Yap. Saya kesal dengan makhluk
berjakun alay berwajah arab selama perjalanan. Saya masuk ke pesawat, mencari
tempat duduk dan taraaa ternyata tempat duduk saya sudah diisi oleh manusia
lain. Katanya dia minta gantian tempat duduk dengan bahasa tubuh yaaa kalau gak
mau dibilang bahasa monyet itu juga. Singkat cerita, akhirnya saya dengan
‘ikhlas’ duduk di deretan kursi bagian tengah. Sebelah seorang ibu berwajah
Asia yang ternyata orang Indonesia.
Manusia berwajah arab itu
ternyata bepergian serombongan. Terdiri kurang lebih dari empat sampai lima
orang. Kursi di jajaran tengah itu terdiri dari empat kursi. Saya duduk di
kursi yang tengah, dipinggir salah satu rombongan makhluk alay yang saya
ceritakan sebelumnya. Ternyata oh ternyata, orang itu hanya duduk di samping
saya sementara. Saat pesawat sudah mulai take off, ia pindah ke kursinya.
Bahagialah saya.
Ternyata kebahagiaan itu tidak
berlangsung lama. Manusia itu kembali ke kursi sebelah saya saat makan malam
dibagikan. Ia berbincang dengan suara yang cukup keras dan banyak bergerak.
Aaaaaahhhh, kesal. Selain itu, ia
memakai selimut saya yang saya simpan di kursi itu karena mau makan. Dan
perjalanan dari Jakarta ke Dubai itu menjadi menyebalkan.
Beruntung, Emirates adalah
maskapai penerbangan yang cukup menyenangkan. Jadi saya bisa menghibur diri
dengan berbagai film terkini ataupun film lama yang tersedia. Saya tonton maze
runner dan film apa tau deh lupa. Makanan dari pesawat pun cukup enak, walaupun
rasanya lebih sering hambar atau aneh di mulut. Tapi lumayan lah ya. Baru kali
itu ngerasain makan lengkap dari makanan pembuka, makanan utama sampai makanan
penutup. Biasanya kan ke warteg atau warung sunda yang langsung disuguhin
makanan utama saja. Hoho.
Saya cobain tuh semua fasilitas
yang ada di Emirat. Mulai dari colokan buat nge-charge handphone atau apapun
yang bisa di-charge, nonton film terbaru, dengerin lagu-lagu, nge-games, sampai
ke toilet yang ada di pesawat. Hahaha.
Saya gak yakin ada septix-tank di
pesawat, tapi ya masa iya kotoran yang dibuang langsung jatuh aja ke daratan di
bawahnya? Atuh jijay lah. Terlepas dari itu, air di kamar mandi pesawat memang agak
terbatas. Buat yang mau melakukan aktivitas toilet di pesawat baiknya bawa
botol cebok atau tisu basah buat bersih-bersih pasca melakukan aktivitasnya.
Langit-langit pesawatnya juga
unik, ada kerlap-kerlipnya. Berasa melihat hamparan bintang. Walaupun demikian,
karena tiket saya adalah tiket ekonomi, ya jadi agak sempit buat gerak-gerak.
Kursinya pun sedikit keras dan kurang empuk. Yasudahlah, memang jatahnya
ekonomi mungkin seperti itu. Saya harus rela nerima keadaan yang begitu selama
7 jam sebelum sampai di Dubai untuk transit.
Uniknya, saya baru kali itu ada
di suasana dimana wine, champaign dan minuman-minuman lainnya bertebaran di sekitar
saya. Saya hanya minta teh, air putih atau soft drink. Pengen sih minum wine
juga, tapi ngeri ah kalau hukumannya 40 hari ditolak amal ibadahnya. Hehe.
Lagian tanpa
wine atau minuman sejenisnya, saya sudah menghabiskan setengah perjalanan saya
dengan tidur di pesawat. Yah begitulah, pelor, alias nempel molor.
Tak terasa
lebih dari 4000 km sudah terlewati. Sekitar setengah jam kemudian saya akan
sampai di Bandara internasional Dubai. Bandara yang katanya terkeren se-timur
tengah bahkan mungkin sedunia. Sesampainya disana, sekitar jam 5 pagi. Saya
kebetulan belum sholat subuh dan berniat sholat shubuh disana.
Pesawat sudah
landing dengan cantiknya. Saya bergegas mengambil tas dan berbaris di lobi
pesawat untuk turun. Saya teringat ucapan senior saya di kantor.
“Pokoknya,
sesampainya di tempat transit, hal yang pertama dilakukan adalah cari gate
selanjutnya. Jangan kemana-mana dulu. Kalau sudah nemu, baru deh bebas mau
kemana saja dan kembali kesana di waktu gate dibuka.”
Semua
penumpang turun dari pesawat. Ah ya, saya pakai pesawat Boeing 300-an saya lupa
nomor seri pesawatnya. Haha. Saat turun dari pesawat, kami disambut kendaraan
semacan busway. Saya duduk manis disana, tapi tak lama kemudian ada bapak yang
gendong anak kecil. Saya jadi tak tega, berdirilah saya karena sadar saya masih
muda. Ternyata setelah saya observasi manusia yang ada di kendaraan itu, banyak
sekali orang Indonesia disana. Jadi lucu ya, kemanapun pergi pasti nemu orang
Indonesia.
Sekitar 10
menit perjalanan, akhirnya kami semua sampai di bandara. Semua penumpang
berhamburan ke luar. Saya berjalan cepat karena waktu transit hanya 2 jam.
Segera saya cari gate keberangkatan selanjutnya. Muter-muter sana sini sambil
bawa troli kecil karena tas saya berat. Setelah mencari selama sekitar 15-20
menit, akhirnya saya temukan gate keberangkatan saya ke Brussels. Lalu saya
mencari musholla. Enaknya, di bandara tersebut ada banyak musholla. Jadi saya
tak harus muter-muter nyari musholla. Ah ya, di bandara Dubai, toilet wanita
sangat tertutup. Jadi nyaman untuk buka kerudung. Begitupun musholla dan tempat
wudhunya. Yang melegakan adalah di bandara ini ada shower untuk cebok. Jadi gak
perlu bawa botol cebok. Penting banget ya? Hahaha.
Setelah sholat
dan rapi-rapi, saya keliling bandara sebentar. Awalnya ingin mampir ke McD
untuk beli makanan, tapi karena jadwal boarding sudah dekat, saya urungkan niat
jajan di bandara. Setelah menunggu beberapa menit, gate boarding dibuka sebelum
waktunya. Saya ikut antri untuk boarding pass. Setelah sampai di ruang tunggu, saya
baru sadar ternyata hanya saya manusia berkerudung yang akan ada di pesawat
menuju Brussels. Kayak artis ya rasanya saat orang-orang lewat dan melihat saya
agak lama.
Waktunya masuk
pesawat. Seperti biasa, para penumpang kelas bisnis dan eksekutif didahulukan.
Disusul oleh para orang tua yang membawa anak atau wanita hamil atau
orang-orang yang sudah tua. Lalu penumpang kelas ekonomi sesuai dengan urutan
zone yang tertera di tiketnya. Saat saya mengantri, ada seorang wanita yang
melambaikan tangannya ke saya. Saya celingukan dan mencoba menebak-nebak
manusia itu. Ternyata...
0 comments:
Post a Comment