujat. Aku masih minim bertindak. Aku masih belajar untuk menjadi hebat. Dan semoga begitu juga dengan kau.

Itu menurutku. Entah menurutmu.

Mereka yang hebat tak jarang dianggap jahat, sedangkan mereka yang jahat seringkali dianggap hebat. Ah, hebat .. jahat..

Hebat dan jahat itu unik. Mereka dihubungkan dengan satu kata : KUAT. Tak ada orang hebat yang tak kuat. Tak ada orang jahat yang tak kuat. Masing-masing kuat di sisi yang saling bertolak belakang. Yang tak jarang tertukar, oleh kepala-kepala yang otaknya sudah terlipat.

Mereka yang hebat selalu kuat walau dianggap jahat. Aku tak tahu bagaimana perihnya titik nadir para orang hebat ini. Aku selalu menemukan mereka berada pada titik kulminasi kehebatan yang tak bisa sulit diejawantahkan dengan kata-kata. Walau tak ada pujian yang terlayangkan untuk mereka. Jikapun ada, mereka tak akan melayang karenanya. Walau selalu cacian yang mereka terima. Ah, hati mereka terlalu lapang untuk mengerti bahwa mulut busuk orang-orang itu tak pantas dilayani.  

Aku dimana? Hanya bisa menjadi observer dan sedikit-sedikit mengikuti mereka. Aku heran juga pada diriku sendiri, mengapa resiko menaklukkan diri begitu sulit kulakukan! Aku ingin menjadi hebat! Aku ingin menjadi kuat untuk sebuah kehebatan dalam persepsiku sendiri. Aku ingin mencetak satu dari jutaan jejak kaki kebaikan yang orang-orang hebat tapakkan.

Apakah aku masih termasuk orang-orang jahat? Orang-orang dengan kata-kata yang menyayat. Orang-orang dengan merasa mereka lebih kuat, sehingga mereka pantas menyadarkan siapapun yang sedang kalap. Tentunya dengan cara-cara yang membuat orang lain semakin kalap.

Atau orang-orang jahat bermuka malaikat berhati serigala? Orang-orang yang bersembunyi dibalik kehalusan tutur bahasa, ketampanan rupa, kerapian bahasa. Namun raganya ditinggali oleh setan tua yang berharap menjadi raja tiada dua di dunia. Jahat, si Jahat yang kuat. Kuat dalam kejahatan yang membuatnya semakin jahat.

Tulisan ini tidak kurancang untuk diberi kesimpulan. Tapi akan kututup dengan kata-kata yang sedari kuulang. Aku ingin menjadi hebat dan kuat. Kuat mewujudkan kehebatan yang dalam persepsiku berwujud kebaikan. Itu saja.
Read More

Tuesday, January 7, 2014

KOPI


Ini tentang kopi. Ya, kopi. Minuman berwarna hitam atau terkadang coklat yang membuatku rela mengenyampingkan skripsi malam ini. Aku tak habis pikir, kedai kopi berhenti berdiri disana sini?

Aku tak tahu jenis kopi apa yang pantas dan cocok diminum dalam keadaan seperti ini. Segelas Arabica, Robusta atau kopi hitam yang biasa kau minum? Entahlah, pengetahuanku tentang kopi tak lebih dari pengetahuan seorang bocah tentang harga chiki. Dangkal. 

Aku dan kopi seperti langit dan bumi. Aku tak suka kopi. Kopi membuat kepalaku pusing dan hilang konsentrasi. Rasa pahit yang bersemayam selalu cepat berganti dengan kondisi mulut yang asam. Menghilangkan sensasi menyenangkan saat aroma kopi menelusup diantara cuping hidung lalu menghilang entah kemana.

Tapi tak bisa dipungkiri, kopi itu nikmat. Apalagi bila diminum disaat penat. Saat dimana aku lupa alasan mengapa aku tak menyukai minuman pekat beraroma menyengat yang terkadang lebih nikmat daripada segelas coklat. 

Asap mengepul dari kopi panas tak bisa dengan mudah menggodaku. Karena aku lebih terpukau dengan gelas penuh es batu. Tak masalah makanan ringan apa yang melengkapi prosesi cemal cemil itu. Yang jelas, jika aku memutuskan untuk meminum segelas kopi, artinya terlalu banyak hal tak penting mengendap di otak kosongku. 

Kedai kopi menjadi tempat yang menarik untuk mengobservasi. Andrea Hirata pernah bilang, pilihan kopi yang diminum seseorang itu menunjukkan kepribadiannya. Dewi ‘Dee’ Lestari juga menceritakan hal yang hampir mirip dalam salah satu bukunya. 

Mungkin pilihan kopi seseorang adalah sebuah proses proyeksi, dimana cangkir atau gelas menjadi media untuk merefleksikan sepotong kisah kehidupan yang dialami. Atau bisa saja hal itu merupakan perwujudan jejaring pergaulan yang membuat diri merasa sebagai bagian dari kasta yang lebih tinggi. Bisa juga menjadi pelarian dari seonggok batu penghalang dalam perjalanan kehidupan. Apapun alasannya, tak ada alasan yang bisa digeneralisasikan atas keputusan seseorang memilih varian kopi yang ingin diminumnya. Kopimu, pilihanmu, kehidupanmu, itu semua sempurna milikmu.

Aku selalu ingin menjadikan kopi sebagai penengah. Dimana berbagai polemik bisa diselesaikan dengan mudah. Saat hirupan demi hirupan berganti dengan tegukan, tak ada lagi hal-hal kecil yang sebelumnya dianggap masalah. Membuat kita tersenyum dan saling menatap lalu menengadah. Berusaha menyadari dunia ini masih indah. 

Ini hanya tentang kopi. Katanya, hanya orang-orang yang mampu menikmatinya saja yang bisa mengatakan minuman ini enak. Bagi mereka yang tidak bisa, hanya rasa pahit yang terasa. Seperti hidup yang selalu pahit bila tidak dimaksimalkan untuk dinikmati. 

Untukmu yang menyukai kopi, aku ingin menikmati kopi di ujung sore diatas kursi serambi. Menyesap nikmat sambil mendengarkan ceritamu dengan khidmat. Berkali-kali melupakan alasan dan pernyataan bahwa aku tak menyukai kopi, minuman yang terkadang aku minum saat penat. 

Ini hanya tentang kopi dan lagi-lagi hanya tentang kopi. 
Bandung, 7 Januari 2014
Read More

Thursday, December 19, 2013

Kenapa Marah?

Suatu ketika aku berjalan beriringan dengan temanku. Kami melihat pawai demonstran yang dengan bangga mengibarkan bendera mereka. Memakai atribut kelompok, tapi abai pada pemakaian atribut wajib sebagai seorang pengendara dan penumpang sepeda motor. Mereka gaduh luar biasa.

"Gue penasaran sama mereka yang demo," kata temanku.
"Kenapa heran?" tanyaku.
"Mereka milih SBY gak ya waktu pemilihan presiden kemarin?" tanyanya.
"Mana gue tahu!" jawabku. "Kenapa?"
"Kalau gak milih SBY, kenapa gak malu ya nuntut SBY melakukan A B C D?"
"Eh?"
"Jadi begini, kalau gue milih SBY jadi presiden di  pemilu presiden kemarin dan ternyata SBY tidak memuaskan espektasi gue terhadap dia, ya wajar dong gue nuntut?"
"Hm..."
"Kalau gue gak milih SBY jadi presiden, dan ternyata dia tidak memuaskan espektasi gue terhadap dia, ya ngapain gue protes?"
"Bisa sih, tapi kan kalau sudah dilantik menjadi pemimpin negara artinya ia sudah menjadi penanggungjawab umum segala hal yang berkaitan dengan negara ini. Ya mau gak mau, tetap SBY yang disalahkan atas kinerja dirinya ataupun bawahannya yang kurang memuaskan," jawabku.
"Iya juga sih, tapi tetap gak masuk di akal sehat gue. Haha."

Ah, sudahlah. Temanku itu memang ajaib. Memang benar, kenapa marah jika orang yang kau marahi tak menerima yang ia harapkan darimu (memilihnya)? 

Aku tahu pendapatnya sangat rentan menuai perdebatan. Yasudahlah, kalau prinsip pemahaman yang ia yakini seperti itu, untuk apa aku debat? Haha. 
Read More

Thursday, November 28, 2013

CERITA TENTANG DOKTER

Dokter demonstrasi, masyarakat sibuk memaki. Saya adalah salah satu orang yang sangat kagum dengan profesi satu ini. Saya juga sempat merasakan nikmatnya kuliah yang dipandu oleh seorang dokter berwawasan luas. Dokter dimata saya itu profesi yang luar biasa. Apalagi jika ditambah dengan pengetahuan agama yang mendalam. Menambah nilai plus dan kekaguman saya. Tapi bukan tentang kekaguman tulisan ini saya buat. Bukan pula untuk memanaskan suasana atau apalah namanya. Saya hanya ingin bercerita. Bercerita tentang pengalaman agak lucu yang saya alami saat saya berhadapan dengan dokter.

Siang itu, saya bersama seorang teman yang mendapat jadwal menemani anak kecil kontrol ke salah satu rumah sakit terkemuka di kota kami. Anak itu cukup malang, tak punya hidung dan rahang mulut bagian atas. Bagian tengah mukanya yang bolong itu ditutupi oleh sesuatu yang dipasang dokter saat pemeriksaan sebelumnya. Ia datang dari kotanya ke rumah sakit ini karena keluhan sakit batuk dan pilek. 

Menjelang jam 2 sore, teman saya izin pulang terlebih dahulu karena akan berangkat umroh (kalau saya tidak salah). Akhirnya, saya menemani anak itu beserta kakek dan neneknya untuk mengantri di poli anak. Singkat cerita kami masuk ke ruangan poli anak. Ada sekitar 3 atau empat dokter disana. Saya membayangkan kondisi di poli anak itu menyenangkan seperti di film-film yang saya tonton dan novel-novel fiksi yang saya baca. Sayang disayang, mungkin karena terlalu lelah dan banyaknya pasien, kesan ramah dan menyenangkan tak saya rasakan. Em, saya malah sedikit ketakutan karena ada salah satu dokter yang sedang marah-marah atas hilangnya stetoskop yang ia simpan di meja. Bagaimana itu bisa terjadi? entahlah. Kita saja sering kehilangan pulpen saat kita baru saja memegangnya bukan?

Singkat cerita, kami dipanggil untuk diperiksa. Kakek dari anak itu menunggu di luar, sedangkan saya dan neneknya masuk ke dalam. Itu pengalaman pertama saya mengantarkan orang berobat yang bukan keluarga saya sendiri. Saya sedikit nervous karena tidak terlalu mengikuti perkembangan bantuan kesehatan yang LSM kami lakukan untuk anak tersebut. 

Mungkin karena kondisi fisik yang sangat berbeda dari anak kebanyakan, anak yang kami bawa ini menjadi perhatian dokter anak yang sedang berjaga. Berbagai pertanyaan diberikan. Mungkin saya yang terlalu perasa, tapi kok rasanya seperti diinterogasi. hehe. Ya ya ya, namanya juga perasaan, sang dokter bisa saja tidak bermaksud demikian.

Lucunya, saat memeriksa kami ponsel dokter tersebut berdering. Ia mengangkatnya dan mengobrol dengan temannya. Saya dan nenek si anak bisa dengan jelas mendengar apa yang ia bicarakan karena ia tak menurunkan volume suaranya sedikitpun. Sekitar 10 menit kami menjadi kambing congek yang saling berbisik satu sama lain. Tanpa mengucap maaf atau berbasa-basi, ia memeriksa anak itu kembali. 

"Ini anaknya, bu?" tanya sang dokter.
"Bukan ini cucu saya," jawab nenek anak itu.
"Kamu siapanya?" tanyanya pada saya.
"Saya emm.. saya dari LSM blablabla," jawab saya menjelaskan.
"LSM? isinya mahasiswa semua? dapat duit darimana ngobatin orang-orang?" tanyanya lagi dengan nada yang membuat saya berpikir ingin melayangkan tinju dan membuat giginya rontok. Ya ya ya, mungkin sang dokter tak bermaksud menyakiti dan hanya ingin memuaskan rasa ingin tahunya saja.
"Donatur pak, kita kan sering mengadakan penggalangan dana." (kalimat "dokter juga kalau mau bantu kami persilahkan" yang diusulkan oleh ketua kami saat saya ceritakan kejadian itu sayangnya tidak terpikirkan oleh saya saat itu).

Dan setelah itu saya lupa lagi bagaimana lanjutan kejadian ini. Setelah kejadian itu saya berpikir ulang tentang kekaguman berlebihan saya pada profesi ini. Mereka juga manusia dan tak bisa diharapkan secara berlebihan. Sebenarnya tidak ada kesimpulan yang cukup berarti dari cerita ini. Hanya saja, kejadian itu menjadi titik dimana saya menyadari, profesi dokter itu sama saja dengan profesi lainnya. 

Apa ada yang merasakan hal yang sama saat tidak dilayani dan diterima dengan baik oleh profesi lainnya? psikolog misalnya?

Kau tak mengerti? Ah, sudahlah. Saya hanya ingin menceritakan apa yang saya alami. :)
Read More

Saturday, November 16, 2013

ECOTECH GARDEN, TAMAN CANTIK MULTIFUNGSI

Ketersediaan air yang melimpah ruah terkadang membuat kita lupa masih banyaknya saudara jauh kita yang kondisinya bertolak belakang dengan kondisi 'makmur' yang kita alami. Ketersediaan air tak jarang membuat kita lupa memikirkan kondisi air yang kita buang ke lingkungan sekitar kita. Air yang penuh dengan kandungan detergen, pewangi, sabun, sampo dan juga kandungan-kandungan kimia lainnya, sedikit banyak dapat berkontribusi negatif pada kelestarian lingkungan kita. Air pembuangan non-kakus tersebut disebut dengan grey water. Berbeda dengan black water (buangan dari kakus) yang biasanya langsung diolah di septic tank, grey water biasanya dibuang begitu saja ke sungai dan selokan terdekat oleh warga. 

Grey water memang akan membahayakan masyarakat jika terus menerus dialirkan begitu saja ke sungai, danau, dan selokan karena zat-zat yang dibawanya bisa menjadi polutan yang merusak lingkungan. Tapi tidak untuk beberapa jenis tanaman. Grey water bisa dimanfaatkan sebagai pupuk berharga yang kemudian saat air 'dilepaskan' ke selokan atau aliran sungai dan danau, kandungan berbahaya yang ada di dalamnya bisa tereduksi.

Ecotech Garden: Filter Grey Water

Seperti yang dirilis oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Republik Indonesia, grey water menjadi bau karena terjadinya proses dekomposisi zat organik yang memerlukan oksigen terlarut dalam air limbah. Proses ini bisa dilihat dari warna air limbah yang kehitaman, berbusa dan berbau busuk. Filterisasi air limbah/ grey water inilah yang harus menjadi fokus kita sekarang. Salah satu solusi yang ditawarkan oleh lembaga pemerintahan ini berupa ecotech garden, yaitu teknologi alternatif pengolahan air selokan dengan menjadikan tanaman hias sebagai filter grey water. Cara ini efektif untuk membuat bakteri-bakteri dan berbagai zat yang terkandung dalam grey water tereduksi. Ecotech garden juga dapat menghilangkan bau dan menjernihkan air. Sebagaimana sebuah taman, ecotech garden juga meningkatkan estetika lingkungan. Kapan lagi kita bisa melihat sebuah filter air limbah dengan tampilan cantik berupa taman? Mengaplikasikan ecotech garden adalah jawabannya.

Pembuatan Ecotech Garden

Jangan berpikir bahwa membuat taman filter ini sulit, karena itu tidaklah benar adanya. Perumahan Bumi Asri Padasuka sudah menerapkan sistem ramah lingkungan ini di setiap rumah mereka sejak tahun 2005 lalu. Mereka memanfaatkan pembuatan air selokan terbuka yang dialirkan ke halaman rumah. Selokan terbuka itu dibentuk model U dengan luas permukaan 2,06 m2 dan debit 0,07 L/det. Biaya pembuatan yang dibutuhkan untuk membuat ecotech garden adalah Rp. 300.000,- untuk 0,07 L/det limbah yang diolah. Biaya ini terdiri dari 40% biaya tanaman hias, dan 60% ongkos galian dan bahan. Biaya ini cenderung murah bila dibandingkan dengan di Pulau Miyako, Okinawa yang mencapai 797.538 US$ per L/det.

Tanaman Ecotech Garden

Ecotech garden dapat dihiasi dengan berbagai jenis tanaman air seperti melati air, arrowhead sagita japanica, cyperus papyrus, pisang brazil dan masih banyak lagi. Tanaman-tanaman tersebut dapat berdaya guna lebih optimal jika digunakan sebagai filter zat beracun dari grey water yang bisa merusak lingkungan

Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan 

Pengelolaan air limbah rumah tangga atau grey water adalah salah satu bukti kepedulian kita terhadap lingkungan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah diinformasikan oleh banyak pihak terutama pemerintah ini seyogyanya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh semua kalangan. Adapun sosialisasi yang dilakukan pemerintah tidak bisa hanya dilakukan dengan media elektronik saja, perlu ada pelatihan yang bisa menyinergikan ide cemerlang pemerintah dengan tindakan yang tepat guna oleh masyarakat.

Dengan membuat ecotech garden, kita sudah melakukan pembuktian bahwa kita mencintai negeri ini. Keseimbangan alam yang kini sudah mulai tergoncang tak bisa hanya disikapi dengan diam dan berpangku tangan. Mari memulai tindakan cinta lingkungan dimulai dari lingkungan terdekat yaitu rumah kita.

Masih berpikir dua kali untuk membuat ecotech garden di rumah anda? Ayo bergerak!





Read More

Total Pageviews

Blog Archive

Search This Blog

Powered by Blogger.

Quote

Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata)